#Jurnal dengan EYN (Ejaan Yang
Ngaco)
Dulu nulis ngelantur suka
dibilang ngaco. Belajar nulis rada serius ganti dibilang berat. Tapi buat aku ngga
masalah, wong serius apa engga jurnalku ngga ada yang bermutu. Semuanya sekedar
buang unek-unek sesaat yang keluar secara spontan, makanya isinya jelas-jelas ngga
bisa dipertanggungjawabkan di depan penghulu.
Enak ngga enak nulis apa adanya
memang paling nyaman buatku. Isi otak yang sumpek jadi mengalir keluar dengan
lancar. Soal hasilnya jadi ngaco dan ngga nyambung itu sih sebuah resiko.
Bagaimanapun juga manusia tak pernah bisa lepas dari nasib buruk. Beban
kesialan ini yang perlu segera kita lampiaskan dengan baik biar ngga jadi
masalah yang rumit.
Sebagian orang lebih suka buang sial
dengan meratap-ratap di temboknya si Mak Zukacebok. Mungkin bener dengan cara
itu bebannya jadi ringan. Tapi bila pengungkapannya terlalu lebay bak ababil
alay, kayaknya lebih banyak orang yang mencemooh walau hanya dalam hati.
Unek-unek itu sama seperti kentut yang harus segera dikeluarkan. Namun kentut
di depan umum, kita lega tetangga menderita.
Aku lebih suka mengeluarkan
unek-unek atas segala kesialan dengan santai. Manusia itu dilahirkan dengan
membawa standar ganda. Kita suka merasa sakit kalo sial, tapi merasa senang
kalo melihat orang lain ketiban sial. Dengan memanfaatkan standar ganda ini
kita juga akan memperoleh manfaat ganda. Beban otak jadi enteng bisa keluar,
sekaligus membahagiakan orang lain yang senang melihat kesialan kita. Ini sama kasusnya
dengan kita kentut bersuara keras di depan rombongan banci. Kita lega, mereka
tertawa ceria sambil teriak, "haaaa masih virgin...!"
Keplinplanan kita bukanlah sebuah
aib asal bisa diambil manfaatnya. Manusia memang selalu berevolusi dan tidak
mungkin ada yang bisa konsisten selamanya. Gausah terlalu jauh ngegosipin orang
lain. Aku sendiri merasakan misalnya dalam hal nelpon. Dulu waktu masih
pacaran, nelpon baru sebentar saja sudah
mulai banyak alasan sibuk, mau mandi, banyak tugas dan lain-lain biar bisa
segera menutup telepon tanpa merasa dosa. Ini berlawanan banget dengan jaman masih
masa-masa pedekate. Sudah ngobrol berjam-jam, mau nutup saja dibela-belain
berantem.
"Dah atuh, tutup telponnya
dong beb..."
"Ngga ah, ayang yang
nutup..."
"Ngga mau, kamu
dulu..."
"Kamuu.."
"Kamuuu..."
"Kamuuuu..."
"Yaudah, kita
putus..!!!"
Terserah deh
Nyambung ga nyambung
Sabodo teuing...
Posting Komentar