Jalan Raya Masih Menjadi Pembunuh Berdarah Dingin

Sabtu, 07 April 20120 komentar

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم


#Surat Kepada Sahabat

Ilustrasi
Dar, Apa kabar, Semoga engkau baik-baik saja dan masih seperti dulu yang selalu peduli terhadap kehidupan sebagian besar masyarakat kita yang masih memperihatinkan.

Pagi ini saya ingin sharing tentang pemberitaan menyedihkan di salah satu media nasional, dari awal tahun 2012 sampai kemaren terdapat 1.547 rakyat Indonesia yang mati sia-sia karena kecelakaan lalu lintas. Itu berarti setiap hari ada 35 orang yang meregang nyawa karena kelalaian negara mengurus keselamatan di sektor angkutan terutama di jalan raya. Dar, bayangkan kalau korban-korban tak berdosa itu adalah anggota keluarga kita. Apalagi kalau yang meninggal itu adalah seorang kepala keluarga yang menjadi tumpuan hidup anak istrinya.

Kawanku yang baik,
Sekurang-kurangnya ada tiga faktor yang menyebabkan kecelakaan lalu lintas yaitu infrastruktur, kendaraan dan pengemudi. Ketiga-tiganya dapat diatasi kalau negara peduli terhadap keselamatan rakyatnya.

Infrastruktur berupa jalan raya dan rambu-rambu lalu lintas, kondisinya sangat meyedihkan. Jangankan di daerah, di Ibukota saja banyak jalan yang berlubang, marka jalan yang kabur dan traffic light yang mati. Kondisi kendaraan umum juga sangat buruk. Kita ambil contoh dari kota-kota besar, Metro mini dan Kopaja yang beroperasi kebanyakan adalah kendaraan-kendaraan yang sama sejak tahun delapan puluhan. Pengap, tidak aman dan tidak sehat karena setiap kendaraan umum itu memuntahkan asap yang tebal dari knalpotnya. Ada plat uji kir disetiap kendaraan tetapi saya ragu apakah kir dilakukan dengan benar. Buktinya dua kecelakaan maut bis yang terjadi minggu lalu di diduga keras disebabkan rem blong. Selanjutnta, pemerintah membiarkan pertumbuhan kendaraan pribadi terutama sepeda motor seperti tanpa batas. Karena sempitnya jalan, lalu lintas sulit diatur dan kendaraan menyerobot trotoar yang menjadi hak para pejalan kaki.

Selanjutnya lagi, adalah faktor manusia. Ini menyangkut penegakkan pengeluaran perizinan dan peraturan di jalan raya. Sudah menjadi rahasia umum bahwa SIM dapat dibeli termasuk SIM B1 dan B2  yang harus dimiliki supir-supir mobil angkutan umum. Di luar negeri pengeluaran SIM sangat ketat. Disamping harus berusia di atas 18 tahun, pemohon harus menjalani berbagai tes dan masa percobaan sebelum SIM dikeluarkan. Supir-supir bis umum sangat bangga dengan SIM nya karena sangat sulit untuk mendapatkan SIM kendaraan umum tersebut. Disamping itu, dinegeri kita hampir tidak ada kontrol kecepatan. Mobil pribadi dan mobil umum semua menjadi pembalap di jalan tol dan jalan-jalan arteri. Padahal di luar negeri para pengendara sangat takut melanggar batas kecepatan karena dendanya sangat tinggi sekali.

Ah, Dar, terlampau banyak yang ingin saya keluhkan. Saya menulis ini karena seperti tidak ada reaksi dari pemerintah pusat, pemerintah daerah dan Polri terhadap pemberitaan di atas. Mungkin mereka hanya melihat itu sebagai angka statistik saja. Bukankan 1.547 korban meninggal dibandingkan 240 juta rakyat Indonesia hanyalah 0,0006 persen. Sangat kecil bukan ?

Dar, kalau mau, tidaklah sulit bagi pemerintah untuk mengatasi kematian sia-sia disektor angkutan tersebut. Negara yang pertumbuhan ekonominya 6.5% sudah pasti mempunyai cukup dana untuk membenahi infrastruktur dan kendaraan umum. Kecuali kalau uang negara hanya habis di korupsi seperti kasus Wisma Atlet dan pemborosan uang rakyat seperti renovasi ruang Banggar DPR. Pemerintah melalui Dishub dan Polantas pasti dapat menegakkan peraturan di jalan raya dengan memberi mereka gaji yang layak dan sangsi yang tegas, agar tidak ada petugas yang menjadikan jalan raya sebagai sumber rezeki.

Sudah dulu ya Dar, kepala saya mulai pusing sekarang. Saya takut saya hanya berteriak di ruang hampa. dan kecelakaan demi kecelakaan masih akan terjadi lagi apalagi menjelang hari  besar seperti lebaran, natal, dan hari-hari besar lainnya. Saya sedih, karena negara termasuk kita semua telah membiarkan sebagian saudara-saudara kita mati sia-sia di jalan raya.
Salam kangen dariku.

#Tamiang Layang, 6/4 2012. Mengenang Pantura 2 tahun silam, “Tragedi Semarang-Demak”
Share this article :

Posting Komentar

Followers My Blog

 
Support : Creating Website | Fahruddin Fitriya SH | Kecoak Elektronik
Copyright © 2012. PENA FITRIYA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Vitrah Nusantara
Proudly powered by Blogger