Meskipun aku sudah di negeri
orang ternyata tidak serta merta dapat menghapus semua hobiku, salah satunya
“Misuh” (Bahasa Jawa; Mengumpat). Sepertinya aku terlalu dalam menanamkan
prinsip bahwa misuh lebih baik daripada meratapi nasib. Dengan misuh, semua
beban terasa lepas saat itu juga. Daripada diempet (Ditahan) hanya karena tak
ingin kelihatan kasar di mata orang lain, tetapi menjadi beban tersimpan yang
suatu saat terakumulasi.
Memang sudah beberapa kali
kebiasaan itu membuatku kena batunya. Namun aku tetap ngga kapok untuk
mengulangi lagi. Pepatah mengatakan, dont judge the book by the cover yang artinya
kira-kira, jangan hukum buku didalam koper, terserah orang mau ngomong apa,
karena menilai orang tidak cukup dari ucapan atau fisiknya saja. Isi dompet
kadang lebih berpengaruh terhadap segalanya, eh ngga nyambung ding.
Kembali ke topik awal, ketika aku
menyusup ke kabupaten berjuluk Gumi Jari Janang Kalalawah (Bahasa Maanyan;
Menjadi Jaya Selamanya) yang adatnya menurutku lumayan ajaib. Misalkan tentang
anjing atau babi hutan peliharaan yang bila kita beli hidup-hidup harganya
relatif murah. Tapi bila kita mencelakakan, misalnya menabrak, dendanya bisa
sampai 3 juta. Apalagi jika binatang itu berkelamin betina, kemungkinan
binatang itu beranakpinak masuk dalam hitungan ganti rugi juga.
Suatu saat pas liputan dan masuk
jalanan kampung aku agak ngebut. Dari arah berlawanan ada sepeda motor yang
lumayan kenceng juga. Karena jalanan sempit, motor sampai mepet hampir keluar
jalan. Saat berpapasan, pengendaranya menoleh ke arahku dan berteriak,
babiii...!!! Karena hobi misuh, aku tak mau kalah berteriak, asuuuuu...!!!
Aku baru merasa bersalah memisuhi
pengendara tersebut, setelah melewati tikungan yang ternyata ada serombongan
babi kampung bobo manis di tengah jalan. Kepikiran denda adat bila nabrak babi,
aku pilih banting setir ke selokan dan mengerem sepuasnya sambil bergumam
pelan, “Asu yang baik...”
Sejujurnya dulu sebenarnya aku
tidak suka misuh, karena aku termasuk anak yang baik, berhati lembut, gemar
menabung, tidak sombong, dan suka menolong, menurutku segala masalah lebih suka
aku simpan sendiri dan efeknya lumayan negatif untuk perkembangan otakku. Aku
mulai belajar misuh setelah beberapa kali kena batunya dan dinasehati teman
agar masalah lebih baik dikeluarkan seketika.
Gara-gara sifat lama (Suka
memendam perasaan) aku pernah gagal pacaran dengan seorang cewek idaman,
pasalnya aku jadi butuh waktu lama untuk pedekate tanpa berani langsung nembak.
Akibatnya ekonomi jadi berbiaya tinggi dan aku suka uring-uringan tanpa ujung
pangkal yang jelas, sampai suatu waktu aku merasa sudah tidak mampu lagi
menahan rasa, walau ternyata berakhir tragis.
Cuma ada percakapan pendek waktu
itu, "Neng, mau gak jadi pacar ku..?" do’i menjawab "Mmmm... tapi
aku masih sekolah, mas.." tanpa berpikir panjang, ku berkata "Ooo
yasudah. Kirain dah libur..."
Posting Komentar