Cari Solusi Konkrit Atasi Kabut Asap Di Katingan

Minggu, 14 Oktober 20120 komentar

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Bakar lahan, masyarakat juga butuh makan. Jangan hanya melarang, tapi berikan solusi.

Kabut asap di Kasongan, Ibu Kota Kabupaten Katingan
Kabut asap bak agenda tahunan di Kalimantan Tengah, tak terkecuali di Kabupaten Katingan. Kondisi ini berdampak langsung pada aktifitas masyarakat, jarak pandang berkurang, penerbangan terganggu, masyarakat menderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), dan lain-lain.

Kondisi semacam ini merupakan permasalahan yang selalu dialami Kabupaten berjuluk Penyang Hinje Simpei dan secara umum Kalimantan Tengah ketika musim kemarau tiba. Meski beberapa hari terakhir Kasongan sebagai ibu kota Kabupaten Katingan diguyur hujan, tetap saja kabut asap tak sepenuhnya hilang. Tentu saja problem kabut asap itu butuh solusi.

Dapat dipastikan, kabut asap yang melanda wilayah Katingan dan sekitarnya diakibatkan kebakaran lahan. Kebakaran lahan tersebut terjadi karena dua sebab, sengaja dibakar untuk membuka lahan tempat bercocok tanam demi mengepulkan asap dapur. Sebab lainnya diduga beberapa lokasi memang terbakar sendiri karena panasnya suhu udara.

“Beberapa hari terakhir memang ada beberapa warga di Tumbang Senamang yang membuka lahannya dengan cara membakar,” ungkap Drs Bakti Gunawan, Camat Katingan Hulu

Di lain sisi, pemerintah terkait dikabarkan telah berkali-kali mengimbau masyarakat agar tidak membakar lahan ketika akan membuka bidang untuk bercocok tanam. Mengingat dampak dari kabut asap itu cukup komplek, bahkan persoalan ini sudah menjadi perhatian Nasional dan dunia Internasional.

Hanya saja, masyarakat peladang tidak mau dijadikan kambing hitam atas masalah tersebut. Menurut mereka, masalah tersebut tak sepenuhnya salah masyarakat. Intinya, jika tak bercocok tanam, masyarakat mau makan apa?

Warga Katingan hulu dan sebagian besar warga Kabupaten Katingan mengatakan pemerintah tidak hanya cukup memberikan imbauan untuk tidak membakar lahan saja. Pemerintah juga harus memberikan solusi nyata, karena pembakaran lahan itu bertujuan untuk melakukan cocok tanam.

“Jangan cuma melarang kami untuk membakar lahan saja, tapi berikan juga jalan keluar dari masalah kami itu. Jika kami tidak membakar lahan, harus dengan cara apalagi kami membuka lahan untuk bercocok tanam,” kata Suli di ladangnya beberapa waktu lalu.

Selain bertani karet, masyarakat Katingan juga membuka ladang untuk bercocok tanam. Sejak dulu, jika musim kemarau datang banyak masyarakat yang memanfaatkan membuka lahan yang mereka miliki untuk persiapan bercocok tanam saat musim hujan datang.

Biasanya mereka membuka lahan dengan cara menebasnya terlebih dahulu, baru kemudian dibakar. Namun ada juga yang langsung membakar tanpa menebasnya terlebih dahulu. Ini dilakukan karena hanya dengan cara ini mereka bisa membuka lahan untuk digunakan bercocok tanam. Upaya land clearing (pembukaan lahan) dengan membakar masih menjadi pilihan selain murah dan cepat.

Sebenarnya masyarakat tahu membuka lahan dengan membakar tidak baik karena menyebabkan kabut asap.

Ungkapan senada diungkapkan Lino, “jika membakar tidak diperbolehkan, maka dengan cara apa lagi kami untuk bisa membuka lahan kami. Tidak mungkin kami hanya menebasnya saja. Jika hanya ditebas, hasil tebasannya itu mau dikemanakan kalau tidak dibakar,” tuturnya.

Oleh karena itu ia dan beberapa rekannya berharap pemerintah mencari jalan keluar atas itu. Selain itu, pihaknya juga berharap agar masyarakat peladang tidak disebut-sebut menjadi sumber penyebab kabut asap yang terjadi di Katingan. “Kami butuh solusi yang nyata, bukan cuma imbauan saja,” tutupnya seraya mengayunkan pacul.

Kasongan, 14/10 2012
Share this article :

Posting Komentar

Followers My Blog

 
Support : Creating Website | Fahruddin Fitriya SH | Kecoak Elektronik
Copyright © 2012. PENA FITRIYA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Vitrah Nusantara
Proudly powered by Blogger