Ini bukanlah sebuah penelitian
ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan didepan dewan penguji, jika keadaan
yang ada berbeda dengan yang anda alami sepenuhnya ditanggung penumpang. Awalnya
aku terinspirasi dengan hiasan (Gantungan kondom) yang hanya dijual bebas di
china dengan harga berkisar antara 5 – 20 yuan (Rp 6.800 – Rp 27.200)
iseng-iseng aku bertanya kepada beberapa koresponden dengan metode random (Korespodene konco-koncoku dewe, random kuwi
acak ndul). Pertanyannya “Apa yang terpikirkan ketika tanpa sengaja melihat
kondom bersarang di dompet?” Karena disini keadaan semacam ini paling umum
dijumpai, karena belum pernah aku jumpai kondom dijadikan gantungan/hiasan.
Berbagai macam jawaban aku dapat,
namun sebagian besar bernada negative dengan peringkat tertinggi dengan jawaban
Ngejablay dan Selingkuh. Ada juga yang menjawab belum cukup umur sambil cengar
cengir mupeng. Hanya sebagian kecil yang bernada positif yakni sebagai alat
kontrasepsi pengatur kelahiran. Tetapi yang menjawab positif inipun buntutnya
miring-miring juga. Katanya demi kesehatan dan sayang istri. Tapi setelah
dipertanyakan maksudnya lebih jauh, ternyata definisi sayang itu adalah. "Emang
gua udah gila apa jajan ngga pake sarung. Kalo sampe kena penyakit, kasihan
istri yang ngga tau apa-apa..." Gubrakkk…
Selain itu apakah pernah
terbayang oleh kita saat nongkrong malem-malem di warung, terus dari balik
ruangan terdengar suara cowok nanya, "berapa..?" Lalu dijawab dengan
suara lembut cewek, "300 ribu aja deh, mas. Dijamin ngga mengecewakan. Mau
pake kondom ngga..? Gratis deh buat bonus..." Apa yang terlintas dalam
benak kita ketika mendengar kata kondom bila kita tak memeriksa ke ruangan
sebelah yang ternyata konter hape..? Hahaha…
Aku rasa pemikiran negatif itu
bukan cuma milik mereka yang memang gemar bertualang saja. Tanpa ada maksud
untuk menjustifikasi, aku yakin orang baik-baik pun mikirnya senada bahwa
kondom itu bukan hanya untuk mencegah penyakit menular seksual. Pantes saja
kalau aku pulang liburan ke Jawa tepatnya ke Sekaran atau Jolotundo yang
notabenenya kompleks pelajar dan mampir ke mini market bersama teman kuliah dan
itupun statusnya sudah menikah, mbak-mbak kasirnya suka mesam-mesem. Bisa jadi
si mbak menganggap hidung kita belang gara-gara melihat belanjaan. Tapi Egepe
dah. Asal jangan trus nawarin kamar pas buat nyobain sebelum dibayar. Emang
beli baju..?
Ketika aku bertanya pada seorang
kawan tarkait kondom tersebut, Ia menjelaskan jika kondom hanyalah alat
kontrasepsi untuk mencegah kehamilan dan mengatur jarak keahiran. Fungsi lain
yakni kesehatan tak pernah Ia pikirkan karena yakin dirinya dan isterinya tidak
ada masalah disitu. Lebih jauh lagi, kondom merupakan salah satu cara bagi
suami untuk ikut bertanggungjawab terhadap keluarga. Dimana umumnya di
Indonesia Raya, masalah KB sering dianggap sebagai urusan ibu-ibu.
Senada dengan penjelasan seorang
teman, bagiku jika masih ada yang berpikiran jika KB ini hanya tanggung jawab
ibu-ibu aku rasa ada unsur ketidakadilan yang terjadi sampai saat ini, dimana bapak-bapak
hanya maunya numpak dan enaknya saja. Padahal Tuhan menciptakan seks untuk
manusia agar ada dua unsur berlainan jenis bisa bersatu dalam kebersamaan.
Tidak bisa disebut kebersamaan bila kejadiannya "Enak di lu ngga enak di
gue." Yang ada salah satu pihak merasa terjajah dan payahnya yang paling
sering dijadikan korban adalah istri. Banyak suami-suami yang merasa bahwa
tugasnya hanya kerja cari duit semampunya. Selanjutnya urus rumah, anak, cari
penghasilan tambahan dan lain-lain termasuk urusan KB jadi beban istri. Padahal
kenyataan di sekitar kita, cukup banyak acara naik-naik ke puncak gunung yang
istri hanya tau lagunya doang tanpa pernah sampai kesana.
Minimnya metode KB untuk
laki-laki bukan alasan untuk lepas tanggung jawab tak mau berbagi tugas. Disini
aku lihat banyak contoh ketidakkonsistenan laki-laki sebagau suami. Seks dalam
rumah tangga yang secara teori disebut nafkah batin, kenyataannya lebih
cenderung dipraktekan sebagai pelayanan istri semata.
Penolakan banyak suami terhadap
kondom sebagai alat kontrasepsi umumnya pake alasan ribet. Mood yang sudah
tegangan tinggi tinggal tarik pedal gas, harus ditahan sejenak untuk pake helm.
Kalo KB untuk istri ngga bakalan seperti itu. Pil KB yang harus tiap hari ngga
perlu diminum sesaat sebelum tinggal landas. Suntik bisa 3 bulan sekali. Atau
yang bisa tahunan seperti implan atau IUD. Sepintas memang praktis. Tapi suami
juga perlu ingat keluhan sebagian besar pengguna kontrasepsi hormonal yang
punya efek samping kegemukan dan haid tidak teratur atau sampai lama baru
mampet. Nanti melihat body istrinya membengkak atau palang merahnya kelamaan,
trus dijadikan alasan untuk tengok kanan kiri. Ngga adil kan..?
Alasan lainnya katanya tidak
nyaman. Walau super tipis, kondom memang mengurangi sensitifitas syaraf
terhadap rangsangan. Alasan ini tidak bisa diterima begitu saja bila melihat
kenyataan banyak laki-laki yang menggunakan obat semprot atau oles agar tahan
lama dan disebut lelaki perkasa. Obat semacam ini cara kerjanya sama dengan
obat bius yang membuat syaraf kulit menjadi mati rasa secara temporer.
Separah-parahnya kondom tidak sampai ke level mati rasa. Secara teknis,
menggunakan kondom lebih bisa menikmati aktifitasnya dibanding menggunakan
obat. Dikaitkan dengan kepekaan syaraf dan efeknya pada daya tahan, walau tak
sehebat obat-obatan, kondom juga bisa memperpanjang masa aktif ibadah indah
itu.
Tak perlulah berpikir rumit
sampai sebegitunya. Intinya kalo memang ingin disebut suami idaman yang sayang
istri, apa salahnya ikut bertanggungjawab untuk tidak membebankan soal
sederhana itu ke istri. Ngga perlu termakan omongan orang yang ngga jelas.
Nyobain aja belum sudah teriak ngga enak. Kalo awalnya rada kagok itu wajar,
namanya juga belum biasa. Toh tak selamanya harus disarungin. Tinggal tanya ke
bidan cara ngitung masa subur, bisa kok sekali kali free style full body
contact tanpa pengaman.
Sepele memang, namun akan berarti
banyak dalam keharmonisan rumah tangga. Jangan terbawa bodoh seperti anehdot
jadul yang tenar di kaskus tentang 3 suami yang lagi menceritakan kebodohan
istrinya masing-masing.
Suami pertama cerita,
"Istriku bodoh banget. Suka masak aja engga, kemarin ribut minta dibeliin
kompor gas 2 pintu..."
Suami kedua, "Sama. Istriku
pernah minta dibeliin tabung gas 50 kilo. Padahal di rumah pakenya kompor
minyak..."
Suami ketiga, "Bodohan
istriku. Setiap dinas ke luar kota
selalu bawa kondom selusin. Emang mau dipasang dimana..? Dia kan cewek..."
Siapa yang bodoh..? Hayohhh…
#Pengakuan dosa; sampai saat ini
aku emang belum beristeri tetapi semasa kuliah dulu aku pernah berpacaran sehingga
sedikit banyak tahu mengenai kondom, selanjutnya tafsirkan sendiri.
Posting Komentar