Ilustrasi |
Bisnis
esek-esek dalam kurung prostitusi kini sudah menjadi lahan menggiurkan bagi
orang yang ingin mendapatkan uang cepat, seiring dengan perkembangan zaman
merebaknya bisnis ini semakin berevolusi lebih sistemik dan modern, apalagi
ditunjang dengan semakin mudahnya orang yang memiliki kelebihan syahwat
menggunakan kocek dan fasilitas yang ada untuk bisa mendapatkannya.
Melalui
akses jaringan telekomunikasi, internet bahkan handphone dan media massa orang
pun dimanjakan untuk memilih sendiri sesuai dengan keinginannya, mau pilih yang
model dari kelas bawah, menengah dan kelas premium pun bisa didapatkan.
Pengalaman
ini kusaksikan sendiri beberapa saat lalu ketika kami mendapat undangan rapar
koordinasi di sebuah kota. Seorang kawan dengan mudahnya memilih dan memesan
teman tidur semalam ini hanya menggunakan blackberry messenger (BBM), disitu
dirinya memiliki keleluasaan memilih dan barang tentu menyesuaikan isi
kantongnya.
Sebuah
transaksi yang mudah, tawar menawar dengan para germo begitu simpel dan
sederhana dengan privacy tingkat tinggi, karena sampai saat ini Negara kita
belum mampu melakukan penyadapan konten-konten BBM.
Dari
enjelasan seorang kawan inilah aku beru menyadari, ternyata di setiap kota
bisnis lender ini memiliki cirri masing-masing, misalnya di kota X, mereka bisa
menggunakan jejaring sosial sejenis twitter, di kota Y menggunakan facebook dan
lain lain dan sebagaina dan sebagainya. Tentu saja hal ini akan lebih
memanjakan para penikmat bisnis syahwat dan memudahkan para jaringan bisnis
tersebut.
Dengan
technology yang maju ini, bagi mereka yang menginginkan tidak perlu susah-susah
untuk datang ke lokalisasi atau harus berkeluyuran di daerah prostitusi, dengan
bermodalkan blackberry messenger dan mengetahui pin germo bisa memesan secara
langsung sekaligus diantar, ibarat “delivery food” begitupun yang memiliki akun
twitter dan facebook para pekerja seks ini.
Ternyata
bagi sebagian kalangan, pesatnya perkembangan teknologi dan informasi tidak
dimanfaatkan secara positif, dari sebagian penyelewengan, mungkin inilah salah
satu penyelewengan dari media komunikasi di era serba digital seperti hari ini.
Dan
ku rasa, ini pula yang menjadi pemicu maraknya prostitusi dan trafficking.
Dengan lemehnya pengawasan dan penegakan hukum yang berlaku di Indonesia, sering
dimanfaatkan oleh sebagian orang untuk kembali melakukan tindakan kejahatan
sehingga tidak menimbulkan efek jera.
Masalah
bisnis adalah masalah keuntungan, profit dan gaya hidup sebagian masyarakat yang hedonis, aktivitas kerja yang tinggi dan
tingkat kejenuhan membuat sebagian orang yang memiliki kelebihan syahwat lebih
senang untuk berhubungan seks bebas dan menjadikannya sebagai penghilang stress
sesaat.
Penyelewengan
kelebihan syahwat seharusnya bisa dicegah dengan selalu mengedepankan akibat
dan kerusakan yang ditimbulkannya. Tinjauan secara etika dan norma-norma agama
serta sosial jelas tidak melegalkan akan perbuatan tersebut karena malah
menjatuhkan seseorang tadi kepada jurang kerusakan.
Bagi
para penikmat seks bebas dan gaya hidup modern mungkin dalam jangka waktu
pendek tidak menyadari bahwa gejolak kelebihan syahwat yang tidak terkendali
itu bisa menjerumuskan dia dalam kenistaan yang nyata, tentu saja dengan
ganjaran penyakit bagi para pelakukanya.
Sementara,
dari sisi hukum sendiri ternyata masih lemah. Ganjaran pidana yang diberlakukan
kurang memberikan efek jera, inilah yang menyebabkan bagi para pelaku
prostitusi bertindak bebas dengan kemauannya sendiri.
Melihat
kasus sekaligus tren prostitusi abad dua satu ini, peran orang tua melalui
pengawasan bagi orang tua untuk lebih waspada dan memperhatikan terhadap
anak-anak perempuan mereka yang masih muda belia tentu sangat diperlukan, agar
tidak terjerumus pada bisnis esek-esek yang dengan murah meriah menggadaikan
kehormatan dan harga diri, dimana sebuah kehormatan hanya dihargai dengan
beberapa lembar rupiah saja.
Selain
itu, hemat penulis, edukasi secara terus menerus bisa dilakukan dengan
menciptakan lingkungan keluarga yang harmonis dan pengawasan yang ketat secara
kondusif, usaha penyadaran akan bahayanya seks bebas serta penyakit yang
membahayakan bisa dijadikan senjata ampuh agar tidak melakukan hubungan ini secara
mudah. Kita tahu bahwa Bisnis esek-esek bukanlah bisnis yang halal, karena
termasuk menjadikan manusia itu kepada jurang kerusakan dan kenistaan yang
nyata, dan sudah barang tentu bagi para religius hal ini dapat membawa petaka
pada kehidupan selanjutnya. Yuk, kita jaga anak, saudara dan sahabat perempuan
kita.
Palangkaraya,
16/4 2013.
Posting Komentar