#Surat Kepada Sahabat
Ilustrasi |
Dar, Apa kabar, Semoga
engkau baik-baik saja dan masih seperti dulu yang selalu peduli terhadap
kehidupan sebagian besar masyarakat kita yang masih memperihatinkan.
Pagi ini saya ingin
sharing tentang pemberitaan menyedihkan di salah satu media nasional, dari awal
tahun 2012 sampai kemaren terdapat 1.547 rakyat Indonesia yang mati sia-sia
karena kecelakaan lalu lintas. Itu berarti setiap hari ada 35 orang yang
meregang nyawa karena kelalaian negara mengurus keselamatan di sektor angkutan
terutama di jalan raya. Dar, bayangkan kalau korban-korban tak berdosa itu
adalah anggota keluarga kita. Apalagi kalau yang meninggal itu adalah seorang
kepala keluarga yang menjadi tumpuan hidup anak istrinya.
Kawanku yang baik,
Sekurang-kurangnya ada
tiga faktor yang menyebabkan kecelakaan lalu lintas yaitu infrastruktur,
kendaraan dan pengemudi. Ketiga-tiganya dapat diatasi kalau negara peduli
terhadap keselamatan rakyatnya.
Infrastruktur berupa
jalan raya dan rambu-rambu lalu lintas, kondisinya sangat meyedihkan. Jangankan
di daerah, di Ibukota saja banyak jalan yang berlubang, marka jalan yang kabur
dan traffic light yang mati. Kondisi kendaraan umum juga sangat buruk. Kita
ambil contoh dari kota-kota besar, Metro mini dan Kopaja yang beroperasi
kebanyakan adalah kendaraan-kendaraan yang sama sejak tahun delapan puluhan.
Pengap, tidak aman dan tidak sehat karena setiap kendaraan umum itu memuntahkan
asap yang tebal dari knalpotnya. Ada plat uji kir disetiap kendaraan tetapi
saya ragu apakah kir dilakukan dengan benar. Buktinya dua kecelakaan maut bis
yang terjadi minggu lalu di diduga keras disebabkan rem blong. Selanjutnta,
pemerintah membiarkan pertumbuhan kendaraan pribadi terutama sepeda motor
seperti tanpa batas. Karena sempitnya jalan, lalu lintas sulit diatur dan
kendaraan menyerobot trotoar yang menjadi hak para pejalan kaki.
Selanjutnya lagi,
adalah faktor manusia. Ini menyangkut penegakkan pengeluaran perizinan dan
peraturan di jalan raya. Sudah menjadi rahasia umum bahwa SIM dapat dibeli
termasuk SIM B1 dan B2 yang harus
dimiliki supir-supir mobil angkutan umum. Di luar negeri pengeluaran SIM sangat
ketat. Disamping harus berusia di atas 18 tahun, pemohon harus menjalani berbagai
tes dan masa percobaan sebelum SIM dikeluarkan. Supir-supir bis umum sangat
bangga dengan SIM nya karena sangat sulit untuk mendapatkan SIM kendaraan umum
tersebut. Disamping itu, dinegeri kita hampir tidak ada kontrol kecepatan.
Mobil pribadi dan mobil umum semua menjadi pembalap di jalan tol dan
jalan-jalan arteri. Padahal di luar negeri para pengendara sangat takut
melanggar batas kecepatan karena dendanya sangat tinggi sekali.
Ah, Dar, terlampau
banyak yang ingin saya keluhkan. Saya menulis ini karena seperti tidak ada
reaksi dari pemerintah pusat, pemerintah daerah dan Polri terhadap pemberitaan
di atas. Mungkin mereka hanya melihat itu sebagai angka statistik saja.
Bukankan 1.547 korban meninggal dibandingkan 240 juta rakyat Indonesia hanyalah
0,0006 persen. Sangat kecil bukan ?
Dar, kalau mau,
tidaklah sulit bagi pemerintah untuk mengatasi kematian sia-sia disektor
angkutan tersebut. Negara yang pertumbuhan ekonominya 6.5% sudah pasti
mempunyai cukup dana untuk membenahi infrastruktur dan kendaraan umum. Kecuali
kalau uang negara hanya habis di korupsi seperti kasus Wisma Atlet dan
pemborosan uang rakyat seperti renovasi ruang Banggar DPR. Pemerintah melalui
Dishub dan Polantas pasti dapat menegakkan peraturan di jalan raya dengan
memberi mereka gaji yang layak dan sangsi yang tegas, agar tidak ada petugas
yang menjadikan jalan raya sebagai sumber rezeki.
Sudah dulu ya Dar,
kepala saya mulai pusing sekarang. Saya takut saya hanya berteriak di ruang
hampa. dan kecelakaan demi kecelakaan masih akan terjadi lagi apalagi menjelang
hari besar seperti lebaran, natal, dan
hari-hari besar lainnya. Saya sedih, karena negara termasuk kita semua telah
membiarkan sebagian saudara-saudara kita mati sia-sia di jalan raya.
Salam kangen dariku.
#Tamiang Layang, 6/4
2012. Mengenang Pantura 2 tahun silam,
“Tragedi Semarang-Demak”
Posting Komentar