#Peringatan,
wajib open mindset!!!
Kondom Valentine/Ilustrasi/Ist |
Sebagian
muda mudi negeri ini mengidentikkan bulan Februari sebagai bulan kasih sayang. Bergeser
pada tanggal 14 dengan perayaan Valentine
Day. Meski demikian, republik yang mayoritas berpenduduk Muslim ini ternyata
tak sedikit memandang perayaan ini dengan sinis.
Bahkan
pro kontra perayaan harinya anak muda ini juga terjadi di Negara tetangga
dengan penduduk mayoritas Muslim lainnya. Yang paling ekstrim, beberapa
kalangan dengan hukum ala kaumnya sendiri telah meng”haram”kan perayaan
Valentine tersebut, serta mengecam keras para saudara seiman yang tetap ikut
merayakannya.
Lantas,
apa yang mendasari kaum muda untuk ikut merayakan Valentine? dan apa yang
mengakibatkan perayaan tersebut sangat dijauhi oleh saudara kita kaum Muslimin.
Mari kita bedah sesuai dengan kapasitas saya sebagai blogger penjual kecap,
jadi jika kurang berkenan mohon maaf.
Sebelum
membaca tulisan ini lebih lanjut, mari kita lepas segala atribut fanatisme kita
dan tentu jangan lupa baca dulu DISCLAIMER blog ini, pasang kacamata pluralitas
dan siap netral tanpa memihak suatu kepercayaan tertentu.
Dari
hasil riwa-riwi di jagat maya, sejarah perihal valentine day ditanggal 14 tiap
bulan Februari memiliki beberapa versi; diantaranya,
Menurut Ensiklopedia
Gereja Katholik yang ada, istilah Valentine merupakan hasil saduran dari asal
kata Valentinus, yang berasal dari tiga cerita lama berbeda mengenai seorang
Martir atau Santo (seseorang yang dianggap suci). Ketiga orang tersebut adalah:
seorang pastor disebuah gereja di Roma, seorang uskup agung dari daerah bernama
Interamma, dan yang terakhir adalah seorang martir dari sebuah propensi
kekuasaan Roma di Afrika. Menurut seorang pemimpin tertinggi gereja Katolik di
Roma tahun 496 M yakni Paus Gelasius II, menyatakan bahwa korelasi antara
ketiga orang suci tersebut dengan hari kasih sayang memang tidak ada sangkut
pautnya sama sekali.
Yang kedua. Di Inggris,
dahulu kala ada sebuah cerita turun temurun mengenai legenda Santo Valentinus.
Disana diceritakan, waktu jaman dahulu kala, seorang anggota pasukan perang
dari Romawi dilarang menikah oleh Kaisar Claudius II, tetapi, berkat bantuan
dari Santo Valentinus itulah serdadu perang tersebut bisa melaksanakan
pernikahannya, walaupun dengan cara diam-diam. Maka pada waktu itu, bagi
pasangan yang tengah dimabuk asmara lazim bertukar catatan dan memanggil
belahan hatinya dengan sebutan Valentine.
Yang ketiga. Di Irlandia,
pada tahun 1836 telah ditemukan jenazah Santo Hypolytus yang diidentifikasi
sebagai jenazah Santo Valentinus. Maka oleh Paus Gregorius XVI, jenazah
tersebut dipindah kesebuah komplek makam milik gereja Whiterviar yang berada
didaerah Dublin, Irlandia. Semenjak saat itu banyak wisatawan, khususnya muda
mudi yang datang tiap tanggal 14 Februari untuk melakukan ziarah.
Nah,
seperti yang anda sekarang tahu, asal muasalnya ternyata masih ‘abu-abu’ tersebut jelas dari kepercayaan Katolik atau
bisa disebut juga bagian dari sebuah ritual Kristenisasi. Maka untuk mengubur
ritual yang masih kabur mengenai detail sejarahnya tersebut, pihak gereja
Katolik Roma pada tahun 1969 menghapus acara-acara tersebut dari kalender rutin
kegiatan tahunan gereja dunia.
Akan
tetapi walaupun perayaan tersebut telah berusaha dikaburkan oleh pihak gereja,
ternyata bagi masyarakat yang telah senantiasa melakukan tiap tahunnya, tidak
bisa untuk memupus kegiatan tersebut dari agenda tahunan yang siap digelar.
Mungkin bagaikan sudah mengakar daging perayaan tersebut ada didiri para
penganutnya.
Lalu
bagaimana dengan kondisi saat ini, perayaan hari kasih sayang juga masih saja
banyak yang melestarikannya. Tidak sedikit masyarakat dunia menikmati perayaan
valentine day tersebut. Karena mungkin kasih sayang merupakan bagian hidup dari
manusia itu sendiri, maka tanpa disadari, karena kebiasaan tiap tanggal 14
Februari secara tidak langsung dijadikan simbol sebagai pengetuk dimulainya
hari khusus, hari untuk mengungkapkan rasa sayang kepada semua yang mereka
sayangi, entah itu suami, istri, pacar, orang tua, bahkan teman.
Sedangkan
di Indonesia sendiri pada khususnya, yang telah ditahbiskan sebagai negera
dengan masyarakat Muslim terbesar dunia, tidak sedikit para kaum mudanya yang
turut juga larut kedalam suasana ceria mengikuti perayaan valentine. Seperti
yang rekan-rekan Muslim tahu, Arab Saudi sebagai negera kiblat Islam diseluruh
duniapun telah memberikan stempel ‘haram’ pada perayaan tersebut. Tapi kenapa
para kaum muda penerus ajaran mulia malah berbelok arah mengikuti perayaan yang
dianggap sabagai budaya ‘Agama Pagan’ (penyembah berhala)?.
Mungkin
hal ini bisa terjawab karena efek dari influence industrialis yang memanfaatkan
momen Valentine untuk mengeruk keuntungan lebih. Sekarang coba anda pergi
jalan-jalan kepusat perbelanjaan, entah di mall, departments store ataupun
market modern lainnya, pasti anda akan banyak menemui berbagai unsur ‘hiperbolis’
tentang apa Valentine itu sendiri.
Nah…dari
sinilah pangsa sasaran kaum industrialis untuk mengeruk untung demi kepuasan
pribadi tanpa memandang efek apa yang tengah menghangat dikalangan masyarakat
sebenarnya. Tentu saja ‘kaum muda’lah yang belum mengerti benar apa itu
sebenarnya Valentine dan seluk beluk sejarahnya manjadi korban terperdaya nan
sempurna untuk dijadikan tumbal keegoisan pasar.
Sebenarnya
bagi anda yang merasa tahu benar atau salah mengenai apa itu Valentine, tidak
perlu untuk membuat statemen yang malah hanya memperkeruh suasana. Kita sebagai
masyarakat Indonesia, tinggal dinegera Indonesia, negera yang majemuk, dengan
keaneka ragaman yang berbineka tunggal ika, harusnya memberi pengertian lebih
mengenai plus minus apa itu Valentine kegenerasi seiman, tanpa perlu
menjatuhkan nilai kepercayaan lain atau melontarkan kata-kata berbau SARA untuk
menyulut pertikaian.
Terakhir,
bagi kawan-kawan seperjuangan, senasib dan sepenanggungan yang merasa sudah
sreg dengan agenda Valentine ditanggal 14 nanti, ya udah tetap jalankan apa yang anda anggap benar dan bagi kawan yang
tidak mengikuti atau tidak ingin merayakan perayaan Valentine, stay cool ajalah, nikmati perbedaan
hidup dimasyarakat yang berbeda-beda ini. Salam Pluralisme!!!
Kasongan,
13/2 2013.
Posting Komentar