Judi Politik Itu Judulnya ‘Nyaleg’

Rabu, 16 April 20141komentar

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Anggap saja yang kalah itu habis kecopetan di terminal
Foto hanya ilustrasi//tak perlu diambil hati

Di tahun ini, selain Piala Dunia dan Pilpres (pemilihan presiden), isu Pileg (pemilihan legislatif) tak kalah seksi diperbincangkan. Namun, yang namanya pemilu (sebut politik) itu seperti berjudi. Kalah hampir pasti, peluang menangnya nol koma nol sekian persen. Kecuali politik ala Orde Baru atau Tiongkok atau Korea Utara yang penuh dengan kepastian.

Selain pilkada dan pilkades (di tempatku berasal sana alias Semarang the power of java), Perjudian politik paling terasa pada musim caleg alias pemilu legislatif 9 April 2014 lalu.

Bayangkan saja, kursi dewan yang cuma 25 di Kabupaten Katingan ini diperebutkan oleh 288 caleg! Dibagi di daerah pemilihan (dapil), misalnya dapil 1 sekaligus dapil nerakanya para caleg yang hanya ada 10 kursi diperebutkan oleh sekitar 90-an caleg.

Yang menang ya cuma 10 orang itu. Yang lain sudah pasti kalah. Persis judi. Tapi, karena kayak judi itulah, banyak orang tertarik bermain-main dengan menghamburkan uang dan modalnya. Anggap saja buang sial kalau memang harus kalah.

Kebetulan ada sejumlah kenalan hingga teman dekat saya ikut main judi pileg ini. Optimisme menangnya bukan main. Pakai hitung-hitungan yang dahsyat. Mana ada penjudi yang tidak optimistis? Apalagi saat ini pertarungan semakin terbuka ketika negeri ini sepakat menggunakan suara terbanyak.

Alhasil, para caleg semakin bersemangat mempromosikan diri. Dari yang sekedar memanfaatkan keluarga besar, main tabur rupiah hingga yang saling sikut antar caleg, ironisnya, dengan satu partai.

Maka, seperti kebiasaan orang-orang disini, keluarga dekat plus keluarga jauh dipajaki. Dimintai susu tante (sumbangan sukarela tanpa tekanan) untuk dana perjuangan. Bikin atribut kampanye, poster, stiker, uang rokok, bensin, hingga uang saksi.

Serba salah kita, bisa celaka kalau si keluarga itu terpilih, sementara kita tidak ikut membantu perjuangannya sebagai caleg, ungkap salah seorang kerabat caleg.

“Dulu waktu saya butuh bantuan kamu cuek saja. Sekarang kamu datang minta bantuan mobil untuk mengangkut orang sakit,” begitu biasanya kata-kata anggota DPRD di negeri berikon rotan ini saat  menyindir pihak keluarga atau kerabat jauh.

Karena itulah, walaupun sedikit, orang di kabupaten yang sudah dimekarkan 11 tahun dari kabupaten induknya ini mau tak mau harus menyumbang keluarganya yang maju judi caleg. Cuek saja, apatis, tidak menyumbang apa-apa, bisa berabe. Tapi, di sisi lain, kita pun sadar bahwa judi pileg ini berisiko sangat tinggi. Probabilitas menang 0,0001 persen!

“Yah, anggap saja kita kecopetan di stasiun atau terminal," kata kawan kita itu.

Hehehe.... Kecopetan kok hilangnya banyak sekali?

Dua hari setelah pencoblosan datang berita yang sudah bisa ditebak jauh hari sebelumnya. “Terima kasih atas bantuan dan dukungannya. Sayang, kali ini saya belum berhasil. Kita sudah berjuang semaksimal mungkin tapi Tuhan berkehendak lain,” kata sang caleg yang gagal itu.

Yah, dinikmati sajalah kegagalan itu. Kegagalan itu membuat kita lebih arif dalam hidup ini. Yang tidak bisa belajar dari kegagalan itu cuma penjudi. Termasuk penjudi politik. Hahahahaaa.....


KASONGAN, 16/4 2014
Share this article :

+ komentar + 1 komentar

10 Juni 2018 pukul 13.56

Artikel menarik... Sharing is Caring.

dan Menangkan Jackpot Ratusan Juta bersama kami :

- Bonus New Member 30% (Rp. 100.000)
- Bonus Depo Harian 15% (Rp. 50.000)
- Bonus Referral Tak Terbatas 15% (Puluhan Juta Rupiah Setiap Minggu)
- Bonus Trunover mingguan 0.5%

Salam Poker Indonesia,
Agen Poker IDN dan Bandar Ceme Online

https://MEDALPOKER.fun

Posting Komentar

Followers My Blog

 
Support : Creating Website | Fahruddin Fitriya SH | Kecoak Elektronik
Copyright © 2012. PENA FITRIYA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Vitrah Nusantara
Proudly powered by Blogger