Untung Aku "Ngga" Jadi Polisi

Selasa, 22 Januari 20130 komentar

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم


Hanya ada satu Polisi yang jadi Pahlawan Nasional

Sungkeman Idul Adha 2012
Di Republik tanah air beta ini tak sedikit yang sudah mendapat label “Pahlawan” dengan beragam gelar. Mulai dari Pahlawan Perintis Kemerdekaan, Pahlawan Kemerdekaan, Pahlawan Nasional, Pahlawan Revolusi hingga Pahlawan Reformasi. Jika kita telusuri satu persatu ternyata seabrek gelar tersebut masih di dominasi oleh Politisi dan Tentara. Dan anehnya dari sekian profesi yang masuk ke daftar pahlawan ada satu profesi, ya, satu satunya profesi yang kebetulan menjadi pahlawan yakni “Polisi”.

Pasti kawan-kawan heran, seperti halnya aku, kenapa hanya ada satu polisi yang jadi pahlawan? Tidak layakkah polisi yang ikut serta berjuang setelah kemerdekaan mendapat gelar pahlawan? Entahlah.

Padahal, Jika mau jujur, semasa kecil dulu aku selalu terpesona dan kagum melihat polisi-polisi itu memakai seragam coklat mereka. Bahkan keikutsertaanku di kepramukaan tidak lain karena memiliki seragam yang memiliki kemiripan dengan atribut korps Bhayangkara itu.

Dari kacamata masa kecilku, mereka begitu sangat gagah perwira. Saat itu aku sungguh tergila-gila dengan sosok polisi, bagiku mereka adalah pahlawan, idolaku dan bahkan aku sangat berharap dikemudian hari dapat menjadi perwira polisi seperti kedua abangku.

Sempat terbesit dibenakku, dimana semua bandit-bandit takut padaku, penjahat-penjahat habis kubasmi, pikirku ketika itu. Sungguh aku terpesona dengan kharisma mereka. Namun, dengan berjalannya waktu, aku malah bersyukur kerana diwaktu aku sampai pada persimpangan hidupku aku tidak lagi ngotot untuk menjadi polisi.

Sepertinya tuhan memiliki garis takdir lain untukku, keinginan yang saat itu sulit kubendung lambat laun surut dan ternyata berakhir dengan kecintaanku dengan dunia jurnalistik. Tapi aku lebih bersyukur lagi ketika mengetahui kenyataan bahwa hanya ada satu polisi saja yang dijadikan pahlawan di negri ini, itupun kebetulan.

Padahal cita-citaku yang lain adalah aku ingin namaku nanti terpatri menjadi nama jalan setelah diabadikan sebagai pahlawan bangsa. Tentu jika aku jadi polisi cita-cita itu sulit tercapai, buktinya sampai saat ini hanya ada satu polisi yang jadi pahlawan.

"Kebetulan" ini bisa ditelusuri dari sebuah kisah yang kebetulan nyangkut di daftar pencarianku (mbah google). Dari laman milik Wikipedia Indonesia mengisahkan seorang polisi berpangkat Aiptu Karel Sasuit Tubun yang gugur setelah diculik oleh pasukan cakrabirawa dini hari 1 Oktober 1965 ketika kebetulan sedang berjaga di rumah Waperdam Johannes Leimena, ya kebetulan, Dia kebetulan sedang berjaga disana ketika para penculik itu hendak menyantroni rumah Menko Hankam AH Nasution. Dikarenakan dia adalah korban Gerakan 30 September, maka oleh Orde Baru dia diangkat menjadi Pahlawan Revolusi.

Nah bagaimana dengan polisi-polisi yang lain? Penasaran juga aku untuk mencari informasi tentang pahlawan-pahlawan dari kepolisian, lewat mesin pencari internet dan buku-buku ensiklopedia, tapi hasilnya nihil.
Aku bangga dengan profesi sekarang, dan dari sinilah akan terlahir "Pahlawan" baru!!!
Awalnya aku berpikir, mungkin memang belum ada polisi yang menjadi pahlawan karena dulu mereka masih berada di bawah bayang-bayang TNI, saudara tuanya itu. Meski orang-orang seperti Soekanto Tjokrodiatmodjo atau Jenderal Hoegeng sangat layak mendapat gelar tersebut.

Ketika reformasi bergulir dan teriakan-teriakan anti militeristik menggema ke seantero negri, polisi melepaskan diri dari kakaknya. Berjalan sendiri tanpa adanya intervensi dari TNI lagi. Polri meski statusnya sama dengan TNI (sama-sama di bawah Presiden) tetapi untuk kebijakan anggaran Polri memiliki otoritas pengelolaan anggaran sendiri. Malah terasa lebih “bebas” dibanding saudara tuanya yang legowo berada dalam otoritas politik sebuah Kementerian.

Ahaaa, inilah kesempatan polisi untuk menjadi pahlawan, pikirku. Inilah masanya polisi menunjukan kegagah-perwiraannya dengan penegakan hukum yang tak pandang bulu. Lakukan sekarang pak polisi, hajar para pelanggar hukum itu, tentu nanti kerjamu tak sia-sia, 10 atau 20 tahun lagi kerja kerasmu akan ditimpal dengan gelar pahlwan, dan itu bukan sebuah kebetulan. Tapi itu pikiranku yang dulu, beberapa tahun lalu ketika polisi mendapat kesempatan berpisah dari tentara.

Kalau sekarang apa masih ada polisi yang layak diberi gelar pahlawan 10 atau 20 tahun lagi..? Aku tak yakin akan ada, sama sekali tidak yakin ketika cerita cicak-buaya menjejali kuping, kisah Susno yang terpenjara sepi di markas Brimob sana, main-mainnya si Gayus dengan aparat hukum, rekening-rekening gendut para perwiramu yang tak pernah dijelaskan detailnya.

Untung saja aku tidak jadi polisi di masa ini, karena aku bercita-cita menjadi pahlawan yang tercatat di lembaran Negara. Dan tentunya juga masuk buku daftar Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah manusia karya Michael H. Hart. Kurasa keinginan ini akan sulit terwujud jika saat ini aku seorang polisi.

Kasongan, 22/12 2013.
Share this article :

Posting Komentar

Followers My Blog

 
Support : Creating Website | Fahruddin Fitriya SH | Kecoak Elektronik
Copyright © 2012. PENA FITRIYA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Vitrah Nusantara
Proudly powered by Blogger