Seberapa kuat kita
bertahan akan cobaan, seberapa lama kita mampu berdiri dari terpaan masalah.
Ini menentukan siapa kita sebenarnya. Kita tidak diukur dari satu - juga dua
permasalahan. Semua merupakan rangkaian konsistensi kita dalam bertahan dari
waktu ke waktu. Ada proses di sini. Pembentukan karakter tidaklah instan. Ada
rangkaian yang terjadi dari tahapan kejadian-kejadian, masalah - hadiah -
masalah lagi - masalah - masalah - masalah - lalu hadiah.
Saya tidak percaya
perjuangan yang hanya berakhir dalam masalah dan berhenti. Dengan catatan
perjuangan yang tulus dan sepenuh hati. Niscaya tidak akan berhenti pada
masalah, ia akan berlanjut menghasilkan hadiah. Manusia yang telah berjuang
akan mendapatkan upahnya kini atau kelak. Bukan karma yang saya bicarakan. Tapi
sebuah logika sederhana. Tidak akan ada panen kalau tidak menanam. Berfikir
sesederhana itu saja.
Dengan kesadaran itu,
seharusnya dalam keseharian kita dipenuhi semangat berjuang pantang menyerah.
Penuh keceriaan tidak lembek. Berteman percikan api cita-cita, menyulut jantung
bekerja lebih cepat, berujung ke nadi membawa darah ke otak, mengirim sinyal
untuk melawan: keterpurukan, kemiskinan, kemalasan, pikiran sempit, iri-dengki,
prasangka buruk. Lalu diganti dengan optimisme menatap hari depan. Berseri
menyongsong hari-hari perjuangan untuk merdeka dari segala hal negatif itu.
Kita selalu kompromi
dengan karakter menerima apa adanya. Ini inti masalah yang membuat kita betah
dengan kondisi lemah. Potensi, sebesar apapun itu, yang tersimpan dalam
masing-masing kita, akan tetap berada di tempatnya sampai kita nanti. Jika mau
menyimpan, itu pekerjaan mudah. Tidak seperti menyimpan uang dalam rekening
bank yang senantiasa terancam akan godaan penarikan dari atm dan juga maling
atm. Tapi, menyimpan potensi tidaklah berbunga, juga tidak berpotensi dapat
hadiah kejutan. Maka dari itu, marilah kita berfoya-foya dengan potensi yang
kita punya. Membangun diri, membangun masyarakat, dan membangun bangsa.
Posting Komentar