#Cinta Mie Instan tapi benci Mie Cepet
|
MIE SUPER INSTAN - Diambil dari TKP |
Kalau ditanya siapa yang tak suka mie instan, sepertinya susah gan. Apalagi sepertiku yang sudah 5 tahun nge-kost, terhitung dari masa kuliah dulu. Bisa dibilang 3 dari 5 mahasiswa Indonesia suka makan mie, 1 diantaranya suka tak suka harus makan mie dan sisanya punya restoran atau warung makan sendiri.
Bahkan fakta ini pernah dipelintir kawanku satu kost, karena kebanyakan pelajar adalah pemangsa mie instan, makanya negara ini susah maju, katanya. Kawanku tersebut memang paling susah makan mie kalau tak terpaksa, sayangnya dia ini sering terpaksa. Makanya dari semester ke semester IP-nya tak pernah lebih dari 3. Tiap yudisium ucapan selamat "Mulutmu harimaumu kawan" selalu terlontar dari kawan-kawan lain untuknya.
Bagi yang suka tak suka harus makan mie, mungkin punya alasan lain seputar isu-isu tentang mie instan yang selama ini berseliweran. Meski begitu, tetep saja makan mie. Seperti kejadian pada pagi ini yang terpaksa bangun kepagian karena dilanda kelaparan yang teramat sangat. Kalau aku sendiri, bukan takut lelet mikir tapi karena cepat lapar lagi.
Ilustrasi; Ist. "Ngiler ngga lu?" |
Bicara tentang mie instan ternyata bukan hanya milik anak kost atau pelajar saja. Beberapa waktu lalu, seorang mantan Kapolres Katingan yang saat ini menjadi kepala direktur reskrimum polda D.I Aceh, Tengku Saladin namanya, mengajak kami mampir ke warung makan di daerah Pendahara, dan ternyata yang dipesannya mie rebus plus nasi putih. Hal serupa juga sering dilakukan kakak dan ayahandaku yang seorang perwira. Selintas sempat berfikir, apa mungkin mereka ini pernah dipaksa cinta mie instan sama komandanya ya, entahlah.
Ilustrasi; Ist. "Yang ini no komeng gan" |
Dari sekian manusia di negeri ini yang cinta mie atau yang dipaksa mencintai mie pasti punya tips-tips sendiri dalam penyajiannya, mulai yang disajikan lengkap dengan telor, sayur dan rempah lain, sampai yang hanya suka menyajikannya secara ekspres, yakni menyeduhnya menyesuaikan dengan SItuasi KONdisi TOLeransi PANdangan dan JANGkauan.
Kalau ditempat kost masih sering nyeduh mie mungkin hal yang wajar, karena tak ada kompor atau lagi malas, tapi kalau di warung juga demikian itu namanya keterlaluan. Makanya kawan-kawan turis manca negara yang berniat makan mie diwarung yang ada di jalan-jalan daerah Kalimantan jangan heran jika memesan mie rebus atau goreng di sajikan bersama bungkusnya dicepet baju atau dipocong pake karet.
Menjumpai hal seperti ini, tiba-tiba saja nafsu makan langsung melayang, itu karena sebelumnya sudah membayangkan mie rebus pake telur beserta asesorisnya yang sering ku makan di warung-warung dekat kampusku dulu. Belum lagi kawan-kawan lain yang membayangkan "Mieyabi" extra HOT,hehe (yang terakhir ngaco). Bahkan kalau menjumpai hal ini aku lansung terbayang dengan ayahandaku di Depok sana, ku jamin beliau pasti kabur menyaksikannya, karena usut punya usut, beliau ini punya phobia aneh "phobia karet"
Dari sekian banyaknya konsumen mie, ternyata banyak pula isu berseliweran seputar makanan instan tersebut, jujur saja hal semacam ini sempat membuat hatiku tak tenang, apalagi semua keluarga kecuali bunda adalah pecinta mie instan. Misalnya saja soal lilin yang katanya menempel pada mie, atau tentang cara pengolahan yang harus pas supaya aman di konsumsi. Berangkat dari sini akupun browsing kesana kemari di jagat maya, dan akhirnya nemu situs milik Prof.Dr.F.G.Winarno mantan Presiden Codex Dunia & Ketua Dewan Pakar PIPIMM (Pusat Informasi Produk Industri Makanan dan Minuman).
Dalam situs tersebut, dibahas secara gamblang seputar fakta dan mitos dibalik kelezatan mie instan beserta persepsi salah yang selama ini beredar di masyarakat. Berikut ini rilis yang kuambil dari situs tersebut;
Mitos : Mi instan mengandung lilin. Oleh karena itu, ketika dimasak airnya menguning.
Fakta : SALAH. Mi instan tidak menggunakan lilin. Lilin adalah senyawa inert untuk melindungi makanan agar tidak basah dan cepat membusuk. Lilin sebenarnya ada pada makanan alami, spt apet/kubis. Kubis jika dicuci dengan air tidak langsung basah, atau apel yang jika di gosok akan mengilap. Itulah lilin yang memang diciptakan alam.
Mitos : Mi instan menggunakan bahan pengawet yang berbahaya bagi kesehatan.
Fakta : Dalam proses pembuatannya mi instan menggunakan metode khusus agar lebih awet, namun sama sekali tidak berbahaya. Seperti yang telah dijelaskan di atas, salah satu cara pengawetan mi instan adalah deep frying yang bisa menekan rendah kadar air(sekitar 5%). Metode lain adalah air hot drying (pengeringan dengan udara panas). Inilah yang membuat mi instan bisa awet hingga 6 bulan. asalkan kemasannya terlndung secara sempurna. Kadar air yang sangat minim ini, tidak memungkinkan bakteri pembusuk hidup apalagi berkembang biak. Malah mi instan tidak beraroma tengik serta tidak menggumpal basah. Langkah terakhir untuk memastikan mi instant layak konsumsi adalah perhatikan dengan seksama tanggal kadaluarsanya.
Mitos : Metode dua air terpisah adalah cara terbaik memasak mi.
Fakta : Justru air rebusan mi pertama yang mengandung kandungan takaroten yang tinggi. Semua vitamin (dari minyak dan bumbu) yang larut dalam air terdapat dalam air rebusan pertama ketika memasak mi. Apabila air rebusan di ganti dengan air matang baru, semua vitaminnya menghilang. Selain itu, minyaklah yang membuat mi (atau makanan lain) lebih enak. Jadi air rebusan pertama tidak perlu dibuang. Dan kandungan betakaroten juga tecoferol dalam minyak sangat berguna memenuhi kebutuhan gizi.
Mitos : Penggunaan styrofoam berbahaya bagi kesehatan, apalagi jika styrofoam terkena air panas, seperti ketika memasak mi instan dalam cup.
Fakta : Styrofoam untuk mi instan cup terbukti aman di gunakan, karena telah melewati standar BPOM ( Badan Pengawas Obat dan Makanan. Cup yang dipakai mi instan adalah styrofoam khusus untuk makanan. ia memang bisa menyerap panas, ini terbukti setelah di seduh air panas, tidak terasa panas di tangan ketika dipegang. Tetapi karena proses pressingnya memenuhi standar, tidak menyebabkan molekul styrofoam larut (rontok) bersama mi instan yang di seduh air panas. Jadi, jika selama ini khawatir dengan mi instan menempel pada cupnya ketika di seduh air panas, sematamata disebabkan tingginya kadar minyak dalam mi (sekitar 20%). Desain pun dibuat berbeda yaitu dengan menambahkan gerigi dibagian atas cup, sehingga tak langsung panas di tangan. Selain itu, expandable polysteren yang di gunakan mi instan cp telah melewati penelitan BPOM dan Japan Environment Agency sehingga memenuhi syarat untuk mengemas produk pangan. Berdasar penelitian tsb, kemasan ini aman digunakan.
Mitos : Mi instan kenyal karena bahan bakunya adalah karet.
Fakta : Sama sekali tidak ada bahan karet dalam bahan baku mi insta. Mi instan dibuat dari bahan bahan berkualitas tinggi dan pilihan terbaik seperti tepung terigu yang sudah difotifikasi dengan zat besi, zinc, vitamin B1,B2 dan asam folat. Begitu pula dengan bumbu, yaitu bawang merah, cabe merah, bawang putih, dan rempahrempah. Pembuatannya pun digarap serius. Melewati proses pengeringan yang telah dipaparkan sebelumnya, seperti hot air drying atau deep frying. Karena itulah mi instan kenyal dan tidak mudah putus.
Jadi kesimpulannya, tak ada satupun makanan di dunia ini yang dapat memenuhi kebutuhan gizi bagi tubuh. Kecuali ASI untuk bayi dibawah 6 bulan. Dalam setiap kemasan mi instan selalu tergambar penyajian. Itulah yang harusnya dilakukan jika ingin makan mie instan dan dapat mendapat asupan gizi, dan juga tambahakan telur, sayur, atau daging, sehingga mie instan bisa memenuhi kebutuhan nutrisi.
Posting Komentar