#Jangan jadikan warga Katingan sebagai tumbal
SENGKETA LAHAN; Ratusan warga geruduk DPRD Katingan |
Sepertinya
kasus sengketa lahan atau beberapa orang di republik ini bilang konflik lahan sudah
menjadi semacam polemik, bak lingkaran setan yang nyaris tak berujung dan berpangkal.
Bahkan pernah juga aku berpikir jika persoalan ini sengaja diperoduksi oleh
oknum tertentu, tapi entahlah. Wallahu A'lam Bishawab.
Namun
apapun itu aku cukup bersyukur, karena bukan hanya aku yang terpusingkan
olehnya, bahkan orang nomor satu di negeri para siluman ini juga ikut-ikutan
mumed (Bahasa jawa; pusing). Dari salah satu kabar burung yang beredar, ia
hampir setiap minggu menerima keluhan soal sengketa lahan. Keluhan itu
disampaikan melalui pesan singkat, maupun surat.
"Ada
tumpang tindih sengketa lahan sehingga sering terjadi benturan di
lapangan," ujar Susilo Bambang Yudhoyono, pada sebuah sidang kabinet. (kutipan
dari salah satu media terkemuka di Nusantara).
Alih-alih
menuntaskan masalah, SBY memerintahkan pihak Kejaksaan Agung berkonsultasi dan
koordinasi dengan Badan Pertahanan Nasional (BPN). Pemerintah telah membentuk
tim khusus untuk menangani masalah pelik ini. Ternyata, selain hobi bagi-bagi
kepusingan, pemerintah juga paling hobi melahirkan tim khusus, seperti tak
percaya institusi formal.
Apa
pun, tim khusus tersebut telah mengidentifikasi beberapa persoalan terkait
sengketa tanah. Karena itu, kita tunggu efektifitas tim ini. Hilangkan sikap
skeptis menanti penyelesaian yang dijanjikan. Anggap saja kegagalan tim-tim
sejenis sebagai masukan berguna untuk tim khusus sengketa lahan itu. Amin.
Dengan
begitu warga dari tujuh desa di Kecamatan Pulau Malan, Kabupaten Katingan, yang
beberapa waktu lalu menggeruduk DPRD Katingan, Senin (10/9), tak perlu
membuktikan ancamanya berdemo ke Jakarta, apalagi sampai ke KPK.
Oke
kita berhenti dan sejenak menalar ancaman mereka; ternyata bukan hanya SBY yang
terkikis kepercayaannya dengan lembaga formal yag ada, buktinya masyarakat saja
memandang sebelah mata wakil mereka.
Kembali
lagi ke persoalan warga Katingan, Warga Katingan itumereka menuding PT Kereng
Pangi Perdana (KPP), tak beritikad baik. Mereka menganggap perusahaan besar
swasta di bidang perkebunan itu, telah mencaplok lahan warga, tanpa ganti rugi.
Warga meminta pemerintah daerah tak lagi memberikan izin secara serampangan.
Terutama yang merugikan rakyat.
Keterlibatan
pemerintah mutlak diperlukan. Apalagi, silang sengketa lahan di Negeri ini
didalangi mafia tanah. Di dalamnya, seperti diakui Kepala BPN Hendarman
Supandji, ada pegawai BPN dan investor nakal. Persekongkolan jahat pemilik
modal dan aparat pemerintah lancung, senyawa yang pas dalam pergerakan mafia
tanah. (nah, kan ada oknum)
Celakanya,
warga nyaris selalu kalah dalam penanganan sengketa lahan, yang melibatkan
investor. Lebih celaka lagi, kalau masyarakat dituding sebagai penghambat
pembangunan. Akhirnya, masyarakat hanya menjadi pecundang. Rakyat tersungkur
tak berdaya dicap telah menggagalkan masuknya investasi besar.
Setidaknya,
itu yang dirasakan masyarakat tujuh desa di Pulau Malan, Katingan, saat menyoal
kesewenangan PT KPP tersebut. Jika rakyat yang melanggar, dituduh menambang
liar, aparat bersikeras mengejar mereka sampai ke hutan. Masih bagus kalau
perburuan itu tanpa tendangan, pukulan, atau sumpah serapah.
Maka
kepada kalangan DPRD Katingan, warga dari tujuh desa --Tumbang Banjang, Buntut
Bali, Dahian Tunggal, Garagu, Tumbang Tanjung dan Tumbang Lahang-- itu meminta
dimediasi. Mereka berharap ada perlakuan adil. Kepada para anggota dewan yang
terhormat, mereka meminta agar menyuarakan aspirasi rakyat. Tuntutannya, siapa
pun yang bersalah harus diperiksa, diproses secara hukum, tanpa pandang bulu.
Demo
damai masyarakat Katingan ini harus diapresiasi. Mereka masih berpikir jernih,
menyelesaikan sengketa secara baik-baik. Jangan sampai kesabaran mereka habis.
Jangan tunggu rakyat berdemo anarkistis (vandal). Segera tangani keluhan
mereka. Kembalikan hak rakyat Katingan itu, sebelum semuanya menjadi gelap
mata. Semoga ini menjadi jurnal terakhir terkait sengketa lahan. Amin ya Rab…
Posting Komentar