Salah obat - Ilustrasi |
Heran,
itu kata pertama yang ada di otak saya saat menyaksikan fenomena yang terjadi.
Bagaimana tidak, di zaman laptop seperti sekarang, seharusnya orang lebih
produktif menulis. Menulis apa saja entah itu di media massa, blog, atau media
apa saja.
Dengan
komputer jinjing nan mungil itu, orang bisa menulis dan tentunya di mana dia
suka, asal jangan saat renang nulis pake
laptop, kerugian ditanggung penumpang.
Hal ini saya rasakan sendiri saat berkomunikasi dengan para blogger lain, begitupun teman-teman editor
di beberapa media, belakangan ini sering mengeluh kekurangan tulisan alias setoran
naskah seret.
“Udah punya laptop kok ngga menulis? Laptopmu diapakan saja?” ujarnya, yang pasti
bukan kepada saya.
Keluhan
macam ini, saya kira, makin biasa akhir-akhir ini. Laptop makin massal, murah,
jadi 'mainan' orang ramai, tapi produktifitas menulis menurun. Blog-blog yang
pada tahun sebelumnya sangat ramai, selalu diisi dengan tulisan-tulisan baru
dan segar kini makin sepi. Semoga saja blognya tidak berhantu.
Saya
tengok blog seorang wartawan senior, yang dulu aktif mendorong
wartawan-wartawan muda, agar punya blog. Ah, isinya tidak ada yang baru. Belum
karuan ada satu dua tulisan per bulan. Padahal, ketika abang ini belum punya
laptop, masih mengetik di warnet atau kantor, produktivitasnya luar biasa.
Ke
mana saja si abang? Tanyaku saat itu, “Saya sibuk,” jawabnya pelit kata.
Sibuk?
Bisa saja. Tapi silakan tengok akun Facebook atau Twitter-nya. Ramainya bukan
main. Ada masalah sedikit dikomentari dan dikomentari terus sampai bosan.
Yah,
laptop memang tetap dipakai, cuma bukan untuk menulis artikel, berita, fiksi,
dan sebagainya, tapi buat kepentingan pergaulan di jejaring sosial. Tetapi syukurlah,
paling tidak masih ada orang yang bisa memanfaatkan laptop sebagai alat bantu
untuk menulis di mana saja dan kapan saja.
Bicara
produktifitas, contoh paling bagus Dahlan Iskan. Mantan wartawan yang sekarang
menjadi menteri BUMN ini semakin produktif menulis justru setelah ganti hati
dan sibuk mengurus PLN dari Sabang sampai Merauke. Selain produktif, kualitas
tulisan-tulisan Dahlan Iskan tetap stabil dan enak dinikmati. Pak Dahlan
memanfaatkan laptop untuk menulis di ruang tunggu bandara, di lobi hotel, kafe,
dan sebagainya.
Saya
kira kita perlu belajar banyak dari Pak Bos (sebutan Dahlan Iskan) mengenai
pentingnya menjaga produktivitas dan kualitas menulis.
Yuk
berkarya...
KASONGAN,
19/9 2013
Posting Komentar