Jurnal Paling Ngga Jelas

Rabu, 03 Oktober 20120 komentar

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

#Jurnal dengan EYN (Ejaan Yang Ngaco)

Dulu nulis ngelantur suka dibilang ngaco. Belajar nulis rada serius ganti dibilang berat. Tapi buat aku ngga masalah, wong serius apa engga jurnalku ngga ada yang bermutu. Semuanya sekedar buang unek-unek sesaat yang keluar secara spontan, makanya isinya jelas-jelas ngga bisa dipertanggungjawabkan di depan penghulu.

Enak ngga enak nulis apa adanya memang paling nyaman buatku. Isi otak yang sumpek jadi mengalir keluar dengan lancar. Soal hasilnya jadi ngaco dan ngga nyambung itu sih sebuah resiko. Bagaimanapun juga manusia tak pernah bisa lepas dari nasib buruk. Beban kesialan ini yang perlu segera kita lampiaskan dengan baik biar ngga jadi masalah yang rumit.

Sebagian orang lebih suka buang sial dengan meratap-ratap di temboknya si Mak Zukacebok. Mungkin bener dengan cara itu bebannya jadi ringan. Tapi bila pengungkapannya terlalu lebay bak ababil alay, kayaknya lebih banyak orang yang mencemooh walau hanya dalam hati. Unek-unek itu sama seperti kentut yang harus segera dikeluarkan. Namun kentut di depan umum, kita lega tetangga menderita.

Aku lebih suka mengeluarkan unek-unek atas segala kesialan dengan santai. Manusia itu dilahirkan dengan membawa standar ganda. Kita suka merasa sakit kalo sial, tapi merasa senang kalo melihat orang lain ketiban sial. Dengan memanfaatkan standar ganda ini kita juga akan memperoleh manfaat ganda. Beban otak jadi enteng bisa keluar, sekaligus membahagiakan orang lain yang senang melihat kesialan kita. Ini sama kasusnya dengan kita kentut bersuara keras di depan rombongan banci. Kita lega, mereka tertawa ceria sambil teriak, "haaaa masih virgin...!"

Keplinplanan kita bukanlah sebuah aib asal bisa diambil manfaatnya. Manusia memang selalu berevolusi dan tidak mungkin ada yang bisa konsisten selamanya. Gausah terlalu jauh ngegosipin orang lain. Aku sendiri merasakan misalnya dalam hal nelpon. Dulu waktu masih pacaran,  nelpon baru sebentar saja sudah mulai banyak alasan sibuk, mau mandi, banyak tugas dan lain-lain biar bisa segera menutup telepon tanpa merasa dosa. Ini berlawanan banget dengan jaman masih masa-masa pedekate. Sudah ngobrol berjam-jam, mau nutup saja dibela-belain berantem.

"Dah atuh, tutup telponnya dong beb..."
"Ngga ah, ayang yang nutup..."
"Ngga mau, kamu dulu..."
"Kamuu.."
"Kamuuu..."
"Kamuuuu..."
"Yaudah, kita putus..!!!"

Terserah deh
Nyambung ga nyambung
Sabodo teuing...
Share this article :

Posting Komentar

Followers My Blog

 
Support : Creating Website | Fahruddin Fitriya SH | Kecoak Elektronik
Copyright © 2012. PENA FITRIYA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Vitrah Nusantara
Proudly powered by Blogger