Karena Cinta Butuh Dewasa

Minggu, 06 Januari 20130 komentar

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم


Jikalau ku mengenang jejak, ada satu pelajaran berharga yang kudapat; “Cinta Butuh Dewasa”.

"Cinta"
Dulu saat ku pertama mengenal cinta yang kupahami secara kasat, Aku mampu memberikan cinta, aku mampu menelepon cinta, aku mampu tertawa bersama cinta. Hingga prahara datang membordirku dalam bentuk yang tidak lagi kupahami.

Sadar; “Cinta Telah Hilang”.

Pernah kutanyakan pada cinta, “Apakah engkau membutuhkan aku menjadi dewasa?” Cinta hanya tersenyum, lalu menjawab singkat “Tidak,” begitu katanya. Awalnya aku mengira jawaban Cinta jujur adanya, hingga ketika prahara datang bahwa semua adalah dusta. Karena akhirnya aku paham jika ternyata, Cinta butuh dewasa.

Dewasa datang bak hantu blawu, seperti gundorowo, begejil, dedemit dan semacamnya, Aku takut, aku tak berani menyerangnya. Karena aku ingin Cinta bahagia, makanya aku diam. Dan aku semakin paham, Cinta butuh dewasa.

Aku berlari ke belakang, aku takut, aku bingung, aku galau, ketika Cinta melayangkan email ke inbox ku, “Kamu jangan lagi menghubungiku, ya. Kita PUTUS”. Setelah mendapatkan tempat gelap yang nyaman, aku baru mulai bernafas, ku dengar nafasku sengal-sengal.

Tempat itu gelap, pengap, sunyi, sepi, namun aku nyaman, karena ku rasa tempat inilah yang cocok untuk melupakan Cinta. Tapi ternyata aku salah, Cinta selalu ada tak pernah terlupa.

Aku baru tahu bahwa aku masih sayang Cinta. Saat mendengar namanya disebut, dadaku berdebar, wajahku merah, aku rindu, aku kangen Cinta. Tapi Cinta tidak membutuhkanku lagi. Cinta cuma butuh dewasa. Cinta telah mendapatkan seseorang itu. Cinta sekarang telah bersama dewasa.

Aku benci dewasa, tapi aku tak bisa bilang, karena aku takut Cinta sakit hati, jika kukatakan aku benci dewasa. Aku ingin Cinta bahagia, selalu kukatakan. “Tak peduli pria di depanmu yang kau ikuti, aku tetap ada di belakangmu, mendorongmu, dengan cara yang tidak pernah kau duga”.

Langit biru, awan masih tetap putih, bias lautan yang terpantul di atmosfir bumi, sungguh keindahan yang selalu ditulis oleh para pujangga. Langit lantas hitam ketika malam bermuara di tepian, ketika cahaya telah lari ke sebelah. Untuk Cinta, aku tetap cinta.

Pagi tadi, dari awal aku bangun, aku terus memikirkan Cinta. Namanya selalu kueja pelan. Aku tidak tahu, apakah dia sudah lupa aku? Dia terlalu membenci aku. Dikatanya, semua hinaanku tak akan pernah dia lupa. Memang dulu aku salah, karena aku terlalu cinta; Aku Tidak Dewasa.

Namun apapun itu, dia adalah pengalaman yang tak pernah ku lupa, Cinta adalah pertamaku saat berjalan bersama, Cinta adalah ruhku. Saat Cinta bilang, dewasa itu indah, aku tersenyum, aku bahagia karena cinta bahagia. Aku menangis karena Cinta menangis, itu semua karena aku cinta.

Sekarang, sedikit demi sedikit aku belajar berdiri, tertatih berjalan dengan dua kaki, menegakkan punggungku. Aku katakan pada cinta melalui tulisan-tulisanku, “Aku ingin melamar bidadari”.

Share this article :

Posting Komentar

Followers My Blog

 
Support : Creating Website | Fahruddin Fitriya SH | Kecoak Elektronik
Copyright © 2012. PENA FITRIYA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Vitrah Nusantara
Proudly powered by Blogger