Perjalanan Menuju Ujung Utara Katingan

Kamis, 21 Juni 20120 komentar

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم


#Klotok & Fery Tradisional, jadi urat nadi transportasi


Menuju fery penyebrangan tradisional,
di desa Samba Bakumpai Danum


Dari perjalanan bersama Bupati, Wakil Bupati dan beberapa pejabat daerah menuju sebuah kecamatan di ujung utara Katingan, banyak sekali hal baru yang kujumpai selama perjalanan. Salah satunya, ketika rombongan hendak menyebrang dari kecamatan Katingan Tengah menuju kecamatan Marikit, karena tidak tersediannya jembatan yang menghubungkan dua kecamatan tersebut, mau tidak mau rombongan harus menggunakan fery penyebrangan milik masyarakat setempat.

Awalnya rasa cemas sempat hinggap dalam benakku ketika kendaraan seberat Pajero Sport dan Ford Ranger bersama penumpangnya ditambah lagi beberapa motor milik warga yang hendak menyebrang harus diangkut bersamaan. Namun saat menyaksikan rombongan lain yang juga menyebrang dengan menggunakan fery yang sama, perasaan cemas tiba-tiba saja berubah menjadi rasa takjub dan hampir saja aku tak percaya dengan apa yang kusaksikan. Bagaimana mungkin tiga kelotok yang dirangkai menjadi satu menggunakan papan kayu tersebut mampu menyebrangkan kendaraan dan sejumlah manusia diatasnya.

Setelah berbincang dengan seorang kawan seperjalanan yang juga warga Katingan (Bang Usis aku menyapanya), ia menjelaskan jika orang-orang disini mempunyai perhitungan sendiri untuk melakukannya. Meski tak serumit para insinyur saat mencipta fery besi, orang Katingan punya perhitungan yang tak kalah akurasinya dengan alumnus tukang hitung dari perguruan tinggi terkemuka dimanapun."Jangan pernah mengira mereka itu hanya modal nekat," ujar kawanku itu.

Ia juga menjelaskan, disini tak seperti di Pulau tempatku berasal (Jawa), dimana untuk menjangkau satu wilayah dengan wilayah lainnya telah terhubung dengan transportasi darat, di daerah pedalaman Kalimantan termasuk wilayah Katingan, transportasi sungai sudah menjadi urat nadi bagi mobilitas warga setempat.
Kapan lagi narsis kalo ngga di blog sendiri,hehe...
Di tengah keterbatasan infrastruktur jalan darat yang belum memungkinkan untuk menghubungkan satu wilayah kecamatan dengan kecamatan lainnya ataupun beberapa desa dalam satu kecamatan, warga sering menggunakan fery tersebut. Bahkan jika ingin menuju beberapa kecamatan seperti Katingan Hulu, kita harus menggunakan perahu klotok untuk menjangkaunya. Orang sana hanya bisa mengandalkan transportasi air (sungai) untuk memenuhi berbagai keperluan, mulai berbelanja kebutuhan pokok, mengunjungi sanak saudara ataupun menjual hasil usaha.

Setelah dua kali melakukan penyebrangan dan mulai masuk jalan milik perusahaan logging, aku tak lagi banyak tanya, jelas saja karena bang Usis tengah asik-asiknya ngobrol dengan sang supir menggunakan bahasa Dayak Ngaju yang sama sekali tak ku mengerti artinya. Baru Mejelang Maghrib rombongan sampai desa Tumbang Hiran kecamatan Marikit yang menjadi tujuan perjalanan kami.

Setelah ISHOMA, aku meninggalkan rombongan menuju Mapolsek Marikit untuk memenuhi janji yang sudah ku buat dengan pak Kapolsek, disana aku diambut oleh Kanit Intel dan Kanit Patroli, mereka menyebutkan namanya Panji dan Sumantri. Sembari menunggu pak Kapolsek, mereka sempat menanyakan kesan perjalanan menuju Marikit. Meski gemar mendongeng, kali ini aku tak banyak ngoceh, karena rasa ingin tahu yang kutahan makin membuncah, apa lagi saat bang Panji bilang, "ini desa terakhir di ujung utara kabupaten Katingan yang bisa dijangkau melalui darat," ungkapnya.

Bang Sumantri mulai masuk dalam perbincangan, kalau kami patroli, ke desa-desa yang ada di hulu, harus menggunakan klotok, nah lo...klotok lagi,...klotok lagi, selain itu untuk menuju dua kecamatan lain, yakni Katingan Hulu dan Senaman Mantikai pun harus menggunakan klotok...To be continued, ngantuk bos!!!
Share this article :

Posting Komentar

Followers My Blog

 
Support : Creating Website | Fahruddin Fitriya SH | Kecoak Elektronik
Copyright © 2012. PENA FITRIYA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Vitrah Nusantara
Proudly powered by Blogger