Sang Pemimpi

Selasa, 12 Juni 20120 komentar

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Ist
Dari sekian film yang diperoduksi di negeri ini, film Sang Pemimpi mungkin menjadi salah satu the best-nya film Indonesia. Film yang diputar perdana sejak 2009 lalu ini sempat menjadikan salah satu bahan inspirasiku mengarungi hidup. Meski begitu, dibanding memutar filmnya aku jauh lebih suka membaca novelnya. Terlampau banyak detail-detail yang terlupakan dalam film itu termasuk detail karakter yang semuanya digambarkan apik dalam novel. Tapi, ada hal menarik yang bikin aku kepincut. Aku suka dengan penggambaran yang realistis tentang Belitong, lengkap dengan gaya bertuturnya.

Para pembuat film ini berusaha tetap membumi dalam menggambarkan Belitong. Tak hanya pemilihan lokasi suting, mereka juga memilih para pemain lokal untuk memerankan tokoh-tokoh di film itu. Bahkan gaya berbicara (logat) para pemain lokal ini dipertahankan seasli mungkin, sebagaimana logat Belitong sesungguhnya. Inilah yang menjadi kekuatan film ini dan hendak saya bahas dalam tulisan ini. Jika ada yang komentar tulisan ini basi itu terserah. Menurutku tape lebih nikmat jika dibasikan dan wine lebih nikmat jika disimpan lebih lama begitupun film dan novel, akan semakin kerasa keklasikannya jika masih ada yang bahas meski sudah lama beredar.

Oke balik ke pembahasan, Film ini disajikan dengan realistis dan tidak sok-sok Jakarta sebagaimana banyak film Indonesia yang tengah tayang di bioskop. Film ini tidak malu-malu untuk nampak udik sebab yang hendak disajikan adalah upaya mereka yang berumah di kampung untuk menggapai mimpinya setinggi langit demi menjangkau altar ilmu pengetahuan di Paris. Kalimat-kalimatnya inspiratif sebagaimana yang dikatakan salah satu tokoh yakni Arai, ”Tak soal setinggi apapun mimpimu, namun sejauh mana upaya kerasmu untuk meraih semua mimpi tersebut.”

Dan yang mencengangkan adalah kalimat-kalimat inspiratif itu disampaikan dalam bahasa Melayu dengan aksen Belitong. Dulu pernah kutanyakan pada seorang kawan kuliah yang intens mempelajari bahasa melayu, aku baru nyadar, rupanya logat Melayu Belitong agak berbeda dengan logat Melayu di daerah lainnya termasuk Palembang, Riau, Jambi, bahkan Malaysia sekalipun. Logat Melayu Belitong lebih menyerupai logat Melayu Aceh, sebab dahulu Bangka dan Belitong mendapat pengaruh yang sangat kuat dari Aceh.

Saya membayangkan betapa hebatnya Indonesia yang memiliki begitu banyak variasi bahasa. Melalui film ini, kita diperkenalkan dengan variasi logat Belitong, dan melalui logat tersebut kita sedang meneropong keindonesiaan. Film ini bukanlah yang pertama. Sebelumnya, kita juga pernah menyaksikan film Denias, yang menggunakan bahasa Indonesia dengan logat Papua atau film Tanah Air Beta dengan logat Timor-nya. Melalui variasi logat bahasa tersebut, kita seakan disadarkan bahwa Indonesia adalah sebuah rumah besar yang di dalamnya terdapat begitu banyak bahasa setempat yang hidup dan saling berinteraksi.

Kita disadarkan pula bahwa Indonesia bukanlah satu realitas Jakarta saja. Negeri ini adalah sebuah bangunan besar yang dikonstruksi oleh berbagai macam kebudayaan dan ribuan bahasa yang kesemuanya memberi pengertian pada kosa kata keindonesiaan. Kita disadarkan bahwa Indonesia adalah sebuah konsep yang maknanya terus diperkaya oleh manusia-manusia yang hidup dalam berbagai latar kebudayaan termasuk Belitong.

Anak-anak kecil dalam film Sang Pemimpi itu adalah salah satu kepingan yang membentuk keindonesiaan hari ini. Mereka menunjukkan keragaman dan kekayaan bangsa ini yang identitasnya terus tumbuh dan menjadi. Dan inilah kekuatan kita sebagai bangsa yang majemuk. Semoga film seperti ini terus diperbanyak. Dan membuat kita sesekali meneropong Indonesia dari pinggiran, dari titik yang selama ini banyak diabaikan oleh mereka yang menguasai arus wacana negeri ini. Dan yang jelas aku masih bermimpi ada produser film yang mau ngangkat film soal Kalimantan.


Kasongan, 12/6 2012
Share this article :

Posting Komentar

Followers My Blog

 
Support : Creating Website | Fahruddin Fitriya SH | Kecoak Elektronik
Copyright © 2012. PENA FITRIYA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Vitrah Nusantara
Proudly powered by Blogger