Lagi; Kekerasan Atas Nama Agama

Sabtu, 21 April 20123komentar

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Aksi Monas;
Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan
(AKKBB)
Kita sering kali mengaku manusia yang beradab, bangsa yang ber-Bhineka Tunggal Ika, dan sebutan-sebutan merdu yang lain. Tapi kenyataannya perilaku kita masih saja biadab, tak pernah menghargai perbedaan dan selalu saja merasa paling benar. Kekerasan demi kekerasan tetap saja terjadi, kekerasan-kekerasan berkedok agama terus saja terulang. 

Aku sendiri tak habis pikir, bukankah agama dan keyakinan itu adalah hubungan  manusia dengan Tuhan. Aku pikir semua agama mengajarkan kedamaian. Namun kenapa masih saja ada penyegelan paksa tempat ibadah kaum yang dianggap tidak sealiran. Lagipula keyakinan itu soal hati dan perilaku, bukan soal tempat ibadah. Siapa yang menjamin penyegelan itu bisa berhasil tanpa kita sentuh hatinya..?

Jaman berubah dan konon kabarnya manusia makin berbudaya. Kita punya Pancasila. Dunia punya Universal Declaration of Human Rights. Kenapa pula kita masih suka berbuat sesuatu yang tak berbudaya dengan mengusik ketenangan orang yang lain yang jelas-jelas tak mengusik kehidupan kita. Masalah pemahaman yang berbeda, itu bukan salah manusia. Salah Tuhan yang membuat aturan hanya dalam garis besar dan harus ditafsirkan. Wajar bila penafsirannya berbeda-beda karena isi otak setiap orang tidak sama.

Aku sendiri tak pernah mau tahu orang berkeyakinan apa. Asal dia tidak mengusik kehidupanku, aku tak pernah mau memusuhinya. Sekali lagi keyakinan itu urusan habluminallah, manusia dengan Tuhannya. Sesesat apapun ajaran itu menurut keyakinanku, selama dia masih bisa hidup damai berdampingan, buatku bukan masalah. Bukankah perbedaan membuat hidup makin penuh warna.

Kalau memang berniat mengajak orang mengikuti keyakinan kita, kenapa harus dengan cara seperti itu. Kita hidup di nusantara, bukan di negeri barat. Lihat sejarah kita. Masuknya agama-agama ke nusantara tanpa ada kekerasan. Jangan samakan dengan negeri orang yang harus menjalani perang salib sampai berabad-abad hanya untuk memaksa orang masuk agamanya. 

Rusuh di Monas
Makanya aku suka tak habis pikir bila setiap waktu jemaat Ahmadiyah terus saja diusik (Video Masjid Jemaat Ahmadiyah Dirusak). Bukan aku membela salah satu pihak namun, bisakah kita menjamin jika keyakinan kita itu paling benar?

"Pengrusakan tempat ibadah terjadi lagi"

Belum lagi gerombolan bernama Front Preman Indonesia yang selalu membuat kekacauan dengan dalih agama terutama setiap menjelang ramadhan. Sama sekali aku tak menaruh simpati. Aku malah lebih menghargai program indomisasi suatu agama dalam mencari tambahan pengikut. Orang yang mengecam misi yang damai itu malah aku anggap bego, cuma bisa teriak doang tanpa ada gerakan. Jangan salahkan orang yang pindah keyakinan walau hanya dengan iming-iming mie instan satu dus. Siapa yang menjamin orang yang menghujat itu tidak melakukan hal yang sama bila sudah terdesak urusan perut. 

Kalo memang tak ingin umatnya berkurang, perhatikan mereka dalam segala bidang dong. Jangan cuma diceramahin dengan omong kosong yang setelah ceramah sempat-sempatnya ngomel hanya karena amplopnya tipis. Jangan sampai kita hanya omong doang, tapi ketika banyak yang ngungsi lalu menyerang orang lain. Itu sama saja bagai pinang dibelah kampak dengan jaman jahiliyah dulu. Berteori itu teramat mudah, tapi untuk sebagian masyarakat kita, praktek itu teramat sulit.

Untuk apa sih mengusik keyakinan orang lain. Siapa yang menjamin orang yang pandai bidang agama tidak berbuat jahat kepada sesama. Dana haji saja, yang jelas-jelas orang berniat ibadah, sempat-sempatnya dicuri untuk memperkaya diri. Kalo sudah begini, siapa yang berani menjamin kita hidup di alam beradab. 

Kalo memang menganggap diri kita tidak lagi biadab, ayo dong belajar berubah. Minimal dari diri kita sendiri, karena mengubah orang lain itu pasti sulit. Jangan sampai keinginan merubah kebiadaban menjadi peradaban malah terbalik kejadiannya seperti kisah Tarzan & Jane. Kalo yang suka baca sejarah tentu tahu kesalahkaprahan ini. Kalo ada yang belum tahu, aku ceritain aja deh. Tapi maap, yang belum 17 tahun, cukup baca sampai disini saja...

Jane adalah simbol manusia modern yang beradab dan ingin mengubah Tarzan yang katanya biadab. Salah satunya adalah ketika Jane melihat cara Tarzan menyalurkan hasrat biologisnya di lubang-lubang pohon. Merasa apa yang dilakukan Tarzan salah, Jane lalu menunjukan jalan yang benar secara teori dan praktek. 

Jane cukup senang ketika Tarzan selalu mendatanginya ketika hasratnya memuncak dan tak lagi mencari lubang pohon. Hanya saja kebiasaan Tarzan menendang-nendang tubuh Jane setiap kali akan menyalurkan kebutuhannya tak pernah ditolak. Jane malah turut menikmati sebagai sensasi tambahan tanpa mau mencari tahu alasannya kenapa. Dia cuma berpikir, "wah asik juga bermain kasar begini..."

Dari analogi itu, kita bisa melihat bahwa kita seringkali terjebak dan turut larut dalam hal yang pada awalnya ingin kita hilangkan dari sifat seseorang. Ingin menghilangkan kemaksiatan di masyarakat tapi pada pelaksanaannya kita justru ikut melakukan kejahatan. Salah satu contohnya ya kekerasan dalam sweeping yang suka dilakukan Front Preman Indonesia.

Foto; tebak aja sendiri, lagi ngapain nih orang
Mari kita tanamkan dalam diri sendiri, bahwa damai itu indah. Keyakinan orang lain bukan urusan kita, tapi urusannya sendiri dengan Tuhan masing-masing. Selama kita tidak diusik, tak perlu kita mencampuri urusan orang lain. Pokoknya Lakum dinukum waliyadin deh...

"Pernah ngga denger teriakan Allahu Akbar
Pake peci tapi kelakuan barbar
Ngerusakin bar orang ditampar-tampar..." (Lirik "Gosip Jalanan" Slank")


Salam damai dari Tamiang Layang, 21/4 2012.
Share this article :

+ komentar + 3 komentar

22 April 2012 pukul 02.07

okkeee banget broooooo
setuju-setuju
demi keadialan berhidupan berbangsa dan benegara tegaakkan nilaisendi-sendi agama untuk memperkokoh persatuan .....BUKAN UNTUK DAN MENGATAS NAMAKAN AGAMA DALAM KEKERASAN

22 April 2012 pukul 03.26

ini klimaks kemuyekanku dengan ulah preman bersorban bang,
bukankah aneh, jika atas nama agama tidak ada penghargaan martabat sesama manusia, atas nama agama pula ada yang harus terluka bahkan, mati binasa terinjak-injak oleh bejat dan nafsu belaka, bahkan oleh teriak para pemangku agama. mereka telah menjadi "Allah" atas sesamanya,...

22 April 2012 pukul 14.09

setuju bro
WALAUPUN LANGIT INI TERBELAH DAN BUMI INI BANJIR AIR MATA....
JANGAN SAMPAI MENGATASNAMAKAN AGAMA ISLAM, KARENA SEJAK ZAMANNYA NABI MUHAMMAD SAW , ISLAM MERUPAKAN AGAMA UNTUK PENYEMPURNAAN KEHIDUPAN DI MUKA BUMI, TIDAK ADA AJARAN YANG MENGHARUSKAN BERTINDAK KEKERASAN ATAS NAMA AGAMA.....SERUKAN SEKARANG JUGA

SAATNYA BERJIHAD MELALUI INFORMASI DAN SYIAR - SYIAR ISLAM YANG BAIK DAN BENAR SESUAI DENGAN KAIDAH-KAIDAH DAN SYARIAT ISLAM SERTA SEJALAN DENGAN AJARAN NABI BESAR KITA MUHAMMAD SAW

Posting Komentar

Followers My Blog

 
Support : Creating Website | Fahruddin Fitriya SH | Kecoak Elektronik
Copyright © 2012. PENA FITRIYA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Vitrah Nusantara
Proudly powered by Blogger