Overview Profesi
Jurnalis Media Cetak
Sururi
Alfaruq; Wartawan jangan cengeng//Key notter dalam acara bertajuk, “Antara
jurnalisme dan idealisme jurnalis muda Indonesia”
Go'es to Tumbang Samba |
Profesi
jurnalis media cetak bisa dibilang yang paling tua di antara jurnalis media
lainnya. Di tengah konvergensi media yang kian pesat, animo kawula muda untuk
menjadi jurnalis media tidak surut mengingat platform cetak masih cukup kuat.
Apa dan bagaimana profesi jurnalis media cetak ini?
Plus Minus
Menurutnya,
ada seni yang unik dalam profesi jurnalis, khususnya jurnalis media cetak.
Meski di bawah tekanan yang sangat kuat dari banyak pihak, seorang jurnalis
memiliki kemudahan dalam berbagai hal dan akses yang tidak dimiliki profesi lain.
Profesi ini memiliki kebebasan dan fleksibilitas tersendiri. Misalnya, kita
bisa mengatur sendiri waktu kerja.
Namun,
tuntutan kerja yang begitu tinggi membuat seorang jurnalis sering kali harus
memilih di antara berbagai opsi yang sulit. Faruq bercerita, suatu saat
orangtuanya sakit keras, tetapi dia tidak bisa pulang untuk mendampingi mereka
karena masih memiliki tanggungan tugas kejurnalistikan. Situasi ini, diakui
Faruq, sangat pelik dan tidak mudah dihadapi.
Mantan
jurnalis kampus ini berujar, meski begitu cinta pada profesi jurnalis, bukan
berarti dia tidak menangis ketika merasa tertekan. Baginya, hal ini wajar
karena dia hanyalah manusia. Dia mengenang, sering kali, ketika seharian sudah
bekerja keras dan menulis tujuh hingga delapan berita, dia masih harus
mendengar makian dari sang redaktur. Hal itu kontan membuatnya sedih, terlebih lagi jika yang memaki itu editor perempuan.
Meski demikian, dirinya menganggap itu sebuah risiko profesi. Ketika itu ia berpikir, “ya, mau bagaimana lagi, saya kan bawahan, memang tugas saya dimarah-marahi. Saya dengan besar hati menerimanya meski saya menangis. Yang penting saya tetap berpikir positif,” ungkapnya. (Bersambung, Prospek Karier)
Kasongan, 16/3 2013.
Meski demikian, dirinya menganggap itu sebuah risiko profesi. Ketika itu ia berpikir, “ya, mau bagaimana lagi, saya kan bawahan, memang tugas saya dimarah-marahi. Saya dengan besar hati menerimanya meski saya menangis. Yang penting saya tetap berpikir positif,” ungkapnya. (Bersambung, Prospek Karier)
Kasongan, 16/3 2013.
Posting Komentar