Wartawan? Hehehe,...

Jumat, 10 Mei 20132komentar

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Buku gado gado gaya wartawan “Triji wartawan”

Ini satu di antara langkanya buku tentang wartawan yang ditulis oleh wartawan. Buku yang berisi sejumlah pengalaman kewartawanan dan beragam masalah menyangkut profesi wartawan ini ditulis oleh H. Sofyan Lubis, wartawan senior yang sudah kenyang "jungkir balik" di dunia pers Indonesia sejak zaman Bung Karno.

Sebagaimana juga diakui pihak penerbit, gaya tulisan-tulisan yang terangkum di buku ini cukup enteng, mudah dipahami, tidak bertele-tele, dan cerita yang disajikan juga menarik. Cerita-cerita tentang wartawan diramu secara humor, menarik dan memikat. Oleh karena sudah lama bergelut dengan dunia kewartawanan, maka wajar banyak ceritanya menyangkut pengalaman penulisnya sendiri. Bukan saja jadi wartawan, Sofyan juga pernah jadi redaktur, pemimpin redaksi, Ketua PWI cabang Jakarta, Sekjen dan Ketua Umum PWI Pusat, Presiden Konfederasi Wartawan Asean, sampai anggota MPR, DPR dan Dewan Pers.

Cerita yang disajikan bisa juga jadi pelajaran, peringatan, tuntunan, contoh, maupun pesan. Mungkin selama ini orang belum banyak tahu bagaimana menghadapi wartawan, di buku ini Sofyan menyampaikan beberapa cara. Setidaknya, ini bisa menjadi pegangan bagi siapa saja kalau menghadapi wartawan. "Buku ini telah membuka lagak kehidupan wartawan yang selama ini ada yang ditutupi," tulis penerbit.

Beragam Cerita

Beragam cerita yang dituturkan Sofyan di buku ini. Sebutlah mulai soal pengalaman penulisnya berkaitan dengan Presiden RI -- dari Soekarno sampai Susilo Bambang Yudhoyono. Lalu, pengalaman berkaitan dengan menteri, gubernur, panglima dan posisi.

Ada juga sekumpulan tulisan pengalaman seputar tingkah laku kerja, gaya, cara, sikap dan lain-lain tentang wartawan atau yang dilakukan wartawan. Oleh karena bermacam-macam, maka dikumpulkan jadi "Gado Gado Gaya Wartawan", disingkat 3-G Wartawan atau istilah penulisnya, Triji Wartawan.

Ternyata pula, tidak saja di kalangan mahasiswa, di kalangan wartawan juga dikenal istilah pelonco. Tentu yang kena pelonco adalah wartawan baru, wartawan muda atau pemuda. Terutama mereka yang baru ditugaskan di pengadilan, balaikota dan departemen. Sofyan bertutur perihal ini dengan sangat menarik. Lalu, bagaimana ketika wartawan berada di luar negeri? Penulis pun punya segudang cerita.

Cerita seputar orang-orang yang mengaku wartawan pun ada. Wartawan seperti ini, kata Sofyan, kerjanya menakut-nakuti, mengancam pejabat, pengusaha, bahkan guru. Ujung-ujungnya, ya duit. Mengapa lantas mereka dijuluki "pasukan bodrex", ada cerita menarik di buku ini. Kemudian, bagaimana cara wartawan menghadapi pejabat? Ada ceritanya pula sampai sedetail-detailnya -- bagaimana misalnya cara wartawan menjalankan tugas dengan baik, melakukan wawancara dan menjaga hubungan baik dengan pejabat atau narasumber.

Yang tak kalah menarik, bagaimana pula cara orang menghadapi wartawan? Sofyan dengan lugas memberikan saran. Beberapa "rahasia" pun dibuka di sini.

Wartawan Terpaksa

Buku ini memang layak dibaca para wartawan, terutama yang pemula atau baru saja memasuki dunia pers. Apa yang dipapar penulisnya di buku ini seakan menjadi keniscyaan yang harus dipahami para wartawan. Namun, tahukah orang jika dulu Sofyan Lubis sendiri tak pernah punya cita-cita jadi wartawan?

"Terus terang, tak ada cita-cita saya jadi wartawan. Waktu sekolah, saya paling malas mengarang dan membaca. Masuk SMA Kesatria di Medan tahun 1957 mengambil bagian B, Alam Pasti. Di ijazah SMA bahasa Indonesia ponten 6. Saya jadi wartawan karena terpaksa. Bukan karena tak ada kerja. Ketika tiba di Jakarta tahun 1961, saya sudah diberi kerja di bagian pembukuan di koran Warta Berita milik abang saya Junus Lubis. Keadaan memaksa saya," cerita Sofyan Lubis.

Sofyan mengakui, kala itu, dirinya sering saya melihat ada undangan yang terkadang tergeletak begitu saja. Undangan itu diambil dan coba dihadirinya. Undangan itu baru sebatas undangan film. "Beritanya saya buat. Setelah dimuat di Warta Berita, saya lihat ada yang diperbaiki. Saya lihat juga berita yang sama di koran lain. Saya bandingkan. Dari situ saya belajar," kenangnya.

Dari situlah Sofyan mengaku mulai tumbuh dan belajar sendiri, lantas menapak karir dari wartawan menjadi redaktur, Pemimpin Redaksi, Ketua Umum PWI, anggota DPR-RI dan Dewan Pers. "Banyak cerita tentang wartawan, baik yang saya alami maupun saya dengar. Saya mencoba mengumpulkan cerita-cerita itu. Saya peras otak mengingatnya. Saya SMS ke lebih 100 wartawan dan mereka yang pernah dekat dengan wartawan untuk mendapatkan cerita dari mereka," aku Sofyan.

Hampir semua wartawan yang dihubungi Sofyan menyambut baik dan siap menulisnya. Namun, menurut Sofyan, tentu yang diterimanya tidak semua semua bisa lolos. Sofyan sendiri banyak "menyensor" karena di antaranya ada yang tidak pantas, porno, vulgar atau bisa menyinggung perasaan orang lain. Lantas, aku Soyan lagi, karena ceritanya macam-macam soal wartawan, maka buku ini diberinya judul "Wartawan? Hehehe...."
Share this article :

+ komentar + 2 komentar

10 Mei 2013 pukul 19.14

Mantap Nie gan.
Jadilah Wartawan yang Jujur gan.
Jangan Mempermainkan Jabatan.

11 Mei 2013 pukul 01.48

Siap perintah dan semoga berkah..amin ya rob, . . .

Posting Komentar

Followers My Blog

 
Support : Creating Website | Fahruddin Fitriya SH | Kecoak Elektronik
Copyright © 2012. PENA FITRIYA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Vitrah Nusantara
Proudly powered by Blogger