PETI di Katingan Makin Tak Terkendali

Senin, 04 Februari 20130 komentar

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Mesin sedot PETI
Penambangan emas tanpa izin (PETI) marak dilakukan di sepanjang Sungai Katingan, Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah. Aktivitas itu menyebabkan pendangkalan sehingga menghambat transportasi sungai dan mengganggu pariwisata.

Saat menyusuri sungai Katingan, dari Kecamatan Tumbang Samba hingga Kecamatan Sanaman Mantikei yang berjarak sekitar 120 kilometer, terlihat sekitar 25 tempat penambangan emas. Jumlah mesin pengeruk batu dan air di setiap tempat bisa mencapai lima unit. Hasil kerukan kemudian disalurkan ke wadah pengayak.

Lokasi-lokasi bekas penambangan di tengah sungai ini menghasilkan tumpukan kerikil. Para pengemudi perahu yang menyusuri Sungai Katingan terlihat beberapa kali harus bersusah payah menghindari tumpukan kerikil tersebut.

Ulai, 37, sang motoris kelotok yang juga beberapa kali mengaku sebagai pemandu wisata mengatakan, penambangan emas tanpa izin mengganggu pemandangan. Para turis yang pergi ke Sungai Katingan mempertanyakan penambangan emas tersebut.

“Citra pariwisata jadi kurang baik,” ujarnya.

Di tepi sungai yang sudah ditinggalkan penambang, terbentuk semacam tebing tanah gundul yang mudah longsor. Tanah yang terkikis dari tebing tersebut, lanjut Ulai, hanyut ke sungai dan menambah dangkal serta kekeruhan air.

Jumlah tempat penambangan emas yang beroperasi secara liar di Sungai Katingan, mencapai sekitar 400 sampai dengan 600-an titik. Itu pun baru jumlah yang terpantau di bagian hulu sungai dan belum di kawasan hilir.

Bupati Katingan, Drs Duwel Rawing mengakui, penambangan liar di Sungai Katingan cukup marak. Ia pernah menyusuri Sungai Katingan di Kecamatan Katingan Hulu pada Desember lalu saat melakukan safari Natal. Penyusuran tidak dilakukan hingga ujung sungai.

Hingga di persimpangan hulu Sungai Katingan dan Sungai Samba, banyak terlihat penambangan liar. Duwel menjelaskan, para penambang liar menghilang saat razia digelar. Jumlah mereka berkurang namun kembali beraktivitas setelah penertiban selesai dilakukan.

"Itu kesulitan kami. Radar penambang itu tajam sekali," katanya.

Berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya, para penambang biasanya beraktivitas lagi seusai razia, bahkan muncul dugaan jika beberapa oknum aparat penegak hukum ikut bermain dalam bisnis illegal ini.
Share this article :

Posting Komentar

Followers My Blog

 
Support : Creating Website | Fahruddin Fitriya SH | Kecoak Elektronik
Copyright © 2012. PENA FITRIYA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Vitrah Nusantara
Proudly powered by Blogger