JIMAT dan Tahayul Bukan Hanya Milik Orang Kampung

Rabu, 04 Januari 20125komentar

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم


Mungkin sangat lumrah jika spion dalam yang ada diatas dasbord mobil selalu tergantung sesuatu yang unik sampai sesuatu yang ada di luar nalar manusia, mulai boneka sampai tasbih, rajah atau berbagai benda yang diyakini memiliki kekuatan supranatural dan hal semacam ini yang paling mudah kita jumpai, selain di dalam mobil barang yang kebanyakan orang sebut Jimat itu juga sering bersarang dalam dompet pemiliknya.

Jika bicara soal jimat atau pengkultusan suatu benda dengan maksud tertentu, ini tak bisa lepas dari kebudayaan masyarakat kita yang relejius dan sangat dekat dengan hal-hal berbau klenik, bahkan salah seorang teman kuliah yang saat ini juga bekerja di Kalimantan mengatakan “Kalau ada yang bilang tahayul itu 100% milik orang kampung bodoh, itu salah besar,” kata seorang teman yang namanya tidak mau dipublikasikan.

Masih kata teman saya, orang kota yang pintar dengan tingkat pendidikan yang tinggipun terkadang masih merasa tidak percaya diri (Pede) bila harus melangkah (melakukan sesuatu kegiatan, red) tanpa bantuan sesuatu yang tidak terlihat, “Kalau gag percaya coba saja lakukan survey ke seluruh masyarakat Indonesia Raya ini, lha wong calon pejabat aja masih pada sering sowan kesana kemari untuk minta barang-barang tersebut (Jimat, red),” tandasnya.

Kemaren sewaktu diskusi di Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Kalimantan tengah (Kalteng) sempat berbincang dengan Haryono, yang juga salah satu penyebar Dharma, dia menjelaskan, Dalam konsep Buddhis, apabila seseorang ingin mempunyai kekuatan tertentu maupun keselamatan dan kebahagiaan hidup, “Dia harus mencapainya dengan menambah kebajikan melalui tindakan, ucapan maupun pikirannya, termasuk pula melatih meditasi, semakin banyak kebajikan yang dilakukannya, makin banyak pula kondisi untuk mendapatkan kebahagiaan dalam kehidupannya,” tutur Haryono.

Namun dia sangat menyayangkan tindakan beberapa orang, pasalnya mereka sering menggunakan jalan pintas untuk mendapatkan kekuatan dan juga keselamatan yakni dengan mempergunakan kekuatan Jimat yang merupakan kekuatan dari luar dirinya, hal ini tentu saja akan menyebabkan ketergantungan, Ia akan gelisah apabila Jimatnya ketinggalan, sebaliknya, ia menjadi mantap karena membawa jimat.

Haryono menambahkan, kalau kekuatan dan keselamatan itu diperoleh dari perilaku diri sendiri, maka seseorang akan selalu mantap kemanapun juga karena mempunyai perbuatan yang terpuji, dan perbuatannya sendiri, “Itulah yang akan selalu menjadi 'juru selamat' bagi dirinya sendiri,” tegas sang penyebar Dharma tersebut.

Kembali kepada seorang teman tadi, Awalnya mungkin dari kebutuhan akan kepercayaan diri saat membawa kendaraan, bisa juga agar kendaraan luput dari marabahaya di jalan, benda-benda berbau religius dipasang agar Tuhan selalu melindungi kendaraannya tanpa memikirkan perjalanan itu berada di jalan Tuhan atau tidak, “Bagi yang menuhankan kekuasaan atau kekuatan biasanya menggantung symbol-simbol negara dan alat-alatnya seperti tanda pangkat perwira atau lencana tertentu,” sindirnya.

Yang paling bahaya jika Jimat sudah di salahgunakan misalnya, cari cewek sampai cari jabatan, dukun seringkali jadi andalan, lihat saja setiap mau Pemilihan Kepala Daerah (pilkada) atau Pemilihan Kepala Desa (pilkades), kasak kusuk tim sukses mencari dukungan supranatural tak pernah bisa ketinggalan. Pisowanan semacam itu tak hanya menjadi milik dukun saja, Ulama-ulama kondang juga jadi jugjugan mereka.

Terlepas dari manjur apa tidaknya suatu ritual dia tidak mau tau, dia hanya merasa aneh saja jika mendengar ada sekolah yang mengadakan doa bersama dipimpin kyai besar saat mau ujian nasional, “Soal berdoanya sih bagus banget, biar otak diencerin sama Tuhan, tapi ketika mereka harus mengumpulkan pensil 2B yang akan dipergunakan saat ujian untuk didoain oleh pak kyai, apa itu gag aneh,” tandasnya, lalu seorang teman lain menimpali, “Jaka sembung naik ojek, ngga nyambung jek,” lalu teman-teman di gazebo Walhi Kalteng terpingkal-pingkal mendengar penuturan mereka.

Saya pribadi Sebagai bagian dari masyarakat Indonesia pun pernah berhubungan dengan urusan perjimatan semacam itu, karena selepas kuliah saya harus kerja ditempat yang jauh (Merantau, red) waktu ingin berpamitan ada tetangga nenek yang menawariku sebuah benda yang katanya bisa membantu saat ada masalah, karena menolak pemberian itu dosa, saya tidak pernah menolak mentah-mentah walau besoknya mungkin masuk ke keranjang sampah, dari pengalaman sebelumnya benda semacam itu, selalu saja ada pantangan yang aneh-aneh, paling umum adalah tidak boleh dibawa kencing atau berak, kalo masuk kamar mandi jimatnya ditaruh dulu di gantungan baju baru mulai ngebom.

Sampai saat ini saya masih bertanya-tanya tentang jimat yang katanya bisa membantu mengatasi kesulitan, untuk urusan kencing saja sudah nambah-nambahin susah, makanya beberapa teman yang percaya dan menyimpannya di dompet, buntutnya malah jadi sering kehilangan dompet, gara-garanya mau kencing di toilet umum, menaruh dompet di lubang ventilasi dan selesai urusan dia lupa dompetnya belum diambil kembali.

Tetapi apapun itu terserahlah...Saya tidak mau memvonis sebuah kepercayaan itu benar atau salah, keyakinan adalah hak pribadi yang tak boleh diusik orang lain, asal gak merugikan sesama, mau simpan apapun dan gantung apapun silahkan saja, asal jangan gantung diri.
Share this article :

+ komentar + 5 komentar

4 Januari 2012 pukul 23.55

kalau masalah spritual ataupun ilmu ghaib itu tidak akan bisa disekatkan oleh waktu kasta dan lain sebagainya, karena memang begitulah spritual itu.

5 Januari 2012 pukul 00.17

asal tidak menjadikan ini sebagai ketergantungan, aq pribadi cukup menghargai ini asal masih dalam koridor kewajaran,... maaf klo kurang tepat, mohon pencerahannya

5 Januari 2012 pukul 00.46

logika mistika

5 Januari 2012 pukul 03.19

Menang Tanpo Ngasorake, Nglurug Tanpo Bolo, Sugih Tanpo Bondo, lan Sakti Tanpo Aji-aji,…
* menang tanpo ngasorake = menang tanpa merendahkan
* nglurug tanpa bala = perang tanpa bala/ bala bantuan
* sugih tanpo bondo = kaya tanpa harta benda
* sekti tanpa aji = sakti tanpa ajian

Posting Komentar

Followers My Blog

 
Support : Creating Website | Fahruddin Fitriya SH | Kecoak Elektronik
Copyright © 2012. PENA FITRIYA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Vitrah Nusantara
Proudly powered by Blogger