Kawasan Alor, Jadi Segitiga Emasnya Kuala Lumpur

Kamis, 20 Februari 20140 komentar

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم


Menikmati malam di Jalan Alor

Jalan Alor, Jalanan Paling Ramai di Kawasan Bukit Bintang, KL
Selayaknya dikota-kota besar lain, Kuala Lumpur juga memiliki wisata kuliner yang dijamin bersahabat dengan isi dompet. Selain murah, kawasan yang tak pernah mati ini juga memiliki berbagai makanan khas Malaysia, diantaranya beragam teh seperti teh tarik atau yang biasa orang lokal sebut ‘TO’, dan teh Oolong khas pecinan.Bukan hanya makanan besar saja, berbagai buah–buahan segar dan potong juga banyak dijajakan, termasuk durian. Berikut laporannya;

Fahruddin Fitriya//Palangka Ekspres

(Bag.III)Seusai berfoto-foto di kawasan Menara Kembar Petronas (Twins Tower), Kuala Lumpur, Rombongan jalan-jalan bersama Kaltengpos dan Mitra yang dipandu oleh ADA Tour ‘n Travel bergegas menuju hotel di kawasan Bukit Bintang dimana kita akan menginap.

Karena merasa lapar, seusai chek ini dan mandi, saya beserta dua wartawan Kaltengpos, Roby Cahyadi dan Helmi berinisiatif mencari tempat makan dan bersepakat untuk makan di kawasan Jalan Alor, Bukit Bintang tak jauh dari tempat kami menginap.

Dari tempat kami menginap yang berada di Jalan Tengkat Teng Shin, kami cukup berjalan kaki. Sekitar lima menit kami sampai di jalan Alor, Di kawasan ini, makin malam bukannya makin sepi tapi justru semakin ramai, ini karena Jalan Alor memang merupakan tempat wisata kuliner, tepatnya di kawasan elit Bukit Bintang, Kuala Lumpur.

Bagi wisatawan yang ingin kesini tidak terlalu sulit menemukan Jalan Alor, jalan kaki hanya membutuhkan sekitar 5 menit perjalanan dari stasiun kereta monorel Bukit Bintang, tepatnya ke arah Raja Chulan.

Berbeda dengan kawasan Bukit Bintang lainnya yang dipenuhi pusat perbelanjaan elit dan mahal, Jalan Alor justru surganya penggemar berbagai makanan murah dan kaki lima. Beragam makanan bisa ditemukan di sini, baik makanan ala India, Melayu, Arab dan kebanyakan adalah bercita rasa China.

Rumah makan khas Jalanan, di Alor
Setelah beberapa menit menikmati suasana Alor, kami memutuskan untuk makan di salah satu rumah makan India di sekitar jalan Alor.Saya dan Roby memesan Nasi Kandar, mirip dengan nasi kebuli di Indonesia, namun kelebihannya, makanan ini dipadu berbagai rempah-rempah dan rasa kambing. Berbeda dengan Helmi, dia lebih penasaran dengan nasi lemak dan langsung memesannya. Nasi lemak ternyata merupakan salah satu makanan khasrumah makan tersebut dan ternyata mirip Nasi Uduk kalau di Indonesia. Bedanya, nasi ini tidak direndam dan dimasak dengan santan, tapi hanya daun salam, lalu ada orek-orek kacang, telur mata sapi, dan sambal.Minumannya, selain memesan air mineral untuk berjaga-jaga kalau salah pesan minuman, kami coba-coba pesan teh tarik atau yang biasa orang sini sebut ‘TO’dan teh ‘oolong’ khas Pecinan.

Harga makanannya termasuk yang bersahabat untuk ukuran kota besar sekaliber Kuala Lumpur. Satu menu makanan bisa didapat dengan harga mulai 5-15 Ringgit Malaysia atau setara dengan sekitar Rp 20.000 sampai Rp 60.000. Minumannya banyak berkisar 2-3 Ringgit Malaysia atau setara dengan sekitar Rp 7.000 hingga Rp 10.000.

Suasananya sangat khas jalanan. Jangan bayangkan makan dan minum dengan kursi dan meja yang eksklusif dan empuk. Para pelanggan duduk dan makan di kursi dan meja plastik sambil menikmati udara dan suasana malam jalan Alor yang hingar bingar, suasana semakin marak karena malam itu bertepatan dengan perayaan Cap Go Meh atau hari ke-15 perayaan tahun baru Imlek.Suasana seperti inilah yang justru menjadi daya tarik tersendiri berwisata kuliner di Jalan Alor.

“Suasananya sangat meriah, berasa Asia sekali,” komentar Roby sambil menyantap nasi kandar yang tadi ia pesan.

Di sekitar Jalan Alor dan kawasan Bukit Bintang ini, selain pusat perbelanjaan, juga banyak penginapan atau hotel. Mulai hotel bintang 5 sampai kelas backpacker atau murah. Jadi jangan heran, makin malam suasananya juga akan semakin ramai, baik oleh masyarakat lokal juga para turis mancanegara.

Seusai makan malam kami kembali berjalan kaki dan kembali bertemu dengan rombongan lain yang ternyata juga sedang menyantap makan malam di rumah makan China dan tentunya rumah makan yang berada persis disisi jalan Alor ini menyajikan berbagai macam makanan Negara asal Mao Zedong.

Jika sebelumnya kita hanya berjalan bertiga, kini bertambah lagi satu personil yakni Guide kami, Mas Daniel Pamungkas, karena rombongan Pak Fahry yang tadi ia pandu memutuskan kembali ke hotel untuk istirahat.
Puas jalan2 di Alor, Kami kembali pesan teh tarik
Saat kembali memasuki jalan Tengkat Teng Shin, Pria kelahiran Kelaten, Jawa Tengah ini menawarkan kami untuk mencoba massage. Dari sekian pilihan, kami memutuskan untuk mencoba massage Thailand.

“Mumpung masih disini tak ada salahnya mencoba,” klakar Helmi.

Selama si Helmi dan Roby mencoba massage, kami menunggu di loby dan mengobrol dengan mas Daniel, ia menjelaskan jika kawasan bukit bintang ini merupakan segitiga emasnya Kuala Lumpur.

“Disini merupakan pusat keramaian, mall, café, toko, rumah makan, pondok massage dari berbagai Negara dan berbagai macam hiburan malam. Pokoknya disini semuanya ada,” ujarnya.

Kawasan ini sudah seperti Orchard Road-nya Singapura, dan pusat pertokoan murahnya seperti ‘Kya-Kya’ di Surabaya, bedanya para pedagang kaki lima disini tidak menggunakan semua badan jalan, namun hanya setengahnya, jadi setengah badan jalan lainnya masih bisa dilalui kendaraan satu arah. Jadi jika anda ke Malaysia, sangat rugi jika melewatkan suasana malam di Kawasan jalan Alor, Bukit Bintang, Kuala Lumpur.(fit) Bersambung...
Share this article :

Posting Komentar

Followers My Blog

 
Support : Creating Website | Fahruddin Fitriya SH | Kecoak Elektronik
Copyright © 2012. PENA FITRIYA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Vitrah Nusantara
Proudly powered by Blogger