Pindah dari tempat satu ke tempat
lain (Merantau) tentu ada hal baru yang tidak kita dapat ditempat asal, tidak
terkecuali cerita rakyatnya, dongeng maupun legenda-legenda yang diyakini
penduduk setempat, karena inilah indonesia. Mari kenali, cintai, dan
menjaganya. Berikut ini adalah salah satu cerita dari penduduk setempat,
Sutopo Ukip namun tidak sedikit yang menyapanya dengan Tapa Ukip, beliau ini
lahir di Ja’ar, Kabupaten Barito Timur (Bartim).
Untuk mengisi kekosongan
kepemimpinan (Bahasa sekarang; Vacuum of Power) di wilayah kekuasaan Lasi-Muda
dan sekitarnya maka dengan mangkatnya Uria Rin'nyan karena terbunuh maka
diangkatlah Dam’ong Belle yang sekaligus mengubah nama daerah Lasi-Muda menjadi
daerah yang kita kenal sekarang “Dayu”, sesuai dengan adat dan ritual yang
berlaku selanjutnya Dam'mong Balle mengumpulkan sanak keluarga korban tragedi
tersebut untuk mempersiapkan upacara kematian yakni “Mi’a” dan “Ngadaton”.
Seusai upacara kematian tersebut
Dam’mong Belle mengutus Uria Lan’na ke bandar Maseh untuk menuntut balas atas
kematian Uria Rin’nyan (Adik Uria Lan’na). Uria Lan’nabertolak ke Bandar Maseh
dengan berlayar menyusuri sungai Sirau menggunakan perahu, lalu mengikuti
aliran sungai Barito dan selanjutnya ke arah Bandar Maseh. Dalam keadaan
tertidur, tanpa disadari Uria Lan'na terbawa arus pasang naik, sehingga perahu
yang ditumpanginya masuk sungai Tabalong dan tiba didaerah Negara. Dalam
perjalanan tersebut Uria Lan'na membawa 100 batang alu yang sudah dipakai untuk
menumbuk padi, serta sebuah mandau yang dinamakan “Lansar Tewo Mea”. Kedatangan
Uria Lan'na pada waktu pagi hari berikutnya membuat kegemparan serta kepanikan
penduduk Negara yang dikiranya adalah kota Bandar Maseh.
Setelah mendengar kedatangan Uria
Lan'na di kota Negara dan sekitarnya maka tersebar pula kabar tersebut ke
daerah Bandar Maseh yang saat itu dipimpin oleh Sultan Suriansyah. Karena kabar
tersebut sang Sultan mendatangkan utusan untuk berdamai. Sultan Suriansyah
berjanji akan mengganti nyawa Uria Rin'nyan dengan syarat tidak lagi melakukan
ekspansi diberbagai daerah. Tawaran tersebut diterima dengan senang hati oleh
Uria Lan'na.
Selain itu Sultan Suriansyah juga
memberikan kesempatan kepada Uria Lan’na untuk mempersunting puterinya yaitu
Puteri Mayang Sari dari buah perkawinan dengan isteri keduanya yakni Puteri
Norhayati. Akhirnya kedua belah pihak deal dengan Memorandum of
Understanding (Biar ceritanya sok inggris, hehe) yang telah ditawarkan,
oleh suku adat dayak Maanyan hal ini disebut juga dengan “Bayar adat Bali”.
Setelah dinikahinya Puteri Mayang
Sari oleh Uria Lan'na secara adat kedua suku tersebut adalah bersaudara,
persaudaraan ini juga disyahkan secara adat Maanyan. Sesudah kejadian tersebut,
nama Uria Lan'na berubah menjadi “Uria Mapas”, atau yang lebih populer “Uria
Mapas Negara”, penamaan “Uria Mapas Negara” karena aksinya memapas daerah
Negara.
Demikian sekelumit yang bisa
saya tuangkan, kalau ada sumur diladang boleh kita numpang mandi, kalau masih
diberi kesempatan oleh redaksi saya akan mendongeng lagi. Saya ikuti dulu jejak
Uria Lan’na, tetapi kali ini saya saya ingin memapas rumah jabatan bupati dulu,
siapa tahu ada puteri atau keponakannya yang bisa saya persunting,hehe.just
kidding.
Posting Komentar