Biarkan perbedaan ini menjadikan hubungan kita jadi indah
Ilustrasi |
Tuhan begitu agung dalam hal penciptaan, sampai dengan
detik ini hal demikianlah yang masih ku imani. Banyak rupa yang tercipta
berbagai bentuk pula ia adakan, termasuk penciptaan laki-laki dan perempuan.
Sampai dengan jenis kelamin ini aku jadi teringat
dengan cerita seorang kawan lama di dunia persilatan, kurang lebih ia berkata, “Sepemahamanku,
sebagian diantara kami akan mengetahui apakah laki-laki itu bisa jadi pacarku
atau tidak dalam sepuluh menit pertama,” ujarnya.
Seperti halnya kaum hawa pada umumnya, dia “misterius”
dan tak mudah ditebak. Tentu saja ini pandanganku sebagai seorang laki-laki.
Isi kepala perempuan susah diketahui. Sampai dia mengatakannya. Sedihnya, apa
yang dikatakan belum tentu terucap dengan kejujuran yang sempurna. Sekali lagi
ini pemahamanku.
Selain itu, perempuan teramat rumit. Sama halnya
dengan permainan “sodoku” perempuan senang ditebak, dikira-kira dan sedikit
puja-puja, bagi mereka itu tanda perhatian. Perempuan selalu senang jika
laki-laki penasaran pada dirinya. Itu, kata kawan perempuanku yang lain.
Tugas laki-laki adalah menyodorkan pilihan dan
perempuan tinggal memilih. Lalu lelaki dipaksa berandai-andai. Lucunya, kami
para kaum adam adalah petualang yang senang memecahkan teka-teki, laki-laki
memang selalu punya naluri untuk menaklukan. Ini kata dan gayaku.
Jika kawan pernah membaca buku jadul, “Men are
from Mars and Women are from Venus”. yang banyak menceritakan tentang perbedaan
antara perempuan dan laki-laki. Entah cara memandang sesuatu, memikirkan hal
tertentu atau menyelesaikan persoalan.
Sederhananya: laki-laki dan perempuan diciptakan
berbeda. Selalu berbeda dan memang akan berbeda. Karena itu, dia diciptakan
untuk menjadi berpasangan. Tujuannya untuk saling melengkapi dan menutupi kekurangan
satu sama lain. Ini pesan dari buku itu.
Sampai disini aku berkesimpulan jika “perbedaan
itu sesuatu yang indah”.
Jika kita bermisal tentang tipikal keduanya. Misalkan
saja, tentang sudut pandang. Bagi sebagian perempuan, laki-laki yang romantis
itu adalah puitis, bisa main gitar, wajah menawan dan bernyanyi dengan
sempurna. Namun, ada juga yang memandang lelaki sejati itu adalah yang tegap,
berwibawa, dan kebapakan. Ada pula yang suka dengan yang manja, lembut dan
melankolis. Namun ada juga yang menyukai laki-laki yang urakan, santai dan
bertenaga. Kombinasi ini tidak statis. Mungkin saja, ada beberapa laki-laki
yang memiliki sisi ini bersama-sama. Sebaliknya, lelaki juga demikian. Ada yang
suka perempuan anggun, lembut dan keibuan. Tapi tak sedikit yang suka perempuan
agresif, liar dan sedikit nakal.
Begitulah, keberagaman itu selalu menyediakan
pilihan. Tetapi pada dasarnya, semua orang menyenangi sesuatu yang cantik atau
ganteng. Istilahnya first impression. Tidak mutlak, tapi lumayan menentukan. Berita
baiknya, sejelek apapun kita, yakinlah selalu ada peluang untuk mendapatkan
pasangan. Yang jomblo semangat!
Bagiku sendiri, pacaran atau penjajakan bukanlah
suatu hubungan dimana perbedaan dua jenis manusia ini disatukan. Sama sekali
tidak! Tapi, pacaran itu adalah harmonisasi dua sifat yang berlawanan. Seperti
nada gitar, bas, piano dan drum. Jika semua bermain gitar tentu tidak terlalu
indah. Tetapi jika perbedaan bunyi itu digabung jadi satu, dengan nada, tempo
dan irama yang selaras, perbedaan itu akan terlihat dan terdengar menyentuh.
Sampai disini, “perbedaan tetap menjadi sesuatu
yang indah”.
Meski demikian, perbedaan itu tidak perlu
dipaksakan, apalagi dipaksakan menjadi sama. Iya, mengalir saja, tak perlu
dibuat-buat, pelihara tetap natural dan biarkan saja dia ada. Perbedaan tidak
harus selalu bertabrakan, tetapi juga selalu sama rata. Aku yakin, ini akan
menjadi indah dipadu padankan.
Atas dasar diatas, aku berfikir jika laki-laki
dan perempuan yang terlalu banyak persamaan justru tidak pas untuk pacaran
apalagi nikah. Lebih baik mereka bersahabat. Teman sejati sampai mati. Tapi
pilihan ini mungkin tidak diambil oleh sebagian besar orang. Ada yang motivasi
pacarannya aman-aman saja. Salah satunya ya tidak berani mengambil risiko untuk
menenggang perbedaan. Namun, ini juga tak salah. Itu pilihan.
Menurutku, makin tinggi tingkat perbedaan yang
ada, makin banyak pula pengetahuan yang bisa kita tukar. Peluang untuk berbagi
juga semakin tinggi. Kita bisa tertarik dengan topik pasangan meski itu bukan
minat kita.
Misalkan, jika pacar suka buku komik, kita senang
buku ilmiah. Kurasa kasus ini karena faktor perbedaan usia dan latar belakang
saja. Kasus semacam ini banyak dalam berbagai jenis. Tapi betapa menariknya
jika dengan perbedaan itu kita tetap sejiwa. Kalau dengan berbeda kita bisa
nyaman, apalagi dengan persaman-persaman yang kita punya. Oh indahnya.
Singkat kata, pacaran dan pernikahan itu bukan
hasil akhir. Keduanya adalah proses menuju titik keseimbangan karena perbedaan
pun tak akan pernah berakhir. Seperti naik ayunan. Kita berjalan pelan ke
tengah menuju titik keseimbangan. Sampai akhirnya kita menyadari kehilangan
sesuatu yang berharga dan ternyata seseorang itu berarti untuk kita.
Studio Terra FM, 6/2 2012.
Posting Komentar