Suka Misuh

Selasa, 31 Januari 20120 komentar

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم


Meskipun aku sudah di negeri orang ternyata tidak serta merta dapat menghapus semua hobiku, salah satunya “Misuh” (Bahasa Jawa; Mengumpat). Sepertinya aku terlalu dalam menanamkan prinsip bahwa misuh lebih baik daripada meratapi nasib. Dengan misuh, semua beban terasa lepas saat itu juga. Daripada diempet (Ditahan) hanya karena tak ingin kelihatan kasar di mata orang lain, tetapi menjadi beban tersimpan yang suatu saat terakumulasi.

Memang sudah beberapa kali kebiasaan itu membuatku kena batunya. Namun aku tetap ngga kapok untuk mengulangi lagi. Pepatah mengatakan, dont judge the book by the cover yang artinya kira-kira, jangan hukum buku didalam koper, terserah orang mau ngomong apa, karena menilai orang tidak cukup dari ucapan atau fisiknya saja. Isi dompet kadang lebih berpengaruh terhadap segalanya, eh ngga nyambung ding.

Kembali ke topik awal, ketika aku menyusup ke kabupaten berjuluk Gumi Jari Janang Kalalawah (Bahasa Maanyan; Menjadi Jaya Selamanya) yang adatnya menurutku lumayan ajaib. Misalkan tentang anjing atau babi hutan peliharaan yang bila kita beli hidup-hidup harganya relatif murah. Tapi bila kita mencelakakan, misalnya menabrak, dendanya bisa sampai 3 juta. Apalagi jika binatang itu berkelamin betina, kemungkinan binatang itu beranakpinak masuk dalam hitungan ganti rugi juga.

Suatu saat pas liputan dan masuk jalanan kampung aku agak ngebut. Dari arah berlawanan ada sepeda motor yang lumayan kenceng juga. Karena jalanan sempit, motor sampai mepet hampir keluar jalan. Saat berpapasan, pengendaranya menoleh ke arahku dan berteriak, babiii...!!! Karena hobi misuh, aku tak mau kalah berteriak, asuuuuu...!!!

Aku baru merasa bersalah memisuhi pengendara tersebut, setelah melewati tikungan yang ternyata ada serombongan babi kampung bobo manis di tengah jalan. Kepikiran denda adat bila nabrak babi, aku pilih banting setir ke selokan dan mengerem sepuasnya sambil bergumam pelan, “Asu yang baik...”

Sejujurnya dulu sebenarnya aku tidak suka misuh, karena aku termasuk anak yang baik, berhati lembut, gemar menabung, tidak sombong, dan suka menolong, menurutku segala masalah lebih suka aku simpan sendiri dan efeknya lumayan negatif untuk perkembangan otakku. Aku mulai belajar misuh setelah beberapa kali kena batunya dan dinasehati teman agar masalah lebih baik dikeluarkan seketika.

Gara-gara sifat lama (Suka memendam perasaan) aku pernah gagal pacaran dengan seorang cewek idaman, pasalnya aku jadi butuh waktu lama untuk pedekate tanpa berani langsung nembak. Akibatnya ekonomi jadi berbiaya tinggi dan aku suka uring-uringan tanpa ujung pangkal yang jelas, sampai suatu waktu aku merasa sudah tidak mampu lagi menahan rasa, walau ternyata berakhir tragis.

Cuma ada percakapan pendek waktu itu, "Neng, mau gak jadi pacar ku..?" do’i menjawab "Mmmm... tapi aku masih sekolah, mas.." tanpa berpikir panjang, ku berkata "Ooo yasudah. Kirain dah libur..."
Share this article :

Posting Komentar

Followers My Blog

 
Support : Creating Website | Fahruddin Fitriya SH | Kecoak Elektronik
Copyright © 2012. PENA FITRIYA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Vitrah Nusantara
Proudly powered by Blogger