Foto bersama, sesaat setelah tiba di KLIA, Malaysia |
Nampak
susana berbeda ketika rombongan Jalan-jalan gratis bersama Kaltengpos dan Ada
Tour ‘n Travel ke Kuala Lumpur Malaysia saat tiba di Kuala Lumpur International
Airport (KLIA). Meski penerbangan di bandara milik negeri Jiran ini jauh lebih
ramai dibanding Bandara internasional Soekarno-Hatta. Di KLIA semuanya terasa
lancar, tidak Nampak antrian panjang, begitupun saat rombongan yang dipandu ADA
Tour ‘n Travel ini berpindah antar terminal, tak terkecuali saat menuju
keimigrasian Malaysia, setibanya di KLIA, para peserta bisa langsung menuju
peron kereta listrik (trem) menuju tempat pemeriksaan paspor dan dokumen.
Berikut laporannya;
Fahruddin
Fitriya//Palangka Ekspres
(Bag.I)
Menghindari keterlambatan dan memperpanjang waktu cheking akhir persiapan
keberangkatan, para peserta tur sudah mulai berkumpul di bandara Tjilik Riwut,
Palangkaraya sejak pukul 05.00, Jumat (14/2). Peserta tur adalah sejumlah
karyawan berprestasi dan mitra Kaltengpos Group.
Perjalanan
ke Kuala Lumpur, dilalui dengan transit di Bandara Soekarno – Hatta Jakarta.
Selama keberangkatan, rombongan dipandu Vitri Hapsari Suryaningrum dari Agen
Tur ADA Palangka Raya. Penerbangan dari Palangka Raya – Jakarta ditempuh dalam
waktu satu jam tiga puluh menit, sedangkan Jakarta – Kuala Lumpur hampir sama,
hanya satu jam empat puluh menit.
Saat
berada tepat diatas KLIA, tampak hamparan sawit sampai ke sisi bandara.
Perkebunan sawit itu membentang sangat luas. Namun pemandangan perkebunan sawit
ini sedikit berbeda dengan yang ada di Indonesia, di Malaysia perkebunan Nampak
rapid an terawat, Begitu pesawat sudah berhenti dengan posisi sempurna,
penumpang keluar melalui pintu depan. KLIA Airport memang sangat luas,
tampaknya bangunan masih baru dan bersih, dengan desain bernuansa modern.
Menariknya
setelah sampai di ruangan kedatangan, ribuan manusia dari berbagai bangsa
terlihat beraktivitas. Dari sekilas, mereka adalah orang Cina, India, Arab dan
Melayu. Di tempat kedatangan itu ada dua lantai, bagian atas digunakan sebagai
pusat penjualan dan makanan.
Petugas
Imigrasi yang selama ini saya kira angker dan seram tiba-tiba sirna ketika saya
bersama para peserta tur melewati gerbang pemeriksaan. Mereka Nampak ramah dan
pandai bercakap-cakap. Sesaat ketika para petugas memeriksa paspor salah
seorang peserta, Roby Cahyadi, mereka langsung tahu jika kami berasal dari
Indonesia yang hendak berlibur di negaranya Upin dan Ipin itu. Begitupun saat
memeriksa Paspor Helmy dan sejumlah peserta tur lain.
Di
Malaysia, bandara internasional disebut antarabangsa. Rombongan pun harus ke
bagian lain mengambil bagasi. Kalau di Bandara Soekarno – Hatta, penumpang
menggunakan shuttle bus, maka KLIA Airport sudah memakai trem, bentuknya persis
seperti monorel yang akan dibangun di Jakarta. Alat transportasi ini bergerak
dengan cepat, dengan lintasan ke luar terminal kedatangan, lalu masuk ke
ruangan pengambilan bagasi. Disini, peserta tur menyempatkan diri foto bersama.
Karena
merasa lapar, peserta tur mencari makan siang di sekitar bandara. Rupanya ada
central food yang menjual berbagai masakan. Termasuk hidangan Melayu yang
banyak bumbu. Setelah itu, rombongan menuju pintu ke luar. Mereka dijemput Tour
Guide Kuala Lumpur, Daniel Pamungkas. Daniel yang pandai berbahasa Jawa ini
akan memandu tiga hari. Ia dibantu Rahayu atau akrab disapa Ayu, yang merupakan
guide lokal Malaysia.
Selama
jalan-jalan, rombongan menggunakan bas persiaran, sebutan untuk bus pariwisata.
Bus itu disopiri Caseven, keturunan India yang sudah menjadi warga negara
Malaysia. Jarak tempuh KLIA Airport ke Kota Kuala Lumpur memakan waktu satu
setengah jam. Dalam perjalanan, Ayu langsung memberikan gambaran tentang
Malaysia.
“Kadang-kadang
bahasa Indonesia dan Malaysia ada yang sama tapi artinya berbeda. Tahun 2014
ini merupakan tahun melawat Malaysia, atau Visit Malaysia,” tuturnya sambil
memegang mix.
Selanjutnya,
Ayu menjelaskan kondisi di Malaysia, sambil menunjukkan bangunan sisi kiri dan
kanan jalan yang dilintasi perjalanan menuju Kuala Lumpur. Menurutnya, Kuala
Lumpur juga macet, makanya pemerintah membuat kota baru bernama Putra Jaya,
sebagai tempat pemungkiman warga.
Gerbang Imigrasi KLIA |
Tak
heran dalam satu rumah bisa memiliki dua sampai tiga kereta. Di Kuala Lumpur
sedikit sekali warga memakai sepeda motor. Walaupun motor diperbolehkan
menggunakan jalan tol.(fit/cah)
Bersambung...
Posting Komentar