Wartawan,
pengusaha, pejabat dan berbagai embel-embel yang tentunya dijalaninya dengan
luar biasa, siapa lagi kalau bukan Dahlan Iskan, sang menteri BUMN. Setelah
jadi dirut PLN, kemudian menteri, beliau tetap produktif menulis. Pak Bos
[sebutan Dahlan Iskan] selalu saja menemukan ruang dan waktu untuk menulis di
sela kesibukannya yang bukan main.
Berbagai
tulisan dan catatannya selalu menarik dan sulit ditandingi wartawan atau
penulis mana pun di negeri ini. Bahasanya sederhana, runut, enak, ngangeni. Tak
heran begitu banyak orang, termasuk saya, yang ketagihan membaca Catatan Dahlan
Iskan.
Meski,
atas nama pribadi saya sempat kecewa dengan kebijakan redaksi tempatku mengabdi
yang telah tidak lagi memuat tulisan-tulisannya. Sebelumnya, Tulisan Pak Dahlan
bertajuk ‘Manufacturing Hope’ selalu berada di halaman depan bersama berita
yang berdarah-darah, khas koran merah [ups…kata Bos saya kuning] anak grup Jawa
Pos ini.
Kembali
ke Pak Dahlan, Ketika diangkat jadi dirut PLN, banyak penggemarnya yang
khawatir Pak Dahlan tidak menulis lagi karena sibuk mengurus listrik dari
Sabang sampai Merauke. Tapi Pak Bos menjawab keraguan tersebut.
Meski
sudah menjadi orang nomor satu di perusahaan setrum milik Negara ini, catatan-catatan
Pak Bos tetap mengalir lancar. Membahas masalah listrik tapi tetap enak dibaca.
Apa saja yang ditulis Pak Bos selalu menarik dan bikin orang ketagihan saking
asyiknya. Maka, tidak salah kalau catatan Pak Dahlan sebagai dirut PLN itu
dibukukan. Dan laris manis di pasaran.
Sekarang
setelah jadi menteri BUMN, kesibukan Dahlan Iskan tentu berlipat ganda. Kalau
sebelumnya hanya mengurus ‘byar-pet’ nya listrik, juga buruknya birokrasi
didalamnya, kini harus mengurus ratusan BUMN. Lalu, bagaimana membagi waktu
untuk menulis catatan atau esai atau bahkan feature yang pernah tertoreh dari
jemarinya?
Namanya
penulis kawakan [bukan sekadar wartawan, karena hanya sedikit wartawan yang
benar-benar berbakat penulis], Pak Dahlan masih produktif. Buktinya,
Tulisan-tulisannya dengan tema besar ‘Manufacturing Hope’ tetap mengalir lancar
di Jawa Pos beserta anak pinak perusahannya setiap Senin. Kualitasnya tetap
terjaga.
Tulisan-tulisan
Dahlan Iskan setelah jadi pejabat rata-rata di atas 8000 karakter. Ini
menunjukkan kelas beliau sebagai maestro jurnalisme tutur yang brilian. Tak
banyak orang, termasuk reporter yang kerjanya sehari-hari menulis, mampu
melakukannya. Apalagi sebagus Dahlan Iskan.
Jujur
saya menyukai gaya tulis Pak Bos, bahkan banyak belajar dari
tulisan-tulisannya, tapi saya tidak menginginkan menjadi sepertinya, karena saya
ingin lebih hebat darinya.
Yuk
berkualitas..!!!
‘Mari
menulis apa saja, kapan saja, di mana saja, apapun kondisinya...dengan tetap
menjaga kualitas’
KASONGAN, 14/8 2013
Posting Komentar