Pic ngga nyambung; Monyet terganteng sedunia, komplen...!?! |
Bukan hanya sering, mengkin terlalu sering kita dengar kata "hormatilah orang yang sedang berpuasa" sebagai anjuran
setengah komplen kepada mereka yang tidak menjalankannya.
Padahal bila yang
digarisbawahi adalah kata menghormati, ungkapan seperti itu lebih tepat bila
disampaikan kepada yang satu pemahanan. Yaitu oleh mereka yang tidak puasa
kepada yang tidak puasa juga. Sesama yang puasa sebaiknya saling mengingatkan
untuk menghormati orang lain yang tidak puasa.
Sebagai ibadah,
sepertinya kata keikhlasan harus menjadi pondasi utama. Saat kita minta
dihormati oleh orang yang berbeda prinsip, setidaknya tersirat rasa kurang
ikhlas, merasa terganggu dan mungkin ada rasa iri melihat orang lain bebas
makan minum sementara kita harus menahan lapar dan haus.
Untuk menilai bobot
keikhlasan diri, level godaan juga perlu kita perhitungkan. Bagaimanapun juga
Tuhan akan mempertimbangkan hal tersebut sebagai dasar penilaian. Ibadah yang
sama bisa mendapatkan poin berbeda saat kondisi lingkungannya juga tak sama.
Contoh gampangnya, seseorang yang taat beribadah saat dia tinggal di lingkungan
pesantren pasti nilainya tak akan sebesar orang yang ketaatannya sama namun
tinggal di komplek pelacuran misalnya.
Bila mendengar kisah
tentang nenek moyang di masa lalu, tentu tak asing dengan cerita mereka harus
bertapa untuk memperoleh kesaktian. Semakin lama bertapa semakin sakti orang
tersebut. Semakin tinggi tingkat ilmu yang akan didapatkan, semakin berat
godaan yang akan dia terima.
Dengan analogi itu,
mengapa kita harus menolak godaan bila dengan itu kita punya kesempatan untuk
mendapat nilai lebih di mata Tuhan. Rasanya sayang kita mendapatkan diskon
nilai hanya karena ucapan minta dihormati. Memang ada ungkapan yang
menganjurkan kita saling mengingatkan dan bertolong-tolongan dalam kebaikan.
Namun harus dilihat pula bahwa puasa itu beda dengan ibadah lain yang hanya
bisa dinilai oleh Yang Kuasa.
Sudah menjadi sifat
dasar manusia yang kurang begitu suka saat diingatkan walau tentang kebaikan
sekalipun. Namun manusia itu dilengkapi dengan yang namanya hati yang mudah
tersentuh oleh suri tauladan. Bertolong-tolongan dalam kebaikan dengan contoh
teladan kayaknya lebih mudah diterima orang lain daripada kasih nasehat bernada
komplen. Karena saat hati sudah meminta, tanpa perlu diperintah orang lain kita
akan melakukannya sekuat tenaga.
Analoginya mungkin
seperti mendekati cewek agar mau dijadikan pacar dengan
rayuan malah dianggap gombal. Banyak memberi perhatian cuma dikatain, "sok
baik, lu. Ada maunya sih.." Semakin banyak aku berupaya, semakin menjauh
dia seolah merasa terganggu dengan kehadiranku. Namun saat aku sudah bisa
menghormati keputusannya menolakku tanpa ada sakit hati dan tetap menganggapnya
teman, sikapnya malah melunak sampai akhirnya dia terus terang bilang kangen. Kena deh!
Dengan pemahaman itu,
aku merasa tak lagi perlu terganggu oleh prinsip orang lain. Hormati saja walau
bersebrangan pemikiran tanpa perlu banyak komentar. Orang mau makan minum di
depanku itu mah sah-sah saja aku tak peduli (lebih sah lagi klo ane di bagi,hehe) . Ada cewek yang berpakaian minim lewat juga bukan
masalah. Kalaupun sempat lihat pemandangan indah, toh pandangan pertama itu
nikmat.
Disclaimer
Semua yang
tertulis diatas hanyalah prinsip pribadi dan hasil dialog dunia maya,
Orang lain mau bilang
apa, aku akan tetap menghargai pendapatnya,
Jalani aja deh...
KASONGAN, Selasa 14/8 2012.
Posting Komentar