Mati ketawa ala tivi Indonesia |
Banyak
riset mengatakan ketawa itu sehat, namun apakah semua jenis ketawa yang
dimaksud? Dan apakah tertawa renyah ala hiburan ‘slapstick’ yang menjamur di
televisi kita juga termasuk?
Entahlah,
saya tak tahu. Belum saya tanya ke pakar ketawa. Tapi, yang jelas, saya tidak
bisa ikut ketawa ketika banyak orang terpingkal-pingkal setiap kali melihat
acara si Raffi atau Olga atau Soimah di televisi.
Lucunya
di mana? Sulit saya temukan meskipun si artis memang bertingkah konyol. Dan
penonton di studio, yang memang dibayar untuk tertawa, ramai-ramai tertawa
ngakak. Dan penonton di rumah pun ikut ketawa.
"Acaranya
bagus banget," kata Bu Lilik, pemilik warung yang ada di bilangan jalan
Katunen, Kasongan. "Buat hiburan, hilangkan stress," katanya lagi.
Ibu
dua anak asal Kediri yang sudah lama merantau di Kalimantan ini sangat
keberatan ketika saya minta dia (agak maksa) memindahkan channel ke televisi
berita. Kebetulan ada bahasan bagus yang melibatkan tokoh penting.
"Gak
usah ya, enakan lihat hiburan kayak gini," katanya.
Yo wis, aku gak iso opo-opo (Jawa; ya sudah, saya tidak
bisa apa-apa). Wong ikut tipine sampean
(Jawa; karena saya numpang nonton televisi anda). Sedikit kecewa ketinggalan
pembahasan bagus, saya ambil tablet di dalam tas untuk membaca berita online. Tapi
tetap saja terganggu dengan lawakan tak bermutu dan dangkal. Itu menurut saya.
Kalau
terlalu lama mendengarkan omongan Raffi + Olga, kita bisa gila kayak orang yang
ngombe (Jawa; minum) obat catinone. Oh, ya, bagaimana kelanjutan kasus Raffi?
Sudah beres ya?
Namun
saya tetap bersyukur, karena kita masih punya banyak pilihan di era internet
ini. Saluran televisi pun sangat banyak (meskipun yang disukai mayoritas orang
Indonesia adalah lawakan-lawakan slapstick yang gak ada habis-habisnya dan
tidak baru).
Tapi
itu berarti kita harus menarik diri, menjauh dari orang-orang macam Bu lilik
saat menikmati hiburan itu, atau orang kampung yang ketagihan sinetron,
infotainment, atau komedi slapstick.
Saya
jadi ingat sebuah kartun di Kompas Minggu beberapa waktu lalu. Solusi terbaik
adalah ini: matikan televisimu! Berbahagialah orang yang hidup tanpa televisi!
KASONGAN,
23/2014
Posting Komentar