Jembatan Kalahien, Gerbang Menuju Jalan Neraka

Jumat, 30 Maret 20120 komentar

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم


#Perjalanan Gendeng, Bag. I

JEMBATAN KALAHIEN; Jembatan di atas sungai Barito
yang menghubungkan Kabupaten Barito Selatan dengan
Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah.
Ini adalah kali kedua (Baca juga Perjalanan Pertama) aku melakukan perjalanan dengan jarak tempuh, lebih kurang 800 KM membelah belantara Kalimantan Tengah (Barito Timur - Barito Selatan – Kapuas - Pulang Pisau – Palangkaraya – Katingan - Kotawaringin Timur – Seruyan - Kotawaringin Barat) dengan berkendara kuda besi. Jarak ini hampir sama Jakarta-Surabaya, bedanya ini Kalimantan, cuy. Di Jawa aku pernah dapat julukan seniman aspal, karena tidak pernah absen touring setiap acara klub (Smokers; Smash Otobikers Semarang) tak terkecuali sigle fighter (Touring tunggal), lagi-lagi itu dijawa, dimana kontur dan karekter jalanannya mulus bak pipi gadis, di kalimantan sungguh berbeda.

Perjalanan yang kedua ini memang bukan milikku, namun milik seorang kawan yang sudah matang merencanakannya jauh-jauh hari. Awalnya aku menolak untuk ikut serta, namun setelah kupikir, tak tega membiarkannya sendirian melakukan perjalanan berat mebelah kalteng tersebut, apalagi setelah mendengarkan rencana perjalanannya tanpa menginap, go nonstop. Satu kata buat rencana ini, “Gendeng”.

Sehari sebelum hari H, ku putuskan untuk ikut serta dalam perjalanan gendeng tersebut. Alasanku cukup mendasar, dia satu-satunya kawanku di negeri berjuluk Gumi Jari Janang Kalalawah (Bahasa Maanyan; Menjadi Jaya Selamanya), bukan hanya kawan di dunia perjurnalistikkan, namun ia juga kawan berbagi suka maupun duka, meskipun sering berdukannya. Eh ya kelupaaan, kenalin dulu kawanku, doi nih Logman salah satu wartawan media lokal yang saat ini masih dikelola menejemennya oleh salah satu media nasional.

Seperti pagi-pagi yang lain, bangun kita kesiangan. Keberangkatan yang kita rencanakan 08.00, molor sampai 11.00. Jalan pertama yang kita lintasi adalah jalan negara, jalan lintas Kalimantan Selatan-Kalimantan Tengah (Kalsel-Teng). Jalan dengan aspal goreng (Hot mix) ini cukup nyaman untuk dilalui, lubang sih ada, tapi masih jarang. Sesampainya di ampah, kita ambil jalur arah Buntok (Barito Selatan). Jalan inipun masih beraspal, namun tak seluas jalan negara.

Karena si Logman ada janji dengan seorang teman di Buntok, kami sejenak beristirahat sekaligus mengisi perut yang dari tadi sudah keroncongan. Seusai sarapan, eh makan siang ding, kami tancap gas menuju Palangkaraya. Jalanan yang kami lalu makin menyempit dan berlubang, tampak dari kejauhan papan nama yang terpasang di atas kontruksi jembatan berbunyi “Jembatan Kalahien” dalam hati berkata, “Gerbang neraka didepan mata,” ujarku.

Sebelum melintasi jembatan Kalahien kami berhenti dulu untuk memberi minum si kuda besi, takutnya ia kehausan di tengah belantara jalanan neraka. Sempat juga kami mengambil foto di atas jembatan yang berada di atas sungai Barito itu, sebelum melintasinya.

Tanpa babibu lagi kami tancap gas kembali, karena kondisi jalan yang tidak memungkinkan berkendara dengan kecepatan tinggi, kamipun berkendara hanya pada kecepatan 30-50 KM/Jam, peduli setan kendaraan lain war wer – war wer mendahului kami, inipun karena si kuda besi yang kami tumpangi berkaki kecil (2.25 – 2.15), artinya jauh dibawah ban standar yang diijinkan.

Sudah berjam-jam kami berkendara dijalanan berdebu yang belum pernah mendapat sentuhan aspal semenjak jalur yang kami lalu dibuka puluhan tahun silam. Saat menemui tikungan dengan pohon yang menjuntai ke jalan, si Logman mengajak beristirahat sejenak melepas penat, namun usulan tersebut ku tolak, ku bilang padanya “Tenang bro, didepan ada warung,” tandasku. Hampir sejam perjalanan warung yang kubilang tak kunjung muncul.

Kali ini nasib baik menghampiri kami, setelah melakukan perjalanan berjam-jam tanpa istirahat akhirnya nampak dari kejauhan sebuah warung. Sesampainya di warung tersebut kamipun singgah untuk melepas penat yang sempat tertunda. Sebelum meninggalkan warung, langit nampak kurang bersahabat dan tiba-tiba angin ribut menerpa kami dan orang-arang yang kebetulan singgah ke warung menghindari angin atau hujan yang nampaknya sebentar lagi mau turun.

Degan kondisi demikian, bukannya nyali kami menciut tapi kami malah pengen cepet-cepet tancap gas, tujuannya kabur dari hujan dan angin ribut tersebut. Kami melihat didepan langit lebih cerah, kamipun berkeyakinan jika hujan ini hanya akan turun ditempat ini dan tempat-tempat yang sudah kami lalui, dan ternyata prediksi kami benar, makin kedepan, langitnya makin cerah. Keadaan ini sekaligus membuat cerah pula hatiku.

Berjam-jam perjalanan kembali kami tempuh dengan penuh penderitaan, sedikit hiburan beberapa meter jalan beraspal. Saat itu dalam benakku selalu bertanya, kapan kami sampai jembatan Timpah (Jembatan diatas Sungai Kapuas).
Pic. perjalanan I "Membelah belantara Kalimantan Tengah"
Palangka Raya - Barito Timur Via Kalahien,
tanpa aspal, coy.

Pucuk dicinta ulam pun tiba, dari kejauhan nampak jembatan besar yang tak lain dan tak bukan adalah jembatan timpah. Dalam hati, “inilah ujung penderitaan,” ungkapku dalam hati. Setelah melintasi jembatan tersebut, jalanan yang kami lalui mulai membaik. Kerinduanku terhadap jalanan beraspal mulai terobati.

Tak lama kemudian kami jumpai kembali sebuah jembatan yang tak ku ketahui diatas sungai mana (Akan ku cari tahu sepulang dari Pangkalan Bun). Karena daerah aliran sungai (Das)nya cukup menarik menyerupai pantai, kamipun tergoda untuk berfoto dengan latar belakang jembatan dan indah Das yang dilintasinya. Setelah menyiapkan kamera, bukannya berfoto ria, pandangan kami beralih pada aktivitas beberapa orang yang menurut kami aneh.

Semakin ku zoom out, nampak beberapa orang tengah memindahkan Bahan Bakar Minyak (BBM) dari drum-drum yang ada diatas truck ke jerigen-jerigen yang ada di atas perahu. Keyakinanku semakin kuat jika yang dipindahkan mereka adalah BBM saat melihat drum-drum tersebut bertuliskan…. (Bersambung)
Share this article :

Posting Komentar

Followers My Blog

 
Support : Creating Website | Fahruddin Fitriya SH | Kecoak Elektronik
Copyright © 2012. PENA FITRIYA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Vitrah Nusantara
Proudly powered by Blogger