• Semalam Bisa Lima Kali 'Ngamar' Mau?
  • Tarif 'Ngamar' Naik Bang...
  • Acara Tivi Kita ‘kok’ Makin ‘ngga’ Mutu Yahhh,...
  • Judi Politik Itu Judulnya ‘Nyaleg’
  • Sebut Kami Tiongkok Atau Tionghoa Saja!
  • Harus Dibangun Tempat Judi Di Indonesia
  • Polah Wartawan, Main Potong dan Sok Pintar
  • Genting Highland Surganya Penjudi Asia
  • Melancong Ke Dataran Merdeka dan Batu Cave Malaysia
  • Mengunjungi Gedung Tertinggi Di Malaysia
  • Kawasan Alor, Jadi Segitiga Emasnya Kuala Lumpur
  • Kampanye dan Pengelolaan Menjadi Kunci Sukses Pariwisata Di Malaysia
  • KLIA Jauh Lebih Modern, Petugas Imigrasi Terkesan Ramah
  • Perayaan Tahun Baru Di Kasongan Meriah
  • Wartawan Lebih Miskin Dari Penerima BLSM
  • Si Vicky, Tokoh 'Isasi' Kontroversi
  • Zaman Laptop, Orang Malah Malas Menulis
  • Say No To ‘Perploncoan’, Hapuskan OSPEK
  • Sedikit Tentang Manfaat Berorganisasi
  • Warungnya ‘Pake’ Jablay

Ijinkan Aku Menulis Sampai Mati, Tuhan...

Minggu, 06 Januari 20130 komentar

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم


#Aku ingin menjadi bagian dari sejarah

Sudah terlampau banyak yang ku simpan di jagat yang tak bisa diraba ini. Iya, di sinilah rasa ini tersimpan. Rasa yang mungkin akan menjadikanmu sesak.

Setiap puing ku rangkai dan ku torehkan disini. Atau menjadi sesuatu yang terlewat begitu saja tanpa bisa engkau abadikan dan engkau ambil pembelajaran darinya.

Aku menyadari, betapa dahsyatnya menulis? Aku benar-benar merasakan bahwa menulis itu adalah salah satu meditasi yang mujarab, terhadap segala jenis “sakit” yang ku rasa. 

Menulis itu bagai obat, Menyembuhkan. Pun jika bahagia, menulis itu bagaikan memiliki seorang kawan setia yang selalu bersedia menjadi tempat curahan kebahagiaan itu. Menullis itu sebuah keabadian. Menulis itu berbagi. Menulis itu pembelajaran. Menulis itu adalah seni. Menulis itu membahagiakan. Dan akhirnya, menulis itu "candu".

Bagi sebagian orang yang mungkin secara tak sengaja menemukan tulisan-tulisanku, mungkin orang-orang akan menganggap bahwa tulisanku hanyalah goresan-goresan tak penting. Mungkin. 

Namun, sama sekali tidak bagiku. Bagiku, tulisanku adalah hartaku. Harta yang tak ternilai harganya. Tak bisa diulang “momentnya”. Tak bisa diulang “rasa” yang ada pada tiap huruf tulisan itu. Menulis itu ajaib.

Biarkan saja, aku akan terus menulis. Sampai kapanpun. Sampai mati nanti, aku akan terus menulis. Whatever you say, I don’t care, I will always to write something.

Dengan menulis, aku bebas bersua. Bahkan lebih merdeka daripada kemerdekan republik tempe ini.

Aku akan terus merekam semua perjalanan hidup dengan tulisan. Biarkan saja, aku akan terus menulis. Iya, aku akan terus menulis, sampai nanti, sampai ruh terpisah dengan jasad. Biarkan aku menulis, Mewarnai zaman sebelum ditinggalkannya.

Kasongan, 6/1 2013.
Share this article :

Posting Komentar

Followers My Blog

 
Support : Creating Website | Fahruddin Fitriya SH | Kecoak Elektronik
Copyright © 2012. PENA FITRIYA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Vitrah Nusantara
Proudly powered by Blogger