Cerita Rakyat, AKSI Uria Mapas Negara

Jumat, 17 Februari 20120 komentar

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم


Pindah dari tempat satu ke tempat lain (Merantau) tentu ada hal baru yang tidak kita dapat ditempat asal, tidak terkecuali cerita rakyatnya, dongeng maupun legenda-legenda yang diyakini penduduk setempat, karena inilah indonesia. Mari kenali, cintai, dan menjaganya. Berikut ini adalah salah satu cerita dari penduduk setempat, Sutopo Ukip namun tidak sedikit yang menyapanya dengan Tapa Ukip, beliau ini lahir di Ja’ar, Kabupaten Barito Timur (Bartim).

Untuk mengisi kekosongan kepemimpinan (Bahasa sekarang; Vacuum of Power) di wilayah kekuasaan Lasi-Muda dan sekitarnya maka dengan mangkatnya Uria Rin'nyan karena terbunuh maka diangkatlah Dam’ong Belle yang sekaligus mengubah nama daerah Lasi-Muda menjadi daerah yang kita kenal sekarang “Dayu”, sesuai dengan adat dan ritual yang berlaku selanjutnya Dam'mong Balle mengumpulkan sanak keluarga korban tragedi tersebut untuk mempersiapkan upacara kematian yakni “Mi’a” dan “Ngadaton”.

Seusai upacara kematian tersebut Dam’mong Belle mengutus Uria Lan’na ke bandar Maseh untuk menuntut balas atas kematian Uria Rin’nyan (Adik Uria Lan’na). Uria Lan’nabertolak ke Bandar Maseh dengan berlayar menyusuri sungai Sirau menggunakan perahu, lalu mengikuti aliran sungai Barito dan selanjutnya ke arah Bandar Maseh. Dalam keadaan tertidur, tanpa disadari Uria Lan'na terbawa arus pasang naik, sehingga perahu yang ditumpanginya masuk sungai Tabalong dan tiba didaerah Negara. Dalam perjalanan tersebut Uria Lan'na membawa 100 batang alu yang sudah dipakai untuk menumbuk padi, serta sebuah mandau yang dinamakan “Lansar Tewo Mea”. Kedatangan Uria Lan'na pada waktu pagi hari berikutnya membuat kegemparan serta kepanikan penduduk Negara yang dikiranya adalah kota Bandar Maseh.

Setelah mendengar kedatangan Uria Lan'na di kota Negara dan sekitarnya maka tersebar pula kabar tersebut ke daerah Bandar Maseh yang saat itu dipimpin oleh Sultan Suriansyah. Karena kabar tersebut sang Sultan mendatangkan utusan untuk berdamai. Sultan Suriansyah berjanji akan mengganti nyawa Uria Rin'nyan dengan syarat tidak lagi melakukan ekspansi diberbagai daerah. Tawaran tersebut diterima dengan senang hati oleh Uria Lan'na.
Selain itu Sultan Suriansyah juga memberikan kesempatan kepada Uria Lan’na untuk mempersunting puterinya yaitu Puteri Mayang Sari dari buah perkawinan dengan isteri keduanya yakni Puteri Norhayati. Akhirnya kedua belah pihak deal dengan Memorandum of Understanding (Biar ceritanya sok inggris, hehe) yang telah ditawarkan, oleh suku adat dayak Maanyan hal ini disebut juga dengan “Bayar adat Bali”.

Setelah dinikahinya Puteri Mayang Sari oleh Uria Lan'na secara adat kedua suku tersebut adalah bersaudara, persaudaraan ini juga disyahkan secara adat Maanyan. Sesudah kejadian tersebut, nama Uria Lan'na berubah menjadi “Uria Mapas”, atau yang lebih populer “Uria Mapas Negara”, penamaan “Uria Mapas Negara” karena aksinya memapas daerah Negara.


Demikian sekelumit yang bisa saya tuangkan, kalau ada sumur diladang boleh kita numpang mandi, kalau masih diberi kesempatan oleh redaksi saya akan mendongeng lagi. Saya ikuti dulu jejak Uria Lan’na, tetapi kali ini saya saya ingin memapas rumah jabatan bupati dulu, siapa tahu ada puteri atau keponakannya yang bisa saya persunting,hehe.just kidding.
Share this article :

Posting Komentar

Followers My Blog

 
Support : Creating Website | Fahruddin Fitriya SH | Kecoak Elektronik
Copyright © 2012. PENA FITRIYA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Vitrah Nusantara
Proudly powered by Blogger