Filosofi Bersepeda

Senin, 07 Januari 20130 komentar

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم




Dahlan Iskan, Menteri BUMN; Untuk menjadi pengusaha, seseorang harus berani mencoba, tekun berjuang, mampu menghadapi tekanan. Bila gagal, bangkit lagi sampai bisa. Jangan putus asa.

"Jadi pengusaha harus dicoba, dipegang, lalu jatuh dan naik lagi, persis seperti orang belajar naik sepeda,” katanya.
"Hidup ini seperti bersepeda"
Minggu kemarin, tiba tiba saja seorang kawan sms dan menanyakan kapan aku bersepada lagi bareng. Dengan berat hati ku kirim balasan sms, “sory sizt, sepeda ku udah ku kasih kawanku di Palangkaraya”. Karena lama tak saling menghubungi, sepertinya dirinya belum mengetahui jika saat ini aku tak lagi menjalani kesibukan yang sudah setahun lamanya ku tinggalkan.

Dari sekian percakapan via sms dan telephone, aku ungkapkan jika diriku tak lagi “Bike2Work” meski demikian aku takkan pernah lupa dengan filosofi bersepeda yang pernah kawan kawanku dulu share di komunitas.

Ternyata ada banyak hal yang bisa kita jadi filosofi kehidupan kita. Misalnya, tentang bersepeda di jalur tanjakan dan turunan. Saat sedang menanjak, janganlah terlalu bernafsu mencapai puncak, atur nafas, atur tenaga, konstankan putaran, supaya efektif mencapai puncak, dan tentu saja tetap konsentrasi untuk menghadapi turunan.

Saat sedang menurun, janganlah kaget hingga terlalu cepat menarik rem, kamu akan terjungkal dan makin terpuruk, Ikuti alur jalannya, seimbangkan remnya, ambil momentum putarannya, hingga saat kamu menanjak kamu tidak membuang tenaga.

Selain itu, Bersepeda itu bukan masalah jumlah kilometer, tapi lebih pada menikmati setiap kayuhan untuk mendapatkan tiap kilometer tersebut. Begitupula kehidupan, hidup menarik bukan karena jumlah umur, tapi bagaimana kita menikmati setiap detik untuk mendapatkan umur tersebut.

Bersepeda juga bukan masalah sepeda atau komponen yang ada di dalamnya, tapi bagaimana menggunakan sepeda dan komponen tersebut untuk mendapatkan perjalanan mengesankan, yang bisa kita nikmati, bisa kita ceritakan, bukan hanya menggunakan sepeda untuk kita banggakan harganya.

Begitu pula kehidupan, kehidupan bukan masalah harta yang kita dapatkan, tapi bagaimana memaknai harta yang kita punya untuk membuat hidup kita lebih berharga secara batin, bukan hanya secara nominal.

Ada pepatah Jawa bilang, “urip kuwi golek jeneng, ojo golek jenang”

Terjemahan bebasnya, “hidup itu cari nama bukan cari makan”, maksudnya hidup itu harus bermanfaat (bagi orang banyak) sehingga membuat nama yang baik, bukan hidup hanya cari harta tapi tak membuat perbedaan apa-apa.

Sama dengan sepeda, buat apa punya sepeda kalau cerita yang kita punya hanya pada saat kita membelinya, bukan pada saat menaikinya, bukankah menaikinya itu terlihat dan terasa lebih menarik.

“It is about the journey, not the destination. Because life is a journey …”

Kasongan, 7/1 2012.

Disclaimer; Filosi bersepeda dari hasil sharing dengan kawan kawan komunitas sepeda “Bike2Work” Semarang.
Share this article :

Posting Komentar

Followers My Blog

 
Support : Creating Website | Fahruddin Fitriya SH | Kecoak Elektronik
Copyright © 2012. PENA FITRIYA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Vitrah Nusantara
Proudly powered by Blogger