Tarif Murah Bukan Berarti Harus Nelpon Lama

Kamis, 12 April 20120 komentar

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Siapa sih yang ngga tau Hand Phone (HP/hape)? Alat komunikasi yang beberapa tahun lalu masih menjadi barang mewah, kini sudah menjadi barang umum yang lebih mudah kita jumpai dibanding sebungkus kacang goreng atau pisang rebus. Barang yang dulunya hanya tersedia dengan harga di atas sejutaan (Paling murah tuh) belum lagi mahalnya kartu perdana yang selangit, kini terjun bebas dengan banderol ratusan ribu saja, bahkan itu udah termasuk perdananya

Selain itu tarif nelpon dan smsnya juga murah meriah, jika sepuluh tahun lalu nelpon semenit saja harus merogoh kocek 2.500 perak, apalagi saat itu masih berlaku yang namanya roaming jika kita nerima telpon dari luar daerah regional (SLJJ; Sambungan Langsung Jarak Jauh). Lagi-lagi itu dulu, kini dengan 1.000 perak aja bisa nelpon sampai bantre hape njeblug. Mungkin hal ini hanyalah strategi bisnis dimana semakin banyak usser semakin murah pula harga yang ditawarkan.

Aku pribadi tak begitu ambil pusing dengan strategi bisnis mereka, yang terpenting bagiku, bagaimana memanfaatkan teknologi berupa hape ini seefektif mungkin. Sebagian banyak manusia di republik ini punya hape, tapi sayangnya banyak yang gagap berkomunikasi efektif via hape yang mereka miliki. Komunikasi yang ku pahami adalah menyampaikan keinginan, mengekspresikan kemauan supaya orang lain tahu apa yang kita kehendaki.

Ada beberapa poin yang mungkin bisa dijadikan latihan berkomunikasi via hape yang efektif. Poin pertama yang harus selalu diingat pada saat kita bicara adalah menyebutkan objeknya terlebih dahulu, supaya terlokalisir dan tidak lupa. Banyak orang yang berbicara tidak efektif, terlalu banyak basi-basi sehingga inti dari yang ingin dibicarakan menjadi lupa.

Kedua, kemukakan dengan singkat dan jelas. Saat poin kedua ini dilakukan terkadang lawan bicara merespon dan menanyakan alasan kita atas pernyataan yang kita kemukakan diawal pembicaraan, nah baru kemudian kita bisa mengemukakan apa yang menjadi alasan kita, yang terpenting inti dari yang ingin kita utarakan sudah tersampaikan diawal pembicaraan. Hanya membutuhkan waktu tidak lebih dari 10 detik saja pembicaraan sudah sudah bisa diclose.

Kita bisa memulai melatih diri kita sendiri untuk bisa berkomunikasi efektif. Kita gunakan media secara tidak langsung dan seadanya, coba bicara tentang diri kita sendiri dengan sudah mencakup bahasan yang cukup bisa dimengerti selama satu menit, misalnya kita berbicara tentang apa yang paling berkesan pada saat kita masih kecil, berbicara tentang pengalaman masa lalu karena orang biasanya merasa senang jika bicara atau menceritakan tentang dirinya sendiri. Berbicara tentang pengalaman masa kecil yang sering berkesan dengan dimulai dari objeknya.

Contoh: “Pertama kali dibelikan mainan oleh Orang tua” Kemudian merambah ke waktu, usia, dst pada saat itu. Selanjutnya coba susun dengan menggunakan kata yang bisa disampaikan dengan cepat, tepat, dan mudah dimengerti dan kita harus membuat suatu kesimpulan setelah kira-kira kurang 15 detik sebelum waktu berakhir, bahwa “ternyata pada saat saya masih kecil itu yang namanya mainan harganya sangat mahal maka pada saat saya dibuatkan ayah mainan dari kulit jeruk yang dibentuk kereta-keretaan saja rasanya sudah senang sekali dan begitu berkesan”. Pembagian waktunya yaitu 45 detik berbicara dan 15 detik menutup beserta dengan kesimpulan. Durasi satu menit sangat normal dan standar sekali untuk berlatih, tidak terlalu singkat dan tidak terlalu panjang.

Kita boleh melatih bicara efektif didepan adik atau anak kita dengan menceritakan cerita yang nyata jangan fiktif (bohong) supaya tidak mengarang, karena jika sudah mengarang akan membutuhkan energi yang lebih. Dalam berlatih harus dengan orang lain atau menggunakan timer dengan tujuan untuk mengingatkan 15 detik waktu yang tersisa untuk menyimpulkan yang sudah kita ceritakan tadi, itu menandakan bahwa dalam satu menit kita sudah mampu menyampaikan sesuatu dengan tepat dan lengkap sampai ke kesimpulan mencakup prolog, isi (konten), dan resume.

Jika kita sudah latihan misalnya di depan anak-anak maka suatu saat nanti jika harus berbicara di depan umum untuk memberikan sambutan yang berdurasi satu menit kita sudah tidak canggung lagi. Latihan ini sangat efektif sekali dan tidak perlu banyak improvisasi, hanya berlatih untuk ketat terlebih dahulu dan tidak mensuggest, nasehat ini dilakukan karena banyak sekali orang lain yang sangat sulit mengungkapkan apa yang dirasakan.

Banyak masalah yang menjadi pertanyaan di luar sana, beberapa diantaranya “mengapa bicara dengan orang yang ditaksir sulit? Mengapa selalu misunderstanding dengan teman? Mengapa kok saya selalu diberi predikat bahwa orang yang sangat ceriwis? Mengapa kok saya diberi predikat orang yang tidak tahu hati orang lain sehingga kalau bicara selalu menyakitkan? Mengapa saya dianggap pimpinan yang tidak mengerti umatnya? Mengapa kok saya menjadi leader yang dimana teamwork saya tidak jalan karena saya dianggap tidak bisa berkomunikasi?’. Masalah itu semua dikarenakan kurangnya berlatih untuk berbicara secara efektif apalagi kalau sudah mengenai emosi.

Maka, untuk berlatih coba gali pengalaman-pengalaman yang melibatkan emosi, hal yang sangat menyenangkan, menjengkelkan dalam hidup kita sehingga kita memang terbawa emosi.

Penerapan bicara/komunikasi efektif harus bisa kita aplikasikan saat melakukan komunikasi via hape. Udah nelpon lama, malah orang yang kita telepon tadi masih gantian menelepon kita (miscommunication), saat nelpon harus betul-betul tepat guna dan apa yang dibicarakan harus bisa dimengerti. Jadi, pada saat kita menyampaikan instruksi atau keinginan terhadap seseorang, cobalah untuk membicarakannya secara efektif (Berkomunikasi efektif).

Yang masih suka begadang buat nelpon, perlu belajar nih.
Share this article :

Posting Komentar

Followers My Blog

 
Support : Creating Website | Fahruddin Fitriya SH | Kecoak Elektronik
Copyright © 2012. PENA FITRIYA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Vitrah Nusantara
Proudly powered by Blogger