Menikmati
malam di Jalan Alor
Jalan Alor, Jalanan Paling Ramai di Kawasan Bukit Bintang, KL |
Selayaknya
dikota-kota besar lain, Kuala Lumpur juga memiliki wisata kuliner yang dijamin
bersahabat dengan isi dompet. Selain murah, kawasan yang tak pernah mati ini
juga memiliki berbagai makanan khas Malaysia, diantaranya beragam teh seperti
teh tarik atau yang biasa orang lokal sebut ‘TO’, dan teh Oolong khas pecinan.Bukan
hanya makanan besar saja, berbagai buah–buahan segar dan potong juga banyak
dijajakan, termasuk durian. Berikut laporannya;
Fahruddin
Fitriya//Palangka Ekspres
(Bag.III)Seusai
berfoto-foto di kawasan Menara Kembar Petronas (Twins Tower), Kuala Lumpur,
Rombongan jalan-jalan bersama Kaltengpos dan Mitra yang dipandu oleh ADA Tour
‘n Travel bergegas menuju hotel di kawasan Bukit Bintang dimana kita akan
menginap.
Karena
merasa lapar, seusai chek ini dan mandi, saya beserta dua wartawan Kaltengpos,
Roby Cahyadi dan Helmi berinisiatif mencari tempat makan dan bersepakat untuk
makan di kawasan Jalan Alor, Bukit Bintang tak jauh dari tempat kami menginap.
Dari
tempat kami menginap yang berada di Jalan Tengkat Teng Shin, kami cukup
berjalan kaki. Sekitar lima menit kami sampai di jalan Alor, Di kawasan ini, makin
malam bukannya makin sepi tapi justru semakin ramai, ini karena Jalan Alor
memang merupakan tempat wisata kuliner, tepatnya di kawasan elit Bukit Bintang,
Kuala Lumpur.
Bagi
wisatawan yang ingin kesini tidak terlalu sulit menemukan Jalan Alor, jalan
kaki hanya membutuhkan sekitar 5 menit perjalanan dari stasiun kereta monorel
Bukit Bintang, tepatnya ke arah Raja Chulan.
Berbeda
dengan kawasan Bukit Bintang lainnya yang dipenuhi pusat perbelanjaan elit dan
mahal, Jalan Alor justru surganya penggemar berbagai makanan murah dan kaki
lima. Beragam makanan bisa ditemukan di sini, baik makanan ala India, Melayu,
Arab dan kebanyakan adalah bercita rasa China.
Rumah makan khas Jalanan, di Alor |
Setelah
beberapa menit menikmati suasana Alor, kami memutuskan untuk makan di salah satu
rumah makan India di sekitar jalan Alor.Saya dan Roby memesan Nasi Kandar,
mirip dengan nasi kebuli di Indonesia, namun kelebihannya, makanan ini dipadu
berbagai rempah-rempah dan rasa kambing. Berbeda dengan Helmi, dia lebih penasaran
dengan nasi lemak dan langsung memesannya. Nasi lemak ternyata merupakan salah
satu makanan khasrumah makan tersebut dan ternyata mirip Nasi Uduk kalau di
Indonesia. Bedanya, nasi ini tidak direndam dan dimasak dengan santan, tapi
hanya daun salam, lalu ada orek-orek kacang, telur mata sapi, dan sambal.Minumannya,
selain memesan air mineral untuk berjaga-jaga kalau salah pesan minuman, kami
coba-coba pesan teh tarik atau yang biasa orang sini sebut ‘TO’dan teh ‘oolong’
khas Pecinan.
Harga
makanannya termasuk yang bersahabat untuk ukuran kota besar sekaliber Kuala
Lumpur. Satu menu makanan bisa didapat dengan harga mulai 5-15 Ringgit Malaysia
atau setara dengan sekitar Rp 20.000 sampai Rp 60.000. Minumannya banyak
berkisar 2-3 Ringgit Malaysia atau setara dengan sekitar Rp 7.000 hingga Rp
10.000.
Suasananya
sangat khas jalanan. Jangan bayangkan makan dan minum dengan kursi dan meja
yang eksklusif dan empuk. Para pelanggan duduk dan makan di kursi dan meja
plastik sambil menikmati udara dan suasana malam jalan Alor yang hingar bingar,
suasana semakin marak karena malam itu bertepatan dengan perayaan Cap Go Meh
atau hari ke-15 perayaan tahun baru Imlek.Suasana seperti inilah yang justru
menjadi daya tarik tersendiri berwisata kuliner di Jalan Alor.
“Suasananya
sangat meriah, berasa Asia sekali,” komentar Roby sambil menyantap nasi kandar
yang tadi ia pesan.
Di
sekitar Jalan Alor dan kawasan Bukit Bintang ini, selain pusat perbelanjaan,
juga banyak penginapan atau hotel. Mulai hotel bintang 5 sampai kelas backpacker atau murah. Jadi
jangan heran, makin malam suasananya juga akan semakin ramai, baik oleh
masyarakat lokal juga para turis mancanegara.
Seusai
makan malam kami kembali berjalan kaki dan kembali bertemu dengan rombongan
lain yang ternyata juga sedang menyantap makan malam di rumah makan China dan
tentunya rumah makan yang berada persis disisi jalan Alor ini menyajikan
berbagai macam makanan Negara asal Mao Zedong.
Jika
sebelumnya kita hanya berjalan bertiga, kini bertambah lagi satu personil yakni
Guide kami, Mas Daniel Pamungkas, karena rombongan Pak Fahry yang tadi ia pandu
memutuskan kembali ke hotel untuk istirahat.
Puas jalan2 di Alor, Kami kembali pesan teh tarik |
Saat
kembali memasuki jalan Tengkat Teng Shin, Pria kelahiran Kelaten, Jawa Tengah
ini menawarkan kami untuk mencoba massage. Dari sekian pilihan, kami memutuskan
untuk mencoba massage Thailand.
“Mumpung
masih disini tak ada salahnya mencoba,” klakar Helmi.
Selama
si Helmi dan Roby mencoba massage, kami menunggu di loby dan mengobrol dengan
mas Daniel, ia menjelaskan jika kawasan bukit bintang ini merupakan segitiga
emasnya Kuala Lumpur.
“Disini
merupakan pusat keramaian, mall, café, toko, rumah makan, pondok massage dari
berbagai Negara dan berbagai macam hiburan malam. Pokoknya disini semuanya
ada,” ujarnya.
Kawasan
ini sudah seperti Orchard Road-nya Singapura, dan pusat pertokoan murahnya
seperti ‘Kya-Kya’ di Surabaya, bedanya para pedagang kaki lima disini tidak
menggunakan semua badan jalan, namun hanya setengahnya, jadi setengah badan
jalan lainnya masih bisa dilalui kendaraan satu arah. Jadi jika anda ke
Malaysia, sangat rugi jika melewatkan suasana malam di
Kawasan jalan Alor, Bukit Bintang, Kuala Lumpur.(fit) Bersambung...
Posting Komentar