KLIA Jauh Lebih Modern, Petugas Imigrasi Terkesan Ramah

Selasa, 18 Februari 20140 komentar

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Foto bersama, sesaat setelah tiba di KLIA, Malaysia
Nampak susana berbeda ketika rombongan Jalan-jalan gratis bersama Kaltengpos dan Ada Tour ‘n Travel ke Kuala Lumpur Malaysia saat tiba di Kuala Lumpur International Airport (KLIA). Meski penerbangan di bandara milik negeri Jiran ini jauh lebih ramai dibanding Bandara internasional Soekarno-Hatta. Di KLIA semuanya terasa lancar, tidak Nampak antrian panjang, begitupun saat rombongan yang dipandu ADA Tour ‘n Travel ini berpindah antar terminal, tak terkecuali saat menuju keimigrasian Malaysia, setibanya di KLIA, para peserta bisa langsung menuju peron kereta listrik (trem) menuju tempat pemeriksaan paspor dan dokumen. Berikut laporannya;

Fahruddin Fitriya//Palangka Ekspres

(Bag.I) Menghindari keterlambatan dan memperpanjang waktu cheking akhir persiapan keberangkatan, para peserta tur sudah mulai berkumpul di bandara Tjilik Riwut, Palangkaraya sejak pukul 05.00, Jumat (14/2). Peserta tur adalah sejumlah karyawan berprestasi dan mitra Kaltengpos Group.

Perjalanan ke Kuala Lumpur, dilalui dengan transit di Bandara Soekarno – Hatta Jakarta. Selama keberangkatan, rombongan dipandu Vitri Hapsari Suryaningrum dari Agen Tur ADA Palangka Raya. Penerbangan dari Palangka Raya – Jakarta ditempuh dalam waktu satu jam tiga puluh menit, sedangkan Jakarta – Kuala Lumpur hampir sama, hanya satu jam empat puluh menit.

Saat berada tepat diatas KLIA, tampak hamparan sawit sampai ke sisi bandara. Perkebunan sawit itu membentang sangat luas. Namun pemandangan perkebunan sawit ini sedikit berbeda dengan yang ada di Indonesia, di Malaysia perkebunan Nampak rapid an terawat, Begitu pesawat sudah berhenti dengan posisi sempurna, penumpang keluar melalui pintu depan. KLIA Airport memang sangat luas, tampaknya bangunan masih baru dan bersih, dengan desain bernuansa modern.

Menariknya setelah sampai di ruangan kedatangan, ribuan manusia dari berbagai bangsa terlihat beraktivitas. Dari sekilas, mereka adalah orang Cina, India, Arab dan Melayu. Di tempat kedatangan itu ada dua lantai, bagian atas digunakan sebagai pusat penjualan dan makanan.

Petugas Imigrasi yang selama ini saya kira angker dan seram tiba-tiba sirna ketika saya bersama para peserta tur melewati gerbang pemeriksaan. Mereka Nampak ramah dan pandai bercakap-cakap. Sesaat ketika para petugas memeriksa paspor salah seorang peserta, Roby Cahyadi, mereka langsung tahu jika kami berasal dari Indonesia yang hendak berlibur di negaranya Upin dan Ipin itu. Begitupun saat memeriksa Paspor Helmy dan sejumlah peserta tur lain.

Di Malaysia, bandara internasional disebut antarabangsa. Rombongan pun harus ke bagian lain mengambil bagasi. Kalau di Bandara Soekarno – Hatta, penumpang menggunakan shuttle bus, maka KLIA Airport sudah memakai trem, bentuknya persis seperti monorel yang akan dibangun di Jakarta. Alat transportasi ini bergerak dengan cepat, dengan lintasan ke luar terminal kedatangan, lalu masuk ke ruangan pengambilan bagasi. Disini, peserta tur menyempatkan diri foto bersama.

Karena merasa lapar, peserta tur mencari makan siang di sekitar bandara. Rupanya ada central food yang menjual berbagai masakan. Termasuk hidangan Melayu yang banyak bumbu. Setelah itu, rombongan menuju pintu ke luar. Mereka dijemput Tour Guide Kuala Lumpur, Daniel Pamungkas. Daniel yang pandai berbahasa Jawa ini akan memandu tiga hari. Ia dibantu Rahayu atau akrab disapa Ayu, yang merupakan guide lokal Malaysia.

Selama jalan-jalan, rombongan menggunakan bas persiaran, sebutan untuk bus pariwisata. Bus itu disopiri Caseven, keturunan India yang sudah menjadi warga negara Malaysia. Jarak tempuh KLIA Airport ke Kota Kuala Lumpur memakan waktu satu setengah jam. Dalam perjalanan, Ayu langsung memberikan gambaran tentang Malaysia.

“Kadang-kadang bahasa Indonesia dan Malaysia ada yang sama tapi artinya berbeda. Tahun 2014 ini merupakan tahun melawat Malaysia, atau Visit Malaysia,” tuturnya sambil memegang mix.

Selanjutnya, Ayu menjelaskan kondisi di Malaysia, sambil menunjukkan bangunan sisi kiri dan kanan jalan yang dilintasi perjalanan menuju Kuala Lumpur. Menurutnya, Kuala Lumpur juga macet, makanya pemerintah membuat kota baru bernama Putra Jaya, sebagai tempat pemungkiman warga.

Gerbang Imigrasi KLIA
“Nanti di Putra Jaya, pusat pembangunan perumahan dikomersilkan,” ujarnya. Untuk mengurangi macet, Pemerintah Malaysia sudah membangun monorel. Ia menerangkan hampir semua warga Malaysia memiliki mobil, yang disebut mereka kereta. “Untuk memiliki kereta dibuat mudah,” ucapnya.


Tak heran dalam satu rumah bisa memiliki dua sampai tiga kereta. Di Kuala Lumpur sedikit sekali warga memakai sepeda motor. Walaupun motor diperbolehkan menggunakan jalan tol.(fit/cah) Bersambung...
Share this article :

Posting Komentar

Followers My Blog

 
Support : Creating Website | Fahruddin Fitriya SH | Kecoak Elektronik
Copyright © 2012. PENA FITRIYA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Vitrah Nusantara
Proudly powered by Blogger