Ada Pelajaran Berharga Dari Kemenangan Jokowi-Ahok

Rabu, 17 Oktober 20120 komentar

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم


Partai besar masih bisa dikalahkan dengan hegemoni figur

Citra diri yang dibanguan oleh Jokowi-Ahok adalah menonjolkan figur yang polos namun cerdas, yang bertolak belakang dengan kompetitornya yang sedikit terlihat arogan. Citra ini juga diiringi strategi yang matang, tepat dan tidak biasa. Mungkinkah sosok ini akan muncul pada Pemilukada di Kalimantan Tengah, khususnya di Kabupaten Katingan?

Lain Jakarta lain pula Kabupaten Katingan. Namun ada beberapa hal postif yang dapat dipetik sebagai pelajaran dari kemenangan Jokowi-Ahok.

Pertama, figur yang di”jual” adalah figur yang sederhana dekat dengan masyarakat, tidak protokoler dan bersih dari korupsi. Sepertinya, calon kepala daerah di Kabupaten Katingan, dapat saja menciptakan citra mereka  serta  “menjual” dirinya dalam sosok figur yang seperti Jokowi-Ahok.

Berdasarkan hasil survey yang dilakukan sejumlah badan Survey, menunjukan trand pemimpin yang low profile lebih disukai ketimbang yang protokoler.

Kedua, calon kepala daerah harus kreatif menciptakan trend dirinya sendiri dan mempopulerkan simbol-simbol dirinya. Seperti yang dilakuakn Jokowi-Ahok dengan khas “kotak-kotak”.

Ketiga, calon kepala daerah juga harus cerdas menilai bahwa peran partai politik dalam proses pemenagan tidak terlalu dominan, ini terbukti dengan kalahnya Foke-Nara yang diusung oleh koalisi partai-partai besar dengan hegemoni ketokohan atau figur terlalu kuat yang dimiliki Jokowi-Ahok.

Artinya jika calon tersebut kurang populer dan tidak seperti sosok Jokowi-Ahok, maka mesin politik harus bekerja lebih keras menjaga “akar rumput”, karena kalau tidak suara akar rumput akan beralih ke figur yang diidentikan seperti Jokowi-Ahok.

Selanjutnya, calon kepala daerah dapat meniru gaya kampaye Jokowi-Ahok yang murah dan efektif. Jokowi-Ahok mampu mempraktekkan kalau suara rakyat tidak serta merta dapat dibeli dengan uang.

Hal ini dibuktikan Jokowi-Ahok dengan biaya yang minim, namun dapat menang. Sikap sportifitas juga harus ditunjukkan calon kepala daerah yang di”black campaign”kan pihak lawan, karena ini bisa jadi sebuah senjata yang kemudian berubah arah menjadi senjata ampuh.

Sisi positif dari kemanangan Jokowi-Ahok tetunya dapat dicoba oleh calon kepala daerah  di Kabupaten Katingan. Namun, tetap melihat situasi politik lokal dan prilaku politik pemilih. agar kesemua lebih komprehensif.

Unsur lain yang turut serta dalam kemenangan ini adalah, mesin politik yang terus begerak, komunikasi politik yang digunakan, isu-isu politik yang diusung “perubahan dan keberhasilan” serta peran media massa yang terus mengekpose sisi postif dari Jokowi-Ahok.

Komunikasi politik Jokowi-Ahok menggunakan komunikasi “wong cilik”. Artinya untuk mengkomunikasikan visi-misi sebuah perubahan di Jakarta dengan cara-cara yang sederhana, gampang dimengerti, tidak jelimet tapi mengena dan tepat sasaran. Selain itu, Pemanfaatan media sosial juga turut andil dalam jurus komunikasi Politik Jokowi-Ahok untuk meraup kantong suara masyarakat menengah keatas.

Sketsa strategi diatas, setidaknya dapat dipelajari oleh siapapun yang akan menjadi calon kepala daerah yang akan bertarung pada Pemilukada yang akan digelar serentak di beberapa kabupaten di Kalimantan Tengah, termasuk Kabupaten Katingan pada 2013 mendatang.

Artikel Lain; Pilpres Amerika Serikat
Share this article :

Posting Komentar

Followers My Blog

 
Support : Creating Website | Fahruddin Fitriya SH | Kecoak Elektronik
Copyright © 2012. PENA FITRIYA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Vitrah Nusantara
Proudly powered by Blogger