Me on Katingan Parliamentary buildings. |
Empat
hari sudah tidak ada Koran cetak membuat saya lebih intensif mencari kompensasi
pemberitaan pada media online. Salah satunya adalah pada media detik.com. Ternyata
alternative ini juga dilakukan kawan-kawan blogger yang lain, sehingga tidak
sedikit yang akhirnya membahasnya. Salah satunya mengenai ‘cacat’nya para
jurnalis kita.
Misalnya
mengenai berita yang dilansir dari DailyMail tentang dua lelaki Vietnam yang
hidup selama 40 tahun di dalam hutan rimba. Bapak dan anaknya ini lari masuk ke
dalam hutan pada masa Perang Vietnam, setelah istri dan kedua anaknya tewas
terkena ranjau darat. Setelah kejadian itu, mereka bertahan hidup di hutan,
tanpa sekalipun kontak dengan orang luar selama 40 tahun. Seperti Tarzan, waktu
tak disengaja ditemukan oleh pencari kayu, mereka hanya mengenakan kancut dari
kulit pohon.
Namun
berita ini malah menjadi bahan koreksi kawan-kawan, benar saja, sewaktu membaca
saduran pada detik dot com tersebut. Kalimat itu berbunyi [40 tahun lalu, istri
dan dua anak Ho Van Thanh tewas akibat sebuah ledakan di tambang di masa perang
Vietnam. Ia pun shock berat akibat kejadian tersebut.]. Karena ada penyebutan
narasumber berita dari DailyMail, tentunya para penjahat jagat maya langsung
meluncur ke ‘TKP’ yakni situs resminya. Kalimat yang dijumpai di sana berbunyi
sebagai berikut: But one day his wife and two of his sons were killed by a mine
explosion, putting him in a state of shock. Kata ‘mine’ memang bisa bermakna
‘tambang’ tapi juga ‘ranjau’. Dalam konteks berita di atas, tak diragukan lagi
‘mine’ bermakna ‘ranjau’, bukan ‘tambang’.
Makna
itu diteguhkan pada salah satu paragraf yang berbunyi: Ho Van Thanh and his son
Ho Van Lang apparently fled their home village 40 years ago after a bomb killed
three members of their family. Terjemahannya: Ho Van Thanh dan anak lelakinya
Ho Van Lang ternyata kabur dari dusun kelahiran mereka 40 tahun silam setelah
sebuah bom menewaskan tiga orang anggota keluarganya. Jelas berita detik dot
com ini sudah ‘misleading’ (melenceng), karena tewas karena ledakan ranjau
tentu saja berbeda dengan tewas karena ledakan di tambang.
Pelajaran
ini tentu saja membuat saya makin penasaran dengan kualitas jurnalis kita dalam
menyadur berita dari bahasa asing. Alhasil blunder penyaduran saya temukan pada
berita online detik dot com. Berita yang mengutip dari CNN ini melaporkan
tentang seorang gadis Kanada yang bunuh diri karena diperkosa oleh dua pemuda
dua tahun yang lalu. Gadis ini mengalami depresi berkepanjangan setelah dia
diperkosa dan foto dirinya diunggah di internet oleh kedua pemuda ini. Pada
detik dot kom tersua kalimat [Pada saat kejadian, keduanya dinyatakan tidak
bersalah karena polisi tidak menemukan adanya kriminalitas dalam kasus ini.].
Karena skeptis dengan penyaduran ini, saya browsing ke web CNN.
Di
situ tersua kalimat sebagai berikut: The two, who were minors at the time of
the incident, were released. Terjemahan yang benar: Keduanya, yang masih di
bawah umur pada saat kejadian, lalu dibebaskan. Saya kira cukup ‘fatal’
kesalahan si wartawan yang menerjemahkan kata ‘minor’ dengan ‘tidak bersalah’,
padahal seharusnya bermakna ‘anak di bawah umur’. Istilah ‘minor’ ini
sesungguhnya sudah umum dipakai untuk menyatakan batasan di bawah umur,
biasanya pada usia 17 atau 18 tahun. Di AS dan Kanada, ‘minor’ tidak diijinkan
untuk membeli rokok dan minuman keras. Juga apabila tersangkut masalah hukum,
minor mendapat perlakuan khusus dibandingkan dengan orang dewasa penuh.
Saya
sekedar membayangkan, bagaimana seandainya pembaca berita detik dot com ini
tidak meng-crosscheck lagi dengan narasumber aslinya, tentu akan mendapat
informasi yang keliru. Untung ini cuma berita luar negeri yang tak berkaitan
langsung dengan kita. Bayangkan kalau ini berita tentang Indonesia yang
tentunya dirilis dalam bahasa Inggris dan kemudian salah diterjemahkan. Bisa
berabe deh!
Yuk
berkualitas..!!!
Palangkaraya, 11/8 2013
Posting Komentar