Anggap
saja yang kalah itu habis kecopetan di terminal
Foto hanya ilustrasi//tak perlu diambil hati |
Di
tahun ini, selain Piala Dunia dan Pilpres (pemilihan presiden), isu Pileg
(pemilihan legislatif) tak kalah seksi diperbincangkan. Namun, yang namanya pemilu
(sebut politik) itu seperti berjudi. Kalah hampir pasti, peluang menangnya nol
koma nol sekian persen. Kecuali politik ala Orde Baru atau Tiongkok atau Korea
Utara yang penuh dengan kepastian.
Selain
pilkada dan pilkades (di tempatku berasal sana alias Semarang the power of java), Perjudian politik paling terasa pada
musim caleg alias pemilu legislatif 9 April 2014 lalu.
Bayangkan
saja, kursi dewan yang cuma 25 di Kabupaten
Katingan ini diperebutkan oleh 288 caleg! Dibagi di daerah pemilihan (dapil), misalnya
dapil 1 sekaligus dapil nerakanya para caleg yang hanya ada 10 kursi
diperebutkan oleh sekitar 90-an caleg.
Yang
menang ya cuma 10 orang itu. Yang lain sudah pasti kalah. Persis judi. Tapi,
karena kayak judi itulah, banyak orang tertarik bermain-main dengan
menghamburkan uang dan modalnya. Anggap saja buang sial kalau memang harus
kalah.
Kebetulan
ada sejumlah kenalan hingga teman dekat saya ikut main judi pileg ini.
Optimisme menangnya bukan main. Pakai hitung-hitungan yang dahsyat. Mana ada
penjudi yang tidak optimistis? Apalagi saat ini pertarungan semakin terbuka
ketika negeri ini sepakat menggunakan suara terbanyak.
Alhasil,
para caleg semakin bersemangat mempromosikan diri. Dari yang sekedar
memanfaatkan keluarga besar, main tabur rupiah hingga yang saling sikut antar
caleg, ironisnya, dengan satu partai.
Maka,
seperti kebiasaan orang-orang disini, keluarga dekat plus keluarga jauh
dipajaki. Dimintai susu tante (sumbangan sukarela tanpa tekanan) untuk dana
perjuangan. Bikin atribut kampanye, poster, stiker, uang rokok, bensin, hingga
uang saksi.
Serba
salah kita, bisa celaka kalau si keluarga itu terpilih, sementara kita tidak
ikut membantu perjuangannya sebagai caleg, ungkap salah seorang kerabat caleg.
“Dulu
waktu saya butuh bantuan kamu cuek saja. Sekarang kamu datang minta bantuan
mobil untuk mengangkut orang sakit,” begitu biasanya kata-kata anggota DPRD di negeri
berikon rotan ini saat menyindir pihak
keluarga atau kerabat jauh.
Karena
itulah, walaupun sedikit, orang di kabupaten yang sudah dimekarkan 11 tahun
dari kabupaten induknya ini mau tak mau harus menyumbang keluarganya yang maju
judi caleg. Cuek saja, apatis, tidak menyumbang apa-apa, bisa berabe. Tapi, di
sisi lain, kita pun sadar bahwa judi pileg ini berisiko sangat tinggi.
Probabilitas menang 0,0001 persen!
“Yah,
anggap saja kita kecopetan di stasiun atau terminal," kata kawan kita itu.
Hehehe....
Kecopetan kok hilangnya banyak sekali?
Dua
hari setelah pencoblosan datang berita yang sudah bisa ditebak jauh hari
sebelumnya. “Terima kasih atas bantuan dan dukungannya. Sayang, kali ini saya
belum berhasil. Kita sudah berjuang semaksimal mungkin tapi Tuhan berkehendak
lain,” kata sang caleg yang gagal itu.
Yah,
dinikmati sajalah kegagalan itu. Kegagalan itu membuat kita lebih arif dalam
hidup ini. Yang tidak bisa belajar dari kegagalan itu cuma penjudi. Termasuk
penjudi politik. Hahahahaaa.....
KASONGAN,
16/4 2014
+ komentar + 1 komentar
Artikel menarik... Sharing is Caring.
dan Menangkan Jackpot Ratusan Juta bersama kami :
- Bonus New Member 30% (Rp. 100.000)
- Bonus Depo Harian 15% (Rp. 50.000)
- Bonus Referral Tak Terbatas 15% (Puluhan Juta Rupiah Setiap Minggu)
- Bonus Trunover mingguan 0.5%
Salam Poker Indonesia,
Agen Poker IDN dan Bandar Ceme Online
https://MEDALPOKER.fun
Posting Komentar