Perjalanan Pimred Muda Didikan Jawa Pos I

Minggu, 10 Maret 20130 komentar

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Dari Jurnalis Kampus Menjadi Pimpinan Redaksi

Sururi Alfaruq; Wartawan jangan cengeng//Key notter dalam acara bertajuk, “Antara jurnalisme dan idealisme jurnalis muda Indonesia”

Sururi Alfaruq
Dalam sebuah catatan biografi singkatnya, pimpinan redaksi Seputar Indonesia Sururi Alfaruq menceritakan kisah singkatnya sewaktu masih menjadi wartawan. Mungkin bagi sebagian orang ini bukanlah sesuatu yang hebat, namun berbeda bagiku, kisah ini sungguh luar biasa dimataku saat ini.

Ternyata menjadi seorang wartawan tidaklah semulus yang sebagian orang alami, dalam perjalannya beragam cacian dan makian selama merasakan kerasnya kehidupan sebagai wartawan. Bagi pemimpin redaksi muda itu, semuanya adalah bagian dari penempaan karakter menjadi jurnalis agar tidak cengeng dan memiliki ketahanan mental.

Kedua poin itu, bagi Faruq -demikian dia biasa disapa oleh para Blogger Indonesia- adalah modal utama yang harus dimiliki mereka yang ingin menekuni dunia jurnalistik. Sementara itu, keterampilan menulis dan pengetahuan kejurnalistikan, menurutnya, dapat dipelajari seiring waktu. Selain itu, biasanya perusahaan media pun memberikan pelatihan kepada para calon reporter mereka.

Kenyataan yang terungkap, ternyata orang yang piawai merangkai kata demi kata dalam bahasa jurnalistik apik ini bukanlah lulusan ilmu jurnalistik. Dirinya menempuh studi di Fakultas Tarbiyah (pendidikan) di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Solo.

Awal mula keterlibatan Faruq pada dunia jurnalistik adalah ketika dia memutuskan bergabung dengan majalah kampus di UMS. Begitu lulus, dia kemudian bergabung menjadi reporter junior di grup Jawa Pos pada 1992. Tiga belas tahun dia habiskan di salah satu grup media besar di Tanah Air ini hingga menempati posisi managing editor (redaktur pelaksana) sebagai jabatan terakhir. 

Ketika memutuskan berhenti dari Jawa Pos, Faruq berkeinginan berhenti juga dari dunia jurnalistik. Sebab baginya, menjadi jurnalis sangatlah melelahkan. Apalagi, dia mengenang, selama berkarier di Jawa Pos dia bekerja begitu giat hingga tidak pernah mengambil libur ataupun cuti. Kesempatan berliburnya adalah ketika dia ditugaskan ke luar kota.

Faruq ingat, keinginannya menjauh dari dunia jurnalistik tidaklah semulus yang dibayangkannya. Betapa tidak, lepas dari Jawa Pos, justru banyak tawaran untuk mengampu media yang datang padanya, baik itu media cetak lagi, televisi, maupun radio. Semua tawaran tersebut dia tolak. Namun ketika grup Kompas melamarnya, Faruq gamang.  Alasannya, selama ini dia berkarier di Jawa Pos, sebuah grup media besar. Jika dia ingin terus berkarier di media massa, maka perusahaan itu setidaknya haruslah sama besar. Dan Kompas memenuhi kriteria tersebut.

Meski demikian, Faruq tidak serta merta menerima tawaran Kompas. Pasalnya, waktu itu Faruq ditawari bergabung dengan TV 7. Tawaran ini ditolak Faruq karena merasa tidak memiliki latar belakang televisi. Lalu tawaran itu dialihkan untuk memegang Surya, koran milik Kompas berbasis di Surabaya. Faruq kembali menolak tawaran ini karena jika memegang Surya, maka dia harus berhadapan dengan Jawa Pos lagi, yang berarti kompetitor.

Tawaran Kompas berikutnya adalah memegang Warta Kota yang saat itu kondisinya sangat buruk. Faruq kemudian meminta waktu dua hari untuk mempelajari Warta Kota. Tawaran inilah yang diterima Faruq. Melalui tangan dinginnya, Warta Kota kembali bernafas dan bergeliat di jagat jurnalisme Indonesia.

Selanjutnya, bersama tim Hary Tanoesoedibjo,  Pria kelahiran Demak, 1 November 1965 ini memilih membangun Koran baru Seputar Indonesia. Dari yang ia share di forum Blogger Indonesia, Faruq mengungkapkan jika Koran milik MNC group ini dibangunnya dengan sistem kilat, hanya satu bulan. Faruq merinci, selama dua minggu dia merekrut sendiri semua orang yang dibutuhkan. Satu minggu berikutnya dihabiskan untuk melatih mereka,  yakni reporter dan redaktur. Dan pada minggu terakhir Faruq melakukan trial penerbitan. Koran Seputar Indonesia edisi perdana pun terbit pada 30 Juni 2005. (Bersambung, "Terkadang Juga Galau")

Palangkaraya, 10/3 2013.
Share this article :

Posting Komentar

Followers My Blog

 
Support : Creating Website | Fahruddin Fitriya SH | Kecoak Elektronik
Copyright © 2012. PENA FITRIYA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Vitrah Nusantara
Proudly powered by Blogger