Partai besar masih bisa dikalahkan dengan
hegemoni figur
Citra diri yang
dibanguan oleh Jokowi-Ahok adalah menonjolkan figur yang polos namun cerdas,
yang bertolak belakang dengan kompetitornya yang sedikit terlihat arogan. Citra
ini juga diiringi strategi yang matang, tepat dan tidak biasa. Mungkinkah sosok
ini akan muncul pada Pemilukada di Kalimantan Tengah, khususnya di Kabupaten
Katingan?
Lain
Jakarta lain pula Kabupaten Katingan. Namun ada beberapa hal postif yang dapat
dipetik sebagai pelajaran dari kemenangan Jokowi-Ahok.
Pertama,
figur yang di”jual” adalah figur yang sederhana dekat dengan masyarakat, tidak
protokoler dan bersih dari korupsi. Sepertinya, calon kepala daerah di
Kabupaten Katingan, dapat saja menciptakan citra mereka serta
“menjual” dirinya dalam sosok figur yang seperti Jokowi-Ahok.
Berdasarkan
hasil survey yang dilakukan sejumlah badan Survey, menunjukan trand pemimpin
yang low profile lebih disukai ketimbang yang protokoler.
Kedua,
calon kepala daerah harus kreatif menciptakan trend dirinya sendiri dan
mempopulerkan simbol-simbol dirinya. Seperti yang dilakuakn Jokowi-Ahok dengan
khas “kotak-kotak”.
Ketiga,
calon kepala daerah juga harus cerdas menilai bahwa peran partai politik dalam
proses pemenagan tidak terlalu dominan, ini terbukti dengan kalahnya Foke-Nara
yang diusung oleh koalisi partai-partai besar dengan hegemoni ketokohan atau
figur terlalu kuat yang dimiliki Jokowi-Ahok.
Artinya
jika calon tersebut kurang populer dan tidak seperti sosok Jokowi-Ahok, maka
mesin politik harus bekerja lebih keras menjaga “akar rumput”, karena kalau
tidak suara akar rumput akan beralih ke figur yang diidentikan seperti
Jokowi-Ahok.
Selanjutnya,
calon kepala daerah dapat meniru gaya kampaye Jokowi-Ahok yang murah dan
efektif. Jokowi-Ahok mampu mempraktekkan kalau suara rakyat tidak serta merta
dapat dibeli dengan uang.
Hal
ini dibuktikan Jokowi-Ahok dengan biaya yang minim, namun dapat menang. Sikap
sportifitas juga harus ditunjukkan calon kepala daerah yang di”black
campaign”kan pihak lawan, karena ini bisa jadi sebuah senjata yang kemudian
berubah arah menjadi senjata ampuh.
Sisi
positif dari kemanangan Jokowi-Ahok tetunya dapat dicoba oleh calon kepala
daerah di Kabupaten Katingan. Namun,
tetap melihat situasi politik lokal dan prilaku politik pemilih. agar kesemua
lebih komprehensif.
Unsur
lain yang turut serta dalam kemenangan ini adalah, mesin politik yang terus
begerak, komunikasi politik yang digunakan, isu-isu politik yang diusung “perubahan dan keberhasilan” serta peran
media massa yang terus mengekpose sisi postif dari Jokowi-Ahok.
Komunikasi
politik Jokowi-Ahok menggunakan komunikasi “wong cilik”. Artinya untuk
mengkomunikasikan visi-misi sebuah perubahan di Jakarta dengan cara-cara yang
sederhana, gampang dimengerti, tidak jelimet tapi mengena dan tepat sasaran.
Selain itu, Pemanfaatan media sosial juga turut andil dalam jurus komunikasi
Politik Jokowi-Ahok untuk meraup kantong suara masyarakat menengah keatas.
Sketsa strategi
diatas, setidaknya dapat dipelajari oleh siapapun yang akan menjadi calon
kepala daerah yang akan bertarung pada Pemilukada yang akan digelar serentak di
beberapa kabupaten di Kalimantan Tengah, termasuk Kabupaten Katingan pada 2013
mendatang.
Artikel Lain; Pilpres Amerika Serikat
Artikel Lain; Pilpres Amerika Serikat
Posting Komentar