Pilih Jangan Asal, Agar Nanti Tidak Menyesal

Selasa, 26 Maret 20131komentar

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم


Semua Kecap Nomor Satu



Disepanjang sejarah peradaban manusia, belum pernah rasanya kita temukan kecap nomor dua, semuanya nomor satu. Akibatnya, setiap ada pihak atau produsen yang mengklaim diri atau produknya nomor satu, pasti dijawab dengan kalimat setengah menggoda dengan sebutan "kecap selalu nomor satu".


Rasanya, hal serupa juga terjadi dengan sejumlah pasangan calon (paslon) Bupati/Wakil Bupati Katingan pada Pemilukada Katingan 2013 ini. Bahkan memasuki masa kamapanye seperti saat ini, semua kandidat mulai “gasas-ganasnya” menjaring simpati masyarakat. Tak hanya turun ke bawah, mereka juga mulai melontarkan sejumlah janji jika nanti terpilih.


Janji, ya, Namanya juga janji, bisa dipenuhi dan tidak jarang diingkari, apalagi janji dalam konteks kampanye. Tanpa ada niat menuduh para paslon ini ingkar janji, namun pengalaman kita, atau paling tidak pengalaman sekelompok masayarakat menyimpan sejuta kekecewaan atas realisasi dari janji yang diucapkan para calon pemimpin saat kampanye.


Jujur saja, mana mungkin ada seorang atau sepasang calon pemimpin saat kampanye tidak mengumbar janji-janji manis, indah, elok, sopan, santun, lembut dan sebagainya ? Bahkan sebelum naik panggung kampanye para calon itu terlebih dahulu mempelajari teknik-taknik kampanye yang bisa memikat hati para pendengarnya.


Para tim juru kampanye (jurkam) juga lebih dulu mendata apa-apa yang sebenarnya diinginkan para konstituen apakah perbaikan jalan, pengaliran air bersih, berobat dan sekolah yang murah, butuh gedung sekolah yang layak, sembako yang tidak mahal dan lain-lain dan lain-lain. Nah, kebutuhan-kebutuhan itulah yang saat ini dikupas tuntas lewat panggung kampanye dan semua calon pemimpin menyatakan siap memenuhinya.


Ketika mengumbar janji di panggung kampanye, rasanya tidak ada hambatan mensejahterakan rakyat, segala-galanya gampang, dengan catatan semua junji itu akan diwujudkan jika pengumbar janji itu terpilih.


Tapi mau bagaimana lag, dari jaman firaun hingga jaman serba online seperti saat ini nasib rakyat hanya sampai mendengar janji saja. Untuk menikmati isi janji itu rasanya “ntar dululah” belum tiba saatnya. Orang bijak mengatakan, rakyat itu nasibnya hanya sebatas dihitung, belum tiba pada diperhitungkan. Artinya, saat menjelang pemilihan, apakah itu pemilihan anggota legislatif, pemilihan presiden, pemilihan gubernur, pemilihan bupati dan sebagainya dan sebagainya, rakyat seketika itu dihitung. Untuk apa? Untuk mengetahui kekuatan konstituen masing-masing calon.


Akan tetapi setelah pemilihan berakhir, dan mereka-mereka yang mengumbar janji itu terpilih, jangankan memenuhi janji, rakyat yang menghantar mereka ke kursi kekuasan, tidak dikenal lagi. Ini yang sudah-sudah.


Karenanya, bagi para calon pemilih (konstituen) hati-hatilah dan pintar-pintarlah menjatuhkan pilihan. Jangan tergiur hanya karena isi pidato kampanye yang menyenangkan telinga dan jangan tergiur pula oleh karena adanya bagi-bagi uang (kalau ada). Lebih ekstrim lagi, tolak uangnya. Jangan pilih orangnya!!!


Tapi tetapkan pilihan dari hati yang paling dalam sebab begitu kita tetapkan pilihan, kepentingan hidup kita sebagai warganegara, selama lima tahun berada di tangan mereka yang kita pilih. Makanya jangan milih asal-asalan, agar nantinya tidak menyesal. Ingat, ini menentukan nasib kita lima tahun mendatang.



KASONGAN, 26/3 2013.
Share this article :

+ komentar + 1 komentar

30 Maret 2013 pukul 23.20

nice artikel
,jangan lupa followback dan komen ke blog saya http://www.brotoyol.blogspot.com

Posting Komentar

Followers My Blog

 
Support : Creating Website | Fahruddin Fitriya SH | Kecoak Elektronik
Copyright © 2012. PENA FITRIYA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Vitrah Nusantara
Proudly powered by Blogger