Di Kejar Si Ratu Belanja Sampai Palangkaraya

Sabtu, 25 Agustus 20120 komentar

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Ngga nyangka, akhirnya jadi guru
Takjub, heran dan berbagai perasaan tak percaya seraya menyelimutiku ketika seorang kawan yang waktu kuliahnya dulu badung setengah mati harus menjalani kehidupannya menjadi seorang pengajar di sebuah kampung di daerah Gunung Kidul, Jogjakarta. Namun, lepas dari semua itu, ternyata jiwa setia kawannya tak pernah lapuk dimakan sang masa, terbukti beberapa waktu lalu ia jauh-jauh dari Semarang menyambangiku ke rumah baru sang ayah di Depok.

Sayangnya pengakuan dosa dan permintaan maaf yang ingin ia sampaikan pada momen Idul Fitri tahun ini harus tertunda ketika mendengar penjelasan ayahku, "Duh...Vitrah udah ke Palangkaraya siang tadi." akhirnya kekagumanku makin membucah ketika ia menelephonku dan berujar, "Palangkaraya lu dimana?, besok jemput gue di bandara." hanya satu kata yang bisa pas untuk melabelinya gendeng!!!.

Pengenjaranya sampai ke sini membuatku merasa bersalah karena tak menghubunginya waktu pulang Depok yang bercampur aduk dengan rasa was-was, makanya setiba di bandara, pertanyaan pertama yang terlontar untuknya, "isi tas aman khan?" mendegar pertanyaan konyolku itu, ia hanya tertawa dan mengatakan jika masa-masa itu sudah lewat. Syukurlah...

Setelah mendapat hotel yang cukup strategis, si ratu belanja ini tak mau kehilangan gelarnya. Mulai dari mandau, batik, perisai khas dayak sampai pernak pernik yang pasti masuk kotak koleksi di angkutnya ke hotel. Dengan gajinya yang tak seberapa, takkan mungkin mewujudkan ini semua tanpa dukungan dari seorang ayah sebagai kepala kamar dagang dan industri di Ibu Kota.

Menjelang malam, ruangan hotel menjadi saksi bisu curhatnya. Mulai dari lika-liku dengan sang mantan sampai dengan ulah anak didiknya di Gunung Kidul sana. Beberapa waktu lalu ia memang pernah meminta bantuanku untuk mengatasinya, karena ia menjadi pembimbing konseling sekolah (padahal rasa-rasanya nih anak butuh psikiater,hehehehe..pisss), tentu saja kegemaran siswa membuka situs porno menjadi tanggung jawabnya.

Sebelumnya ia minta bantuan untuk memblokir situs-situs yang katanya kurang pantas untuk diakses anak sekolah. Sempat aku sarankan untuk menggunakan add on parental control di firefox browser. Tapi katanya lama kelamaan bobol, karena siswa mulai mengerti cara mendisable atau dengan cara menginstal browser lain.

Lalu ku sarankan untuk menggunakan open dnsnya nawala. Ketauan juga cara ganti dnsnya dibalikin ke auto. Akhirnya aku saranin untuk pakai site blockernya ahlul. Tapi dengan tool ini, situs yang akan diblok harus disetting manual. Jadi agak ribet juga karena tidak ada site definition yang otomatis terupdate seperti pada nawala. Apalagi kalo ingat, website aneh aneh itu selalu bermunculan setiap hari. Masalah lainnya adalah situs semacam itu semakin sulit dilacak dari sekedar nama domain atau word contentnya. Dulu orang memang terang-terangan membuat domain yang mengarah kesitu, juga banyak menulis word content yang spesifik untuk mengejar kata kunci mesin pencari. 

Tapi setelah banyak yang terblokir, mereka membuat domain yang normal-normal saja. Word content yang aneh-aneh pun makin jarang dipakai. Jadinya pemblokiran akan semakin sulit, karena harus memilah secara manual memisahkan antara web esek-esek dengan web kesehatan, edukasi atau psikologi yang menggunakan kata-kata sama. 

Sayangnya anak sekarang pun mulai cerdas memilih kata kunci. Tak lagi mereka menggunakan kata seks, porno, bugil dan yang semacamnya. Cukup ketik kata yang normal seperti cewek sma misalnya.

Karena ia bilang kalau semua metode yang ku beri gagal, akupun merasa kehabisan akal, ku bilang aja, "percuma, ngga usah diblok sekalian internetnya. Tapi kendalikan otak anak-anakmu. Kalo perlu arahkan ke website pendidikan seks agar mereka bisa belajar memahami seks secara benar. Kalo dah sering liat gambar orang telanjang, tar juga bosen dan tak menganggap itu sebagai sesuatu yang luar biasa..."

Apapun upayanya, istilah man behind the gun tetap paling efektif. Toh ketika internet di sekolah diblok, siswa masih bisa buka secara bebas di hape atau warnet. Aku pikir jika dibuka sekalian, anak malah akan lebih mudah memahami secara benar. Bahwa seks itu bukan sekedar hubungan badan semata, tapi meliputi banyak cabang kelimuan yang lumayan tebal bila harus dibukukan.

Mungkin ada baiknya sekolah mengadakan diskusi dengan orang tua tentang cara mengkomunikasikan seks kepada anak sejak dini. Cuma masalahnya, apalagi di kampung, orang masih saja menganggap itu hal yang terlarang. Jadinya apa yang disampaikan ke anak cenderung sepotong-sepotong dan banyak hal yang ditutup-tutupi karena ketakutan mereka anaknya mengenal seks terlalu awal.

Apesnya, penjelasaku yang panjang lebar tersebut dijadikannya dongeng pengantar tidur. Gemblung! karena wabah molornya yang tak terbendung, akhirnya akupun naiikan selimut dan mengejarnya menggapai mimpi seraya menatapnya dan berkata dalam hati, "ternyata bisa juga jadi guru."

See u,...lanjut lain kali yah....

02.05, Luwansa Hotel 25/8 2012.
Share this article :

Posting Komentar

Followers My Blog

 
Support : Creating Website | Fahruddin Fitriya SH | Kecoak Elektronik
Copyright © 2012. PENA FITRIYA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Vitrah Nusantara
Proudly powered by Blogger