Diantara kita pasti sangat sering
mendapat tawaran atau ajakan dari teman untuk bergabung di kegiatan sampingan
yang katanya gampang buat cari uang melalui Multi Level Marketing (MLM). Kata
bosan kadang sempat terlintas dalam benak namun bagaimanapun juga mereka lagi
usaha. Sedikit kekeliruan yang sering teman-teman alami hanya di soal kurang
teliti sebelum membeli. Asal dengar kisah uang gampang, langsung ikut. Begitu
hasilnya merugikan, yang ngajak dicaci maki.
Jujur saja saya belum berminat
untuk memburu rupiah melalui MLM, apalagi yang berbasis piramida. Alasan paling
mendasar karena mungkin bisnis tersebut ngga jelas atau saya yang kurang jelas
dalam memahami bisnis tersebut, dari pemahaman saya bisnis ini intinya cuma
cari-cari referal untuk bayar komisi upline. Pengikut paling bontot seringkali
cuma bisa gigit jari. Dan kasus semacam ini juga banyak terjadi tidak hanya di
lingkungan online saja. Begitu banyak sistem usaha berjenjang sampai-sampai
banyak orang menggeneralisir kalo multilevel marketing itu tidak bagus.
Meskipun dari dulu saya belum
pernah gabung, sepertinya ada juga MLM yang cukup baik dan tidak merugikan
anggotanya. Ini yang perlu dibedakan dengan permainan uang sistem piramid. Di
MLM yang baik, kesalahan terbesar justru di pola pikir anggotanya. Cara mereka
merekrut downline lebih banyak mengumbar bonus muluk-muluk tanpa menegaskan
bahwa poin paling penting pada usaha mereka adalah jualan produk. Mencari
downline adalah langkah kedua yang dilakukan setelah marketing secara pribadi
berhasil.
Ibarat kita membuka warung
sembako di rumah, besarkan dulu warungnya, baru buka cabang di tempat lain.
Mereka yang bergabung di MLM kebanyakan hanya mikirin buka cabang sebanyak
mungkin, tapi warung yang di rumah ngga diurus dengan baik. Wajar kalo akhirnya
jadi kedodoran dan mencap pemasaran berjenjang hanya menjual kebohongan. Harus
dibedakan antara MLM yang beneran berjualan dengan permainan piramida yang
benar-benar hanya memutar-mutar uang anggota.
Salah satu teman yang sukses bermain
dengan MLM pernah bercerita, bahwa cari duit gampang di MLM adalah cerita
bohong. Tetap butuh kerja keras dan banyak belajar marketing sampai grafik
penjualannya mencapai target. Setelah itu baru dia mencari downline dan
mendidik mereka menjadi marketer handal. Presentasi tentang bonus ini itu tidak
pernah dia besar-besarkan, makanya wajar kalo downlinenya ngga begitu banyak
tapi bermutu. Berbeda dengan kebanyakan orang yang tak mampu jualan tapi tiap
hari cuma presentasi mencari anak buah. Untuk menutup target poin mereka
gunakan uang pribadi. Setelah dana pribadi habis, mulai deh gangguin teman,
saudara, orang tua untuk bantu kejar target. Tak heran kalo makin banyak orang
yang antipati ketika mendengar kata MLM.
Jadi kesimpulannya, jika kita
ingin sukses pikirkan dulu kerja kerasnya, kalau hanya mikirin bonus doang,
dijamin kita akan merasa tertiup dikemudian hari, selain itu kita juga harus
pelajari dulu dan jangan main vonis kalau MLM itu curang, merugikan, tipu-tipu
dan sebagainya.
Posting Komentar